Kayena de Pexley adalah ratu termalang dalam sejarah kerajaan Robelia. Sampai akhir hayatnya, Kayena tidak mendapat sedikit pun cinta dari sang suami. Ia diperlakukan layaknya mesin pembuat anak serta simbol kerjasama antara dua belah pihak. Sedangkan Katarina adalah selir paling dicintai dalam sejarah kerajaan Robelia. Mantan pelayan Kayena yang mendapat anugrah berupa cinta tulus sang raja.
Ketika berhasil melahirkan bayi ke-4 yang kelak akan menjadi raja paling berpengaruh dalam sejarah kerajaan Robelia, Kayena memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah mengetahui rencana sang suami yang akan memisahkan dia dengan sang putra. Namun, alih-alih meregang nyawa, Kayena malah terbangun pada masa baru kehilangan bayi pertama. Lima tahun sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri karena mengalami depresi.
Mendapat kesempatan kedua, mampu kah Kayena merubah nasibnya yang malang? cari tahu selengkapnya.
🚩🚩
Cerita pertama Author dengan tema reinkarnasi 🔱
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaka Shan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0023. Un Coup Dur Pour Le Roi (Pukulan telak untuk Raja)
0023. Un Coup Dur Pour Le Roi (Pukulan telak untuk Raja)
“Makan.”
Pandangan wanita cantik yang sejak tadi hanya tertuju pada pemilik suara itu, kini beralih pada setumpuk Venison steak yang telah dipotong-potong sehingga mudah dinikmati dalam satu suapan.
“Terima kasih,” ucapnya kemudian. Saking masih belum bisa menyesuaikan diri dengan perubahan sikap pemilik suara deep tersebut, ia sampai tidak sadar jika sebongkah Venison steak with blackberry sauce yang dihidangkan untuknya telah ditukar dengan Venison steak with blackberry sauce siap dinikmati.
“Perjalanan menuju istana masih butuh 4 jam perjalanan darat. Lebih baik kau mengisi perut agar memiliki cukup tenaga untuk melanjutkan perjalanan.”
“Pangeran juga harus banyak makan, supaya punya banyak tenaga untuk menggendong saya.”
Pria rupawan yang baru saja menyingkirkan bongkahan blackberry utuh dari atas daging langsung terdiam. Tatapannya kemudian terangkat, terarah pada netra milik lawan bicaranya yang sedang menyunggingkan senyum hangat. Perkataan wanita cantik yang lebih muda darinya itu memang ada benarnya, karena sepanjang turun dari kapan layar, ia tidak membiarkan wanita cantik itu menginjakkan kakinya yang terkilir akibat insiden yang terjadi di batas perairan Alexia. Para pengawal dan pelayan sampai dibuat ternganga melihat tindakan sang pangeran yang konsisten dari awal hingga akhir.
“Aku masih cukup kuat untuk membawamu pulang,” sahut pangeran Robelia itu sebelum melahap satu potong Venison steak yang disajikan dengan siraman saus blackberry yang masam dan segar.
Ditanggapi dengan anggukan kepala oleh lawan bicaranya. Setelah melalui insiden tak menyenangkan, hubungan mereka menjadi lebih akrab dengan sendirinya. Pangeran Robelia itu juga tidak lagi menggunakan gaya bicara formal ketika mereka tengah berdua—sesuai permintaan Kayena. Saat ini mereka tengah singgah di sebuah kedai guna mengisi perut-perut yang telah keroncongan.
Kaezar sadar jika para penumpang kapal layar yang sempat dijarah para perompak pasti sempat jiwanya terguncang. Oleh karena itu, ia sempat menunda perjalanan. Ditambah lagi dengan kondisi kaki Kayena yang ternyata terkilir, akibat insiden yang sama. Kaezar yang merasa punya tanggung jawab untuk melindungi Kayena, tanpa pikir panjang menunjukkan perhatiannya. Ia sama sekali tidak merasa keberatan jika harus menggendong Kayena, ketimbang membiarkan wanita cantik itu berjalan dengan rasa nyeri yang berasal dari kakinya.
Di Kyen, Grand Duke Pexley serta dua saudara Kayena bahkan tidak pernah membiarkan rasa nyeri menghampiri tubuh Kayena. Kayena juga sangat disayangi oleh seluruh rakyat Kyen. Namun, tanpa mereka semua ketahui, di ibu kota Kayena hidup tersiksa. Ia bahkan secara terang-terangan dipermalukan di muka umum.
“Pangeran, kenapa Anda tiba-tiba meminta kusir untuk mengubah rute?”
Kaezar menoleh, menatap secara langsung ke arah Ratu Robelia yang sekarang tampil dengan long dress sederhana tanpa perhiasan apa-apa. Namun, di mata Kaezar ia tetaplah Kayena yang mampu membius siapa saja dengan pesonanya.
“Lebih baik kau kembali ke Kyen,” kata Kaezar kemudian. “Grand Duke akan merasa senang jika kedatangan putrinya.”
Kayena terdiam mendengarnya. “Kembali ke Kyen? Apa ini rencana Anda untuk … menjauhkan saya dari istana?”
Tepat sasaran sekali.
Kaezar memang ingin menjauhkan Kayena dari istana untuk sementara waktu. Setidaknya sampai kondisi lebih kondusif. Mengingat kabar burung soal penghinaan yang diterima oleh Ratu Robelia pasti sudah sampai ibu kota. Kaezar tidak mau Kayena kembali mendengar soal insiden memalukan tersebut. Biarlah Kaizen dan Katarina yang menanggungnya.
Kaezar bisa membuat scenario seolah-olah Kayena menghilang tanpa jejak semenjak kapal layar miliknya dijarah perompak. Ketika scenario itu berhasil memanipulasi keadaan, ia akan membawa Kayena kembali ke Kyen. Grand Duke Pexley pasti akan senang. Beliau juga tidak perlu merasa cemas lagi, ketika putrinya akan segera kembali.
“Bawa saya kembali, Pangeran.”
“Kemana?”
“Istana. Tempat saya menghabiskan masa muda sampai menjadi seorang istri dan Ibu,” kata Kayena. Membalas pertanyaan singkat Kaezar.
“Kenapa harus kembali? bukan kah kau tersiksa tinggal di istana?”
Kayena tersenyum tipis seraya menunduk. “Saya datang dengan rasa hormat ke istana, kemudian dinobatkan sebagai wanita paling terhormat di Robelia,” ujarnya, masih dengan tatapan tertuju pada makanan di atas piring porselen. “Saya punya keinginan untuk kembali ke Kyen setelah melepaskan semua tugas yang selama ini saya emban.”
Pandanganya kembali terangkat. Tertuju pada lawan bicaranya yang masih menahan diri untuk angkat bicara.
“Belum waktunya saya meninggalkan istana,” ucap Kayena ketika berhasil menusuk satu potong steak yang berbahan dasar daging rusa tersebut. “Selama saya belum mendapatkan perceraian, saya belum bisa mengecap kebahagiaan.”
💰👑👠
“Jika itu adalah kapal layar yang digunakan Yang Mulia Ratu, alasan pertama kenapa para perompak bisa menjarahnya karena di atas kapal layar itu hanya ada 10 perwira muda dan menengah. Anda … tidak memberikan keamanan tambahan pada Yang Mulia Ratu.”
Kaizen terkesiap mendengarnya. Ia benar-benar lupa bahwa kepulangannya ke Robelia turut serta membawa seluruh prajurit dan pelayan utama yang melayani kebutuhannya. Ia lupa bahwa sang istri hanya didampingi oleh 10 prajurit serta 6 pelayan. Sangat berbanding terbalik dengan pelayanan yang ia dan kekasihnya dapatkan.
“Lalu kenapa kau tidak bergegas mencari Ratu?!” tanya Kaizen dengan emosi yang mendadak tinggi.
“Maafkan saya, Yang Mulia. Kami tidak dapat melakukan apa-apa, selagi tidak ada perintah. Semalam …” Kael tampak menggaruk pelipis ketika hendak melanjutkan kalimatnya. “ …Anda melarang siapapun menganggu waktu Anda dan Selir Agung Katarina.”
Kaizen menghela napas kasar. Lagi dan lagi ia menyadari “kebodohan” yang telah ia perbuat. Semalam ia memang main gila dengan kekasihnya di rumah kaca milik Kayena. Berakhir di tempat tersebut saja sudah membuat Kaizen frustasi di pagi ini. Entah apa yang membuat kewarasannya menghilang, sampai-sampai ia berakhir menggagahi kekasihnya di ranjang milik sang istri. Ia yakin 100% jika ranjang itu belum ternodai sama sekali, jika saja semalam mereka tidak bermain gila di sana.
Kael juga tidak dapat disalahkan, karena semalam tidak langsung memberitahu informasi penting mengenai ratunya. Pria muda itu hanya menjalankan perintah “tidak menganggu waktu sang raja dan selirnya” sesuai keinginan sang pemberi titah.
“Minta pelayan untuk segera membersihkan rumah kaca milik Ratu,” kata Kaizen kemudian. “Katarina akan segera bangun, segera bersihkan setelah dia meninggalkan tempat ini. Pastikan tidak ada satu pun yang berubah dengan kondisi sebelum dan sesudah rumah kaca ini digunakan olehku.”
“Baik, Yang Mulia.”
“Ah, adda beberapa pot bunga juga yang rusak. Singkirkan dengan segera.”
Sekali lagi, Kael meng-iyakan tanpa pikir panjang. Dengan langkan cepat ia kemudian mempersilahkan sang raja yang hendak meninggalkan tempat tersebut. Namun, belum sempat dua langkah meninggalkan tempat yang merupakan spot favorit ratu Robelia yang sekarang menjabat, raja muda itu terhuyung ke belakang berkat sebuah pukulan telak. Kael tentu saja terkesiap, bahkan para prajurit yang berada tak jauh dari tempat tersebut juga merespon demikian.
“Uhuk … uhuk …”
Efek pukulan telak itu berhasil membuat sudut bibir raja Robelia itu terluka, sehingga mengeluarkan darah segar ketika membuang ludah. Dengan sorot mata marah, Kaizen menatap ke arah si pelaku. Namun, sorot mata itu tak berlangsung lama ketika ia berhasil mengenali si pelaku.
“Cesare …?”
“Kau masih mengenaliku, brengs*k?”
Kael tidak pernah melihat orang lain menghina Raja Robelia secara terang-terangan, kecuali pria rupawan dengan tubuh tegap yang tampak dihasilkan dari latihan fisik rutin ini.
“Apa yang sedang kau lakukan ketika adikku menghilang di negeri orang?”
Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari pria pemilik nama Cesare. Suami dari seorang putri di kerajaan tetangga. Mantan panglima perang kebanggan Robelia.
“Cesare, dengar, Kayena …”
“Berani kau menyebut nama Adikku setelah penghinaan yang kau berikan kepadanya?” murka pemilik nama lengkap Cesare de Pexley tersebut. Kakak Kayena nomer dua. Teman dekat Pangeran Kaezar masa kanak-kanak.
“Adikku kau tinggalkan di negeri orang. Sekarang ada rumor yang tersebar jika kapal layar yang dinaikinya dijarah perompak dan kau … tidak melakukan usaha apa-apa untuk mencarinya.”
“Aku akan segera mencari istriku, Cesare,” bela Kaizen. “Aku akan segera mengerahkan pasukan untuk …”
Tawa meremehkan terdengar dari mulut Cesare yang datang dengan pakaian militer resminya. “Buka matamu dan lihat jendela. Armada lautku sudah tersebar di seluruh perairan Robelia untuk mencari Kayena,” katanya dengan sorot mata gelap. “Ingat, Kaizen. Aku pernah mengatakan padamu jika kau tidak lagi sanggup membahagiakan Adikku, kembalikan dia secara baik-baik seperti ketika kau memintanya menjadi istri.”
“…”
“Ragaku boleh berada jauh dari Robelia, namun mata dan hatiku tidak pernah berpaling dari Adikku,” tambah Cesare ketika Kaizen tidak bisa membalas sama sekali. “Kau jadikan saja mantan pengurus istal kuda di kediaman Pexley sebagai Ratu mu. Jangan permainkan Adikku. Dia terlalu berharga untuk dijadikan boneka Marionette olehmu.”
“Jaga bicara mu, Cesare.”
“Kau tersinggung?” Cesare berjalan mendekat. Ia tak takut sama sekali berhadapan langsung dengan raja Robelia yang lebih tua darinya, jika dilihat dari segi usia. Namun, dari segi kemampuan bertarung, Cesare yang sejak kecil lebih banyak menghabiskan waktu di medan perang pasti akan menang dengan telak. “Identitasnya tidak akan pernah berubah, sekalipun kau telah memberi mahkota di kepalanya. Dia tetap mantan pelayan yang telah lancang menaiki ranjang calon suami nona mudanya.”
“Cesare!”
“Marah lah sesuka hatimu, bajing*n. Karena kemarahan itu tidak sebanding dengan kemarahan yang dirasakan keluarga Pexley.”
💰👑👠
TBC
Semoga suka 😘 sampai jumpa di part berikutnya. Jangan lupa like, vote, rate bintang 5 🌟 komentar, follow Author Kaka Shan + IG Karisma022 🤗
Tanggerang 04-04-23