Menjadi ISTRI RAHASIA Anak SMA

"Nah.. Gini dong bos semangat latihan nya.." seru salah satu anggota tim basket Qenan.

Qenan tidak menanggapi sama sekali lebih memilih duduk selonjoran mengelap keringat di wajahnya. Matahari sudah mulai tenggelam dan ia akan langsung pulang setelah ini.

"Ini." ucap seseorang menyodorkan sebotol air mineral ke depan wajah Qenan.

Ia mendongak melihat siapa yang berani memberi air tanpa diminta. Tanpa menghiraukan orang itu ia bangkit berlalu begitu saja dengan Nazeef mengikuti Qenan.

"Qenan.. Lo nggak bisa cuekin gue terus." kata Rania mengejar Qenan. Ya seseorang yang menyodorkan air mineral itu adalah Rania.

Memilih menulikan telinga adalah pilihan Qenan karena baginya Rania bukan sesuatu yang penting.

"Gue suka lo Qenan.." teriak Rania mengundang perhatian siswi-siswi SMA KUSUMA BANGSA yang menonton latihan basket tim Qenan.

Qenan menghentikan langkah membuat Rania tersenyum kemenangan.

Membalikkan tubuh mendekati Rania dengan tatapan tajam berwajah datar.

"Gue nggak peduli lo suka gue atau nggak. Lo harus tahu kalau gue gak suka sama sekali sama cewek kayak lo."

Setelah mengucapkan hal itu Qenan dan Nazeef berlalu. Minggu depan pertandingan di mulai menjadikan ia butuh banyak istirahat dan ketenangan.

Selama seminggu pula pihak sekolah memberi kompensasi untuk tim basket beristirahat di rumah.

"Rumah Nadira dimana Qen?" tanya Nazeef saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Bukan urusan lo." sahut Qenan ketus.

"Ck.. Dasar.."

...****...

Di Kafe Hebat.

"Jadi lo udah baikan?" tanya Nina baru saja duduk berhadapan dengan Nadira.

Nadira mengangguk membenarkan. "Gue bosen harus di apartemen mulu."

Semua karyawan Kafe Hebat sudah tahu jika Nadira sudah di pecat namun kini ia harus menjadi bahan gosipan karena Qenan memberi perintah kepada seluruh karyawan Kafe Hebat harus memperlakukan Nadia dengan baik.

Banyak yang curiga kepada Nadira dengan cara apa bisa diperhatikan pemilik Kafe Hebat.

"Si bos mau buat lo jadi istri solehah.." goda Nina dengan gelak tawa keduanya.

"Anjaayy.." pekik Nadira ikut tertawa.

"Udah ah.. Gue balik ya." pamit Nadira karena hari sudah beranjak sore.

Nina mengangguk mengerti. "Hati-hati.."

Nadira yang sudah berjalan keluar hanya memberi acungan jempol untuk Nina. Ia pulang dengan taksi online yang sudah dipesan tadi.

Sampai di apartemen Nadira memilih membersihkan diri lebih dulu sebelum memasak makan malam.

Di tengah pekerjaan nya berkutat di depan kompor, tangan seseorang melingkar di perut Nadira membuat sang punya terpekik kaget.

"Qenan... untung nggak jungkir balik kualinya." gerutu Nadira.

Qenan tertawa tanpa melepas pelukannya bahkan kini kepalanya sudah berada di berikan leher Nadira.

"Geli Nan.." rengek Nadira.

"Awas dulu ih.. Nanti gosong masakan aku Nan.." Nadira terus meronta namun membuat pelukan itu semakin erat.

Merasakan pelukan itu tak kunjung di lepas membuat ia mematikan kompor.

"Kamu kenapa?"

"Minggu depan datang ke pertandingan basket aku ya Ra.." sahut Qenan sembari membalik tubuh Nadira.

Posisi tanpa jarak seperti ini membuat pipi Nadira merona dan itu disadari Qenan hingga membuatnya terkekeh, ia pun melepas pelukan nya.

"Aku tunggu di meja makan." ujar Qenan.

Nadira hanya mengangguk.

Sebelum beranjak ke meja makan Qenan mencuri satu kecupan di pipi Nadira hingga sang empunya memekik karena terkejut.

...****...

Hari-hari telah berlalu dan esok adalah hari pertandingan basket SMA KUSUMA BANGSA. Segala persiapan telah rampung.

Malam ini tim basket SMA KUSUMA BANGSA sedang berkumpul di Kafe Hebat milik Qenan. Sedang Nadira sendiri berada di apartemen menonton drama China berjudul 'CRUSH'.

Drama CRUSH bercerita tentang Sang Wu Yan (Wang Peng), seorang mahasiswa tingkat akhir yang bekerja sebagai asisten penyiar di sebuah stasiun radio. Ia memiliki cita-cita sebagai penyiar.

Jauh di lubuk hatinya, ia mengidolakan seorang penulis lagu misterius dengan nama pena Yi Jin.

Pada suatu kesempatan, ia bertemu Su Nian Qin (Evan Lin) secara tidak sengaja, dan langsung membuatnya jatuh hati. Ia kemudian mengetahui kondisi Nian Qin yang tunanetra, dan memiliki kepribadian dingin.

Mereka memulai perjalanan cinta, proses healing, serta berbagai rintangan yang menghampirinya. Hingga Wu Yan akhirnya menyadari, Nian Qin adalah Yi Jin, penulis lagu misterius yang ia kagumi sejak lama.

"Ck.. Itu muka datar amat kayak Qenan.. Walau tetap perhatian tapi jarang senyum." celetuk Nadira masih fokus pada laptop di depan nya sembari memakan cemilan yang ia bawa ke kamar.

"Idih.. Kira-kira Qenan kalau cemburu gimana ya?" tanyanya sendiri saat melihat adegan si pria cemburu melihat si wanita makan bersama pria lain.

Nadira menghembus nafas panjang menyadari hubungan mereka bukan seperti di drama China itu.

"Mau gimana cemburu? gue aja nggak tahu hati dia ke gue gimana. Kalaupun mau buat cemburu Qenan gimana caranya? dari dulu gue nggak ada temen cowok yang deket sama gue. Cuma kak Rendi cowok satu-satunya yang deket sama gue dari dulu."

"Ngomong-ngomong tentang kak Rendi, apa kabar ya? apa dia nggak merasa bersalah gitu?"

Lamunan nya buyar setelah mendengar suara dering ponsel pertanda ada panggilan masuk bertulis nama 'Qenan'.

"Em.. Iya Qen.."

"Lagi apa?"

"Nonton di laptop kamu. Kenapa?"

"Nggak ada, yaudah nikmati aja ya.. Aku bentar lagi pulang."

"Iya."

Nadira menatap layar benda pipih itu, ada keinginan untuk membuat Qenan cemburu agar tahu bagaimana perasaan cowok itu terhadap nya.

Kalau kata orang-orang ia seperti di gantung. Dada nya kembali merasa sesak memikirkan status nya sebagai istri rahasia.

Tidak bebas melakukan apapun diluar jika bersama dengan Qenan. Beruntung ia memang jarang menuntut untuk keluar berdua dengan Qenan.

Benar kata Nina, ia lebih tua seharusnya ialah yang lebih mengerti Qenan.

Ia memutuskan membereskan laptop dan sampah-sampah bungkus cemilan karena mata sudah tak sanggup untuk terjaga sama seperti hatinya mulai tak sanggup harus di sembunyikan.

Seperti tawanan dalam sangkar emas.

Miris.

Setelah kamar rapi kembali, ia memilih membersihkan diri sebelum tidur. Berendam air hangat dalam bathtub sejenak mungkin bisa meredakan kegusaran hati agar tidak terlalu menuntut meminta diakui di luar sana.

Nadira keluar kamar mandi tampak lebih segar. Mengenakan kaos oblong yang kebesaran dengan celana hotpants adalah pilihannya, segera berbaring dan menarik selimut sebatas dada. Memejamkan mata karena saat ini ia benar-benar lelah.

Lelah hati.

...****...

Pagi hari telah tiba. Sama seperti istri-istri di luar sana, Nadira sibuk berkutat dengan alat masak.

"Ra.. Kamu jadi kan datang ke pertandingan aku?" tanya Qenan sedang duduk di mini bar yang ada di dapur.

"Aku usahain ya.."

Qenan berdecak merasa belum puas dengan ucapan Nadira namun ia bisa apa? ia belum cukup berani untuk memaksa Nadira.

"Padahal aku berharap kamu datang." gumam Qenan sembari mengaduk susu nya.

Nadira meletakkan sarapan di meja mini bar itu dengan senyum manis nya.

"Iya aku datang, jam 10 kan?"

Qenan tersenyum tipis dengan binar mata bahagia.

"Aku tunggu."

🌸

. Bersambung...