menceritakan seorang anak bernama Alfin dirinya selalu di benci bahkan menjadi bahan olok-olokan keluarganya karena dirinya tidak terlalu pintar akhirnya dirinya berjuang mengungkapkan potensinya hingga dirinya menjadi seorang pengusaha kaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATAKOTA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertolongan yang mahakuasa
"Fin jangan berhenti, kita harus lari sejauh mungkin dari tempat ini," teriak Doni sekuat tenaga.
"I-ya kak!"
Alfin terlihat Lontang-lanting berlari sekuat tenaga sampai ke depan gerbang rumah itu, yang bersamaan dengan itu mereka berdua tiba-tiba di jagat oleh seorang pria bertubuh kekar dengan kepala plontos nya menghadang mereka berdua untuk kabur.
"Astaghfirullah kak! Sepertinya ada yang mencegat kita!" teriak Alfin.
"Mungkin ini, ibu bidan yang dikatakan bang Rian, ternyata sejak awal dirinya selalu menipu kita seolah-olah dirinya orang baik hingga memanggil rekannya. dasar penipu biadab," geram Doni tersulut emosi.
"Oi, siapa yang nyuruh kalian keluar dari rumah itu!" gertak pria itu.
Alfin dan Doni yang tidak memiliki pilihan lain mereka hanya bisa berteriak sekuat tenaga memohon pertolongan kepada beberapa orang-orang yang lalu-lalang di pinggir jalan. Akan tetapi karena hingar-bingarnya jalan itu yang dipenuhi oleh berbagai kendaraan-kendaraan yang memekakkan telinga, menyebabkan tidak ada satupun orang yang mendengarkan teriakan mereka.
"Tolong, tolong selamatkan kami," teriak Alfin dan Doni memohon pertolongan kepada orang-orang yang lalu-lalang.
"Oi bangsat, jangan berteriak kalian! orang-orang di luar sana tidak akan mendengarkan suara kalian, kalau kalian berani berteriak sekali lagi, ku tembak juga kepala kalian berdua?" gertak pria itu mengancam mereka berdua dengan menggunakan pistol di balik jaket hitamnya.
Terlihat matanya melotot tersenyum jahat melangkah mendekati mereka berdua berencana hendak menyekap mulut mereka berdua untuk di masukan kembali ke dalam rumah.
"Bagaimana ini kak!" Teriak Alfin kepada kakaknya yang tampak memejamkan mata memeluk tubuh Alfin sekuat tenaga membuatnya semakin panik dengan situasi itu.
"Yaa Allah tolong selamatkan kami dari orang jahat dan segala marabahaya ini ya Allah," gumam Alfin bersiap diri dengan kedatangan pria itu.
Pada saat pria itu memegang dengan Alfin wajahnya terlihat sumringah memikirkan rencana jahatnya nanti, saat mangsanya ini tersekap. Akan tetapi Alfin dengan sigapnya memberontak dengan menggigit sekuat tenaga tangan pria itu. yang membuatnya meringis kesakitan, hingga menghempaskan tubuh mereka berdua melayang sejauh mungkin di halaman rumah itu.
Agh!......
Rintih Doni pada saat itu dadanya tertimpa tubuh Alfin. kakaknya terlihat meringis kesakitan akibat kuatnya, hempasan pria itu hingga melayangkan kedua tubuh mereka berdua di dekat pagar.
"Astaghfirullah, maafkan Alfin kak," teriak Alfin kepada kakaknya.
Bersamaan dengan itu terlihat beberapa orang pejalan kaki yang sempat melihat tubuh kedua remaja itu terhempas jauh akibat lemparan pria berotot itu, beberapa dari mereka mulai mengerumuni depan pagar rumah itu untuk menyaksikan masalah apa yang sedang terjadi.
"Bang, Lo apain mereka sampai-sampai mereka terhempas seperti itu?" gertak beberapa orang pejalan kaki yang sempat melihat terjadinya kekerasan terhadap anak di bawah umur. beberapa dari mereka juga sempat merekam kejadian itu menggunakan ponselnya.
"Haah? Apa maksud ada? Mereka itu kerabat saya, wajarlah saya seperti ini," ucap pria itu berusaha membela dirinya.
Alfin menyadari fokus pria itu teralihkan oleh banyaknya kerumunan orang-orang. dirinya memanfaatkan kesempatan itu dengan menggendong saudaranya Doni, untuk kabur dari tempat itu.
"Kak ayo kita pergi dari tempat ini," teriak Alfin kepada kakaknya.
Doni yang masih setengah sadar berupaya sekuat tenaga kembali bangun, dari jatuhnya. dengan memeluk punggung saudara Alfin. Setelah itu Alfin dengan sigap langsung mengendong kakaknya, berlari jauh dari tempat itu.
Pria berkepala pelontos itu merasa semakin tersudutkan dengan banyaknya kerumunan orang-orang yang meneriakinya, akhirnya ia memutuskan berlari kedalam rumah demi menghindari amukan massa yang mulai memenuhi halaman depan rumah itu.
"Agh.. bangsat lepas juga mereka, kalau ketemu lagi ku cincang juga kalian,"gumam pria itu.
"Kamu tidak apa-apa dek," panggil beberapa pejalan kaki yang hanya melihat wajah mereka berdua yang tampak banyak memiliki luka lebam, buruknya lagi mereka semua dari orang dewasa tidak memberikan pertolongan kepada mereka Hanya sekedar melihat saja, malah kebanyakan dari mereka hanya merekam wajah pucat kedua remaja itu, demi keperluan konten media sosial semata.
Alfin yang menyadari kebanyakan orang dewasa ini hanya mementingkan diri mereka sendiri membuatnya semakin kesal, ia terus menggendong saudaranya, berusaha sejauh mungkin bersembunyi dari banyaknya kerumunan orang-orang.
"Fin kita harus kemana lagi Fin?" Tanya kak Doni memangku Alfin dari belakang.
Alfin yang yang tertatih-tatih mengambil melangkah cepat tidak menggubris pertanyaan kakaknya, ia hanya fokus melangkah sejauh mungkin, hingga jantungnya mulai berdetak kencang. wajahnya, semakin pucat dan keringatnya mulai banyak bercucuran saking lelahnya. Ia sesekali terlihat jatuh bangun saat berlari di pinggir jalan. kakaknya Doni yang melihat perjuangan saudara Alfin demi menyelamatkan dirinya, mulai menangis tersedu-sedu memeluk punggung saudaranya dengan sekuat tenaga.
"Sudahlah Fin, sudah Fin jangan dipaksakan lagi," tangis Doni meminta saudaranya untuk berhenti.
Orang-orang yang banyak lalu lalang rata-rata dari mereka hanya melihat penderitaan kedua remaja itu dari kejauhan, karena kebanyakan dari mereka menganggap bahwa kedua remaja itu hanyalah gelandangan kumuh terlihat dari pakaiannya compang-camping di penuhi oleh keringat dan kotoran serta tubuh mereka yang banyak dipenuhi oleh darah, luka serta lebam menyebabkan kebanyakan orang-orang tidak mau terlibat masalah mereka.
"Ya tuhan ujian apa yang engkau berikan kepada hamba mu ini, mengapa engkau berikan ujian seberat ini pada kami berdua? apalah dosaku tuhan sampai-sampai saudara ku harus semen derita ini," gumam Doni.
Alfin yang terlihat semakin kelelahan malai tak sadarkan diri, ia menyempatkan dirinya untuk berhenti pada sebuah gang sempit sebagai tempat persembunyian mereka dari kejaran orang-orang yang ingin menyakiti mereka.
"Sudah Fin lepaskan kakak, kakak sudah bisa turun sendiri," ucap kak Doni kepada Alfin yang masih berdiri tegak diam mematung.
"Haah? Fin?" Panggil kak Doni.
yang bersamaan dengan itu terlihat saudaranya Alfin mulai kehilangan keseimbangan hingga menyebabkan dirinya dan kakaknya jatuh tersungkur.
"Astaga Alfin, bangun Fin!" tangis Doni yang sangat histeris dengan kondisi saudaranya Alfin yang tiba-tiba pingsan kehilangan kesadaran.
...****************...
"Kenapa ya Alfin harus kabur dari rumahnya apa yang sebenarnya terjadi haaah.. apalagi Abi dan umi yang sudah menyadari keanehan itu tidak menceritakan sepenuhnya kepada ku," gumam Rin melamun di dalam kelas.
"Eh Rin kamu ada melihat video viral di Medan itu ngak, katanya wajah kedua anak yang dibanting oleh ayahnya itu mirip sekali dengan Alfin dan kakaknya," ucap salah satu teman perempuannya.
"Haah? Yang bener, berita seperti itu mungkin saja berita hoax," balas Rin melanjutkan menulis catatannya.
"Tapi Rin, wajah salah satu dari mereka mirip banget dengan Alfin lo, ngak salah lagi 2 orang anak yang viral pada video ini merupakan Alfin dan kakaknya. Ucap intan teman kelasnya.
"Yang bener kamu intan? coba kasih lihat videonya, ucap Rin yang mulai melihat video viral tersebut.
"Astaghfirullah ini memang mereka berdua, tapi Kok mereka sampai di Medan ya? dan sepertinya kondisi mereka berdua sangat memperihatinkan kita harus melaporkan video ini kepada pihak sekolah," ucap Rin dengan sigap berlari sekuat tenaga untuk memberitahukan guru tentang video viral itu.
...****************...
Kring! Kring! Kering!
Bunyi HP ayah yang berdering disaat ayahnya yang sibuk bekerja di kantor.
"Ya Bu ada apa Bu?" Tanya ayah kepada istrinya.
"Ayah tau tidak anak kamu Doni dan Alfin sekarang ada di mana coba?" Tanya ibu yang sangat histeris setelah melihat video viral itu.
"Ya untuk sekarang ayah belum tau pasti anak kita ada dimana, emang kenapa Bu?" tanya ayah.
"Masalahnya anak kita Doni sekarang ada di Medan dan kondisi mereka saat ini sangat memperhatikan, coba ayah lihat video viral yang barusan ibu kirim di WhatsApp ayah," ucap ibunya yang sangat menghawatirkan kondisi putranya Doni dibandingkan Alfin.
"Haah? Ibu yang benar aja," ucap ayah yang mulai melihat video viral tersebut.
Rintih istrinya terdengar dari telfon sangat menghawatirkan kondisi putranya Doni, "Gimana kondisi putra kita ini yah." rintihan ibu lirih menghawatirkan kondisi putra sulungnya Doni.
"Hah? Astaga yang benar aja ini, pokoknya ibu tentang dulu! ayah akan melaporkan video ini kepada pihak kepolisian," ucap ayah yang sangat panik setengah mati melihat video itu.
"Dasar gimana sebenarnya ini? tidak ada gunanya aku menyewa orang-orang untuk mencari keberadaan putra ku, kalau seperti ini jadinya. apa jadinya kalau Oma tahu tentang semua ini?" Gumam ayah yang sangat geram dengan situasi itu.
Masyarakat yang tinggal di dekat komplek perumahan azkara mendapatkan informasi dari video viral tersebut, mengenai miripnya kedua remaja di video itu. mereka terlihat bersama-sama dengan pak RT mengerumuni pagar rumah azkara yang terkenal kaya raya di kampungnya untuk mengkonfirmasi kebenarannya prihal video viral itu.
"Semua ini pasti ada hubungannya dengan kedua orang tuanya," ucap mbok asih yang sengaja membawa beberapa kerumunan Ibu-ibu dan para warga.
"Ternyata benar rumor yang mengatakan bahwa kedua orang tua anak itu sengaja menjual kedua anaknya untuk mendapatkan banyak uang," teriak mbok Asih yang mempengaruhi beberapa massa.
"Ya mbok, sepertinya ada yang tidak benar dengan keluarga ini," teriak beberapa warga yang mulai tersulut emosi.
"Sudah Tenang dulu! tentang para ibu dan bapak, mohon tentang dulu. mengingat belum ada kebenaran pasti, mengenai alasan viral nya video itu, kami mohon untuk bapak dan ibu jangan salah mengambil keputusan, kami dari perangkat RT akan mewakili amanat dari bapak ibuk semuanya untuk menayangkan masalah ini," ucap pak RT yang berusaha menenangkan para warga yang mulai tersulut emosi.
Ibuk Fatimah yang sedang menyapu halaman rumahnya, di kagetkan dengan kerumunan warga yang mulai banyak berdatangan menuju perubahan azkara."Astaghfirullah bi para warga mulai memadati kompleks perumahan azkara bi." teriak istrinya berlari sekuat tenaga menemui sang suami yang sedang membongkar suku cadang mesin
Pak Anton yang sedang sibuk membongkar suku cadang mesin seketika terhenti dari pekerjaannya, setelah mendengarkan hal tersebut dari istrinya.
Alhamdulillah di tempat tinggal ku org2x nya ndak spt ini.