NovelToon NovelToon
SEKRETARIS YANG MENGGEMASKAN

SEKRETARIS YANG MENGGEMASKAN

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Wanita Karir
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Media film

Johan seorang pemuda tampan yang bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan, ia selalu di marahi oleh bos nya karena suka ngomong ceplas ceplos, suatu saat tumbuhlah benih-benih cinta di antara mereka, namun adik tiri dari pemilik perusahaan itu mempunyai niat jahat kepada kakak tirinya itu.

ikuti kisah romantis mereka dalam cerita yang berjudul ''sekertaris yang menggemaskan''

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Media film, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suster kegatelan

Terlihat Intan dan bu Maryam meneteskan air mata, mereka menunduk lemas sambil melangkah keluar daru ruangan tersebut lalu mereka menuju ke ruangan di mana Johan sedang dirawat.

Dalam Hati Intan pertanyaan demi pertanyaan bermunculan, ( kenapa semua ini harus terjadi? Apa yang sudah terjadi? Bagaimana mas Johan bisa mengalami kecelakaan? ) itu yang ada di hatinya Intan.

Sebelum mereka masuk ke ruangan, Intan berhenti sebentar, ‘’ibu masuk dulu, aku akan bicara sama mereka berdua, ada hal yang harus aku tanyakan kepada mereka’’  ucap Intan.

Bu Maryam mengangguk lemah dan mengusap air mata yang masih mengalit di pipinya, lalu ia masuk ke ruangan Johan. Sementara itu Intan menghampiri Burhan dan Sinta yang sudah lama menunggu di depan ruangan tersebut.

Intan akan bertanya tentang kebenaran di balik kejadian yang membuat keadaan Johan seperti sekarang. Dia ingin tahu jawaban dari mereka berdua, meskipun dalam hati dia tahu kalau jawaban mereka akan semakin membuatnya sakit.

‘’Maaf sudah membuat kalian menunggu, tapi ada yang ingin aku tanyakan pada kalian berdua’’ ucap Intan dengan nada serius.

‘’Tidak apa-apa mbak, pasti tentang peristiwa itu kan?’’ Burhan menanggapi dengan tenang sambil menghembuskan nafas.

‘’Iya benar’’ sahut Intan.

‘’Semuanya terjadi begitu saja dan sangat cepat mbak, Johan mengendarai motornya dengan kencang dan sepertinya kurang fokus dalam berkendara. Entah dia mengantuk atau ada hal lainnya.’’ Kata Burhan menjelaskan.

‘’Dia berada di tengah jalan saat itu, dan tiba-tiba mobil melaju kencang dari arah berlawanan, lalu terjadilah tabrakan’’ sambung Burhan lagi menutupi kesalahannya sendiri.

Intan berusaha untuk tenang walaupun hatinya masih sangat sedih, ‘’mungkin dia mengantuk, tapi bagaimana keadaannya bisa begini? Namun ya sudahlah semuanya sudah terjadi dan tak bisa diubah’’ ucap Intan sambil menatap Burhan dan Sinta.

‘’Apa kalian tahu tentang mobil yang menabrak Johan? Pasti kabur kan? Kalian sempat melihat plat nomornya?’’ sambung Intan lagi dengan nada penuh harap, ingin mandapatkan jawaban atas mesteri yang melilit peristiwa tersebut.

‘’Mbak, kebetulan kami adalah yang menabrak Jo...’’ kata Burhan yang seketika di potong oleh Intan.

‘’Apa! jadi kalian yang...’’ pikiran Intan mendadak menjadi kacau, emosi yang terkumpul sejak tadi mendadak ingin pecah.

‘’Kami akan bertanggung jawab mbak, biaya rumah sakit, motor atau yang lainnya kami siap ganti, mbak’’ kata Burhan.

‘’Iya mbak, maafin kami, tolong jangan libatkan polisi. Kami mohon mbak’’ sambung Sintan memohon penuh harap.

Intan masih emosi yang bergejolak, ia tidak langsung menjawab. Dia merasa lemas dan tak ada tenaga untuk bersuara. Sambil duduk di bangku yang ada di situ. Intan meresapi setiap perasaan yang ada di dalam hatinya.

Setelah beberapa saat merenung dan berfikir walaupun pikirannya agak kurang jernih, ia pun memutuskan, ‘’kalian sudah lama berada di sini, kalian boleh pulang, tapi sebelum itu berikan nomor kalian’’ kata Intan yang suaranya serak oleh emosi yang belum sepenuhnya reda.

‘’Mbak serius..?’’ tanya Sinta heran.

‘’Ya, jika ada perlu aku akan hubungi kalian nanti’’ jawab intan tegas, meski masih ada keraguan terbesit di matanya.

‘’Kalau begitu ini mbak, kartu nama aku di situ ada nomor telefonku’’ kata Burhan sambil memberikan kartu namanya.

Burhan dan Sinta lalu meninggalkan Intan dan keluar dari rumah sakit tersebut untuk pulang. Intan bingung dan gelisah. Mungkin dia benar-benar bisa melupakan apa yang baru saja terjadi dan memaafkan mereka.

Jika suatu saat nanti dia butuh bantuan apakah dia akan berani menghubungi Burhan dan Sinta. Hanya waktu yang akan menjawabnya. Intan masuk kedalam ruangan lalu menghampiri ibunya.

‘’Bu ternyata kedua orang itu yang menyebabkan mas Johan kecelakaan’’ kata Intan dengan lemas sambil duduk.

‘’Hah! mereka berdua yang menabrak Johan, dimana mereka sekarang?’’ balas bu Maryam terkejut lalu bertanya.

‘’Ibu tenang dulu, aku sudah menyuruh mereka untuk pulang’’ ucap Intan mencoba menenangkan ibunya.

‘’Apa? kamu suruh mereka untuk pulang? Kamu ini gimana sih Tan? Mereka sudah membuat Johan kehilangan ingatannya loh..?’’ kata bu Maryam kaget.

‘’Iya bu, aku tau. Tapi mereka kan sudah mau bertang...’’ ucap Intan berusaha menjelaskan namun langsung di potong.

‘’Tanggung jawab apa? membawanya ke sini? membiayai perawatannya? Ganti rugi? Itu saja yang bisa mereka lakukan, Tan. Apakah mereka bisa mengembalikan ingatan Johan? Kamu paham?’’ bentak bu Maryam yang merasa tak terima, lalu air mata mulai menetes di sudut matanya.

Dalam hati Intan, dia merasa terbelah antara simpati sama ibunya, yang merasa kecewa dan sakit hati dan rasa penyesalan karena dirinya tidak tahu bagaimana cara menangani situasi ini dengan baik.

Suster yang berada di ruang sebelah merasa terganggu oleh keributan yang terjadi dan akhirnya menegur mereka berdua.

‘’Bu, mohon untuk tidak berdebat di dalam kamar. Kami juga butuh ketenangan dalam memeriksa pasien’’ ucap suster dengan nada lembut dan tegas.

‘’Maaf sus, emosiku memang sedang naik, mohon di maklumi’’ balas bu Maryam yang sadar kalau dirinya membuat keributan di kamar tersebut.

‘’Ayo kita keluar dulu dan kita bicara di luar saja’’ ajak bu Maryam kepada Intan.

Kedua orang itu pun melangkah keluar kamar dengan perasaan yang campur aduk. Bu Maryam memastikan kalau mereka sudah cukup jauh dari kamar pasien sebelum melanjutkan pembicaraan, demi menghormati suster tersebut.

Emosi yang membara di hati mereka tak bisa di bendung lagi, bagaikan gunung yang siap meletus kapan saja. Kedua orang itu terus berdebat sedangkan suster yang menjaga Johan terus memandangi wajah tampan Johan.

Suster itu kagum dengan ketampanan yang dimiliki oleh pasien tersebut. Dengan lembut dia mengelus pipi Johan.

‘’Ya ampun, semakin aku memperhatikanmu, kamu semakin terlihat tampan’’ kata suster tersebut dengan suara lirih seraya menyentuh pipi Johan.

Tangannya seolah-olah sudah diluar kendali, bergerak seakan memiliki kehendak sendiri. Mulai dari pipi Johan turun ke leher dan terus bergerak ke bawah tanpa henti dan tanpa di sadari. Sampai tangannya berada di bawah perut Johan.

Suster itu tersentak kaget saat merasakan sesuatu dari Johan, dimana lelaki itu hanya mengenakan pakaian rumah sakit tanpa ada lapisan atau pakaian dalam sebagai penutup.

Begitu jelas dan mudahnya tangan suster tersebut bisa merasakan burung Johan yang entah kenapa terasa lebih besar dari yang pernah ia temui sebelumnya.

‘’Astaga! Ini besar sekali burungnya, apa beneran segede ini’’ pikir suster tersebut berusaha untuk menenangkan diri dan tidak memberikan reaksi aneh di depan pasien itu.

Dia tak ingin namanya tercemar dan tak ingin di tuduh meraba pasiennya atau terlibat dalam hal yang tidak-tidak. Namun apa yang sudah terjadi tentu saja menjadi perbincangan dalam benaknya seolah mempertanyakan kenapa segede itu burung pasien tersebut.

BERSAMBUNG....

1
Media rekor Slawi
novel sangat menarik ceritanya bikin greget dan ketagihan
Media rekor Slawi
ini novel keren banget, lanjut thour semangat terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!