Sekuel novel Rain & Sunny
Cinta itu berhak memilih kepada siapa ia akan berlabuh dan juga cinta itu tidak memandang status.
Begitulah yang dirasakan pemuda bernama Cyril Orion Stevenson. Ya, ia merasakan cinta itu tumbuh dalam hatinya secara tak sadar.
Jantungnya seakan digedor paksa oleh sesuatu yang bernama cinta kala melihat Irene Cassiopeia Jonathan sang sepupu.
“Jika cinta berhak memilih, lantas mengapa cinta kita seolah ada yang menghalangi?"
- Cyril Orion Stevenson -
“Aku tahu bahwa aku juga mencintaimu, tapi aku juga tahu bahwa perasaanku padamu adalah sebuah kesalahan."
- Irene Cassiopeia Jonathan -
Akankah mereka dapat bersatu?
Atau justru menemukan cinta yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Claudia Diaz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datangnya Hama
Hembusan angin yang berhembus membuat daun-daun menari dan melambai-lambai dengan indah. Mengirimkan kesejukan yang meresap dalam kalbu.
Begitu pun dengan Orion. Entah angin apa yang merasukinya, dia yang biasanya membenci terpapar sinar matahari, hari ini justru ia ingin berjemur di bawah sinar matahari.
Maka dari itu, saat ini Orion sedang merebahkan tubuhnya di atas rerumputan, bukan karena ia berubah menjadi gembel, bukan. Sekali lagi ini adalah salah satu upaya dirinya untuk mendapatkan kulit tan yang eksotis seperti milik uncle-nya.
Pandangannya tertuju pada sekumpulan awan yang menggantung di langit biru. Dengan burung-burung yang menari bahagia seakan mengerti suasana hatinya.
“K-Kak Rion?" panggil sebuah suara yang terdengar bergetar seakan ketakutan mendekap dirinya.
Terkutuklah suara yang melenyapkan rasa damai dalam hatinya itu, demi apa pun ia tidak suka, jika kesenangannya diganggu. Hei, dia saja tidak pernah mengganggu kesenangan mahasiswa lain. Akan tetapi, mengapa mahasiswa lain selalu mengganggu kesenangan dirinya?
Ekor mata Orion hanya melirik saja, terlihat seorang gadis yang sedang memilin ujung roknya. Dan apa dia gadis miskin, mengapa pakaiannya hanya setengah dan tidak layak pakai?
“Bicaralah atau kau akan kehilangan pita suaramu?" dengan tak acuh Orion bicara.
Gadis itu tersentak tiba-tiba kakinya terasa seperti jelly yang tak mampu lagi berpijak dengan benar. Namun, sekuat tenaga ia menahan dirinya untuk tetap berdiri tegak.
“A-aku hanya ingin bertanya apa Kakak bersedia menjadi modelku untuk peragaan busana nanti?" getaran tersebut terdengar sangat jelas pada setiap kata yang terucap. Waktu seperti berjalan lambat bagi sang gadis.
“Berapa banyak uang yang kau miliki untuk membayarku menjadi modelmu? Di dunia ini tidak ada yang gratis. Seharusnya kau tahu itu!"
“A-aku akan membayarmu asal Kakak menjadi modelku," Gadis itu bersikeras.
“Benarkah, kalau begitu aku minta satu triliun untuk bayarannya, itu baru bersih, belum lagi kau harus membayar ongkos bensin jika kita bertemu untuk mencoba fitting baju rancanganmu, bagaimana?"
Mata gadis itu membola, yang benar saja dia membayar kakak tingkatnya semahal itu. Ia saja tak memiliki uang sebanyak itu.
“Kenapa diam. Kau tidak mampu, ya? Tidak heran, sih karena kau bukanlah gadis kalangan atas, tetapi mencoba untuk terlihat sok kaya. Dari mana aku tahu? Tentu saja dari pakaian yang kau kenakan. Seseorang yang anggun dari kalangan atas ia pasti menjaga harga dirinya di depan umum dengan berpakaian yang lebih sopan. Tidak seperti ...." Orion melirikkan matanya sebentar, “Jadi, maaf ya. Aku menolak tawaranmu itu, sekarang pergilah dari hadapanku!"
Gadis itu mengepalkan tangannya, menahan emosi yang terkumpul di kepalanya, “Kau keterlaluan. Bagaimana mungkin kau bisa merendahkanku secara terang-terangan?"
“Bukannya kau yang ingin?" Orion menghela napas kasar. “Jika kau tidak ingin direndahkan oleh orang lain karena penampilanmu, sebaiknya pakailah, pakaian yang lebih sopan. Kau ini sedang kuliah, bukan bekerja sebagai kupu-kupu malam!"
Cukup! Ia tidak tahan lagi mendengar ucapan pedas Orion yang menusuk hingga relung hatinya. Dengan air mata yang mengalir deras tanpa izin, gadis itu pergi dari sana, meninggalkan Orion yang hanya mengangkat bahu tak acuh.
Melanjutkan kegiatannya memandang langit, sambil menikmati desingan angin yang menyapa telinganya dengan ramah.
“Kak Rion!" Beatrice memanggil. Saat mengedarkan pandangannya, ternyata juga ada Cassie dan Vega bersamanya.
“Ada apa kau ingin menanyakan temanmu yang kembali ke kelas sambil menangis beberapa saat lalu?"
“Selalu saja membuat seseorang menangis, bahkan hampir setiap harinya, apa Kak Rion tidak memiliki hati?" Beatrice melayangkan protes.
“Honey, kasih sayangku itu hanya untuk adikku dan kalian semua. Tidak untuk orang lain. Kau lihat? Aku angkuh begini saja, semua orang masih mengganggu waktu tenangku, dengan berebut perhatian dariku, apalagi jika aku ramah pada mereka. Itu pasti melelahkan!"
“Kau tahu alasan mereka mendekati kita, maksudku, Aku, Leander, Gerald, Arche, Leo, bahkan kakakmu? Itu semua karena kita adalah orang terpandang, Sayang. Mereka hanya ingin uang dan ketenaran dengan menumpang nama Jonathan, Stevenson, Danendra, dan Angkasa ... jadi, untuk apa aku berbaik hati pada mereka. Coba jelaskan?!"
Sejenak Beatrice terdiam memikirkan ucapan sahabatnya, “Benar juga mereka semua hanya tipe penjilat."
“Kau tahu itu dengan baik saudaraku," Orion berdiri dari rebahannya. “Ayo kita makan siang, perutku sudah lapar."
Orion meninggalkan kedua gadis yang raut wajahnya sudah kusut itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Detik, menit, dan jam telah terlewati. Setelah sibuk menjahit pola menjadi baju yang diinginkan. Cassie merapikan desain bajunya. Untuk model, ia memilih Orion dan Beatrice.
“Peragaan busana kali ini tema kolosal ya, Kak?" Leo melihat pekerjaan sang kakak.
“Uhm! Maka dari itu aku membuat kimono dan yukata, masing-masing dua," jelas Cassie sambil terus fokus pada pengerjaan kimono dan yukata.
“Tugasnya belum selesai, Sayang?" Rain tiba-tiba ikut bergabung bersama anak-anaknya.
”Belum, Dad. Sebentar lagi."
“Kimono yang cantik. Daddy tak menyangka, kau bisa membuat ini, Baby," sang ayah memuji hasil karyanya.
“Aku tidak berjuang sendiri. Ada Orion yang membantu, Daddy tahu, kan dia juga berbakat dalam mendesain? Selain itu aku meminta saran pada Uncle dan Aunty."
“Siapa yang akan menjadi modelnya?"
“Orion dan Beatrice."
“Kenapa tidak Daddy saja yang menjadi modelnya?" celetukan Leo menghentikan pembicaraan mereka sejenak.
“Mommy-mu tidak rela jika Daddy debut sebagai model, Nak. Jika Daddy menjadi model Cassie kali ini, sudah bisa dipastikan Daddy akan tidur di luar bersama anjing peliharaan kita," Rain memberi pengertian pada si bungsu.
”Itu benar. Zaman sekarang selera anak muda itu bukan teman sebaya mereka, tetapi paman-paman kayalah yang menjadi incaran mereka. Mereka bahkan rela menjadi pemuas nafsu paman-paman hidung belang dengan embel-embel diberi sejumlah uang yang nominalnya besar," Sunny tiba-tiba menyahut.
“Nah, kan benar! Mommy itu tipe orang yang posesif. Ya, karena Daddy ini tampan dan kaya, siapa yang tidak mau dengan Daddy. Bahkan, dulu ada seorang model yang rela datang ke kantor Daddy hanya untuk bertemu dan mengajak makan siang bersama," Rain membanggakan dirinya yang menjadi idaman wanita saat masih muda dulu.
“Bangga, ya?" suara Sunny seperti terompet sangkakala yang mengalun di telinga Rain tanda ia harus waspada.
“E-eh tidak kok, Sayang. Yang terpenting cinta dan kasih sayangku hanya untukmu dan anak kita, tidak akan ada yang lain. Peace!" Rain membujuk istri yang melemparkan tatapan laser untuknya.
Sunny hanya berkacak pinggang. Penyakit narsistik yang diidap suaminya kembali kambuh, dan itu membuatnya kesal.
Cassie dan Leo yang melihat drama picisan orang tua mereka hanya mengulum senyum.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Langit berwarna hitam kelam serta dinginnya udara yang menusuk tulang menjadi saksi bisu pembantaian yang tengah dilakukan, desingan pedang yang terdengar nyaring hingga memekakkan telinga menjadi pengiring kegiatan malam ini. Bau anyir menyeruak memenuhi udara sekitarnya, menyapa indera penciuman.
Seseorang itu hanya menyeringai tipis dibalik topeng yang ia kenakan.
“Lapor Master, sebanyak 150 penyusup sudah berhasil kita lenyapkan hari ini!"
“Benarkah aku sudah membinasakan orang sebanyak itu? Ck, Dasar hewan-hewan kotor!"
Bawahannya hanya terdiam, jika salah bicara sedikit saja, sang master akan membuat nyawanya melayang seketika, “Bereskan hewan-hewan ini. Kirimkan pada seseorang yang mengirim mereka!"
“Baik, Master."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari ini peragaan busana sedang diselenggarakan. Banyak mahasiswa yang tampil memukau hari ini. Melihat penampilan temannya tak ayal membuat Cassie berkeringat dingin dan merasa tidak percaya diri.
Mengerti kegelisahan yang menggelayuti sang gadis, Orion menggenggam tangannya, berusaha memberikan semangat dan rasa percaya diri Cassie.
“Tenanglah kau pasti bisa. Karena kau sudah berusaha sejauh ini," Orion menenangkan sang bintang. Cassie mengangguk.
Kini tibalah saatnya mereka naik ke atas catwalk Orion dan Beatrice naik ke atas catwalk dan berlenggak-lenggok di sana.
Hingga saat akhir acara, Cassie dipanggil karena, menjadi busana favorit pilihan mahasiswa dan dosen-dosen lain.
Riuh tepuk tangan dan ucapan selamat Cassie dapatkan, hingga turun dari panggung.
“Selamat untukmu Cassie," ucap Orion dan Beatrice. Namun, tiba-tiba ....
Tap
Tap
Tap
Sret
Cup
Mata Cassie dan Beatrice dibuat membola karenanya, “Selamat ya, Sayang. Kau tampak tampan sekali."
Orion refleks mendorong perempuan itu hingga jatuh terjerembab ke lantai, “Dasar wanita murahan. Apa kata-kataku kemarin itu kurang jelas?"
Orion, Beatrice, dan Cassie langsung meninggalkan wanita tersebut.
“Lihat saja Kak Orion. Kau pasti akan jatuh ke pelukanku dan menjadi milikku," desis wanita itu.
ak bacanya nyicil hehe
aku suka banget gaya bahasanya