Duri Dalam Pernikahan

hari ini kami memenuhi undangan ke rumah mertua ku, mamih Anita meminta kami datang di acara Arisan nya.

sebenernya aku engan untuk datang, tapi mas Safir memaksa aku datang. terus terang saja pasti. nanti aku akan menjadi bahak olok-olokan.

apa lagi setelah Mas Safir mengantar aku ke rumah mamih nya, ia akan lanjut meteng dengan orang kantor.

" Mas aku ngak usah datang saja deh." rengek ku.

" loh kenapa sayang? "

" aku Takut nanti tidak bisa membawa diri, apa lagi pasti yang datang nanti adalah ibu-ibu sosialita." celetuk ku.

" jangan gitu sayang, aku percaya kamu bisa kok, barang kali aja mamih mau kenalin kamu ke teman-temanya, ( ini menantu ku yang paling cantik ) dan juga kan nanti kamu bisa makin dekat sama mamih. "

mas Safir berusaha menasehati ku, tapi tetap saja filing ku tidak enak!

bukanya berburuk sangka, tapi jelas saja waktu pertama aku datang menemuinya saja wajah tidak sukanya begitu ia tunjukan.

apa lagi baru setelah satu bulan ini kami menikah dia baru mau menghubungi ku datang ke rumahnya sungguh aneh!

" kamu mikirin apa sih? malah bengong."

" Aku bingung.."

" tenang aja bismillah...bentar lagi juga sampai kok."

.

.

benar saja setelah sampai Mas Safir langsung pergi dari sana, dan meninggalkan ku begitu saja.

" masa mas jahat banget gimana kalau nanti aku ngak di tanyain." gumam ku.

Aku menghembuskan nafas kasar...padahal ini bukan pertama kali nya, tapi tetap saja terasa grogi tidak dapat aku hindari.

Aku menyapa mba yang bekerja di rumah ini.

" hay mba..mamih dimana? "

" oh...Neng Ratna mari aku antar. "

mba fatma mengantar ku menemui mamih, belum juga kelihatan orang nya, namun suara mamih sudah terdengar jelas di telinga ku.

ingin mengelar acara Arisan saja sudah kaya mau orang nikahan, segala tempat di siapkan Dekorasi.

" Assalamualaikum mih " ucap ku saat sampai di hadapannya.

" Waalaikumsalam "

beda sekali, ia mau menyapa ku dan juga mau bicara pada ku, meskipun kalimat yang ia tanyanya hanya. ( sampai disini kapan.)

Aku yang tidak mau diam saja, akhirnya membantu mba fatma menyiapkan masakan.

piring, gelas, aku siapkan di meja.

meskipun banyak pekerja di rumah ini, namun, nama yang aku kenal hanyalah mba fatma. karna hanya dia orang yang mau mengajak dirinya bicara.

aku duduk di temani oleh mba fatma, mba fatma membuatkan aku jus jeruk. aku melihat mamih anita yang masih sibuk memandangi pekerja dekorasi.

Selesai nya, beberapa rombongan arisan mulai datang. rupanya banyak sekali ibu, ibu sosialita, ada dua puluh lima orang namun yang memaki hijab hanya satu ku perhatikan juga wajahnya teduh sekali, berbeda dengan rombongan lainya. ia banyak diam dan juga hanya mendengar yang lainya bising.

" itu yang lagi ngobrol sama nyonya anita kan ibu nya sarah mantan pacar nya Safir. " bisik fatma di telinga ku.

" oh iya.." mata ku membulat, aku pura-pura kaget. padahal aku sudah tahu.

" yang pake hijab hitam siapa? " ucap ku.

aku tidak menunjuk karna memang hanya ia yang memaki hijab.

" oh itu?..itu iyah ibunya mas ibrahim mantan tunangan sarah, kan mas ibrahim sama Safir masih sodara tau Nen.." ucap nya.

aku mangut-manggut sambil berusaha mencerna semua omongan dari mba fatma.

" jadi gimana maksudnya mba? "

" itu neng..."

belum mba fatma melanjutkan bicaranya ia di panggil mamih.

" Fatma...fatma.."

" dalem nya.." fatma langsung menghadap.

" mana Ratna? " ucapnya.

" ada nya, sebentar saya panggilin. " ujar nya.

Aku yang mendengar nya, langsung aku beranikan diri.

" Kenalin jeng ini Ratna ART baru dirumah ini." ucap mamih Anita pada ibu-ibu.

" hah..." mba fatma melirik ke arah ku.

aku melongo hampir menangis namun tidak bias.

" Ayo Ratna tolong ambilkan teman-teman saya minum." ucapnya.

jujur aku kesal sekali ternyat mamih malah mempermalukan ku, ku fikir ia akan memperkenalkan aku sebagi istri dari mas Safir ternyata sebagi Art.

Rasanya gelas yang ada di tangan ku ingin sekali aku buang ke mukanya, tapi ku sadari lagi jika aku melakukan itu, harga diri ku sebagi menantu, istri , pasti akan rusak, dan semua orang disini pasti menggangap aku tidak beretika, karna sekuat aku membela diri pasti mereka akan menggap aku rendahan karna mamih mas Safir sendiri juga menganggap ku sebagi pembantu.

aku tidak boleh gegabah. jika nanti tamu sudah berlalu aku akan bertanya pada mamih apa maksud semua ini?

Selesai aku mengantar minum, aku kembali ke tempat duduk ku semula.

" Neng yang sabar yah." fatma mengelus pundak ku.

" iyah mba." aku masih tenang.

namun rasanya kemarahan ku ingin sekali aku tumpahkan kepada Mas Safir.

" Awas aja nanti kalau kamu udah pulang mas " gumam ku.

.

.

.

semua tamu sudah pergi, mamih anita menghampiri ku,

" seharusnya dengan ucapan saya tadi kamu bisa sadar yah! " ucapan anita dengan senyum sinis nya.

" Aku tahu muh, tapi bukan berati mamih harus ngomong ke semua orang kaya tadi." pekik ku, karna kadung emosi.

" berani yah kamu, ngelawan omongan saya."

" Aku tahu mamih adalah orang tua dari suami saya, tapi bukan berati mamih juga merendahkan saya! " aku semakin kesal karna orang yang berada di depan ku makin ingin menang sendiri.

" Oh..oh..oh..saya tahu sekarang..apa yang kamu inginkan dari anak saya! mau uang berapa kamu? sebut in.. saya tahu kamu adalah perempuan matre..perempuan seumuran kamu kan memang gitu, suka morotin uang laki-laki Kaya, apa lagi kaya anak saya." ucapnya dengan ketus.

" Cukup yah mih, aku ngak serendah yang mamih fikir " bentak ku.

Hinga tiba-tiba Mas Safir datang menghampiri ku, namun anita malah berlaga menyayangi ku, sungguh penjilat sesungguhnya.

" assalamualaikum mih, sayang " mas Safir langsung mencium tangan mamih nya, dan mencium kening ku.

" Safir aduh dari tadi mamih tunggu kamu."

Anita berlaga dan mengajak mas Safir duduk, aku berjalan beriringan dengan nya.

Anita pura-pura sekali. padahal sudah jelas sifatnya tadi kepada ku sungguh di luar dugaan ku, jika aku jelaskan pada mas Safir apa dia percaya?

" Fir mamih tuh sepi banget ngak ada kamu di rumah ini.."

" yah gimana mih, aku kan juga ada istri."

" yah tapi kan kamu bisa loh, ajakin ratna tingal disini biar bisa ngobrol temenin mamih. Arya juga kan sekarang jarang pulang. kalau pun pulang juga sudah larut malam."

Mas Safir melirik ku, aku yang meringis melihat tingkah konyol mertua ku.

" dasar wanita licik.." batin ku...

Happy reading....!!!💐💐💐 💐