" Mau gimanapun kamu istriku Jea," ucap Leandra
Seorang gadis berusia 22 tahun itu hanya bisa memberengut. Ucapan yang terdengar asal dan mengandung rasa kesal itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Jeanica Anisffa Reswoyo, saat ini dirinya sudah berstatus sebagai istri. Dan suaminya adalah dosen dimana tempatnya berkuliah.
Meksipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dengan status mereka.
Jadi bagaimana Jea bisa menjadi istri rahasia dari sang dosen?
Lalu bagaimana lika-liku pernikahan rahasia yang dijalani Jea dan dosennya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Rahasia 24
" Pacaran setelah menikah, waah aku jadi penasaran. Nah kita ngobrol dulu yuk di situ."
" Eh tapi."
Irene mengabaikan keterkejutannya atas apa yang jadi jawaban Jea. Dia berusaha untuk tenang. Pasalnya ungkapan itu sebenarnya sering juga ditemui. Bahkan kedua orang tua Irene juga pacarannya setelah menikah.
Akan tetapi tetap saja Irene menjadi semakin penasaran. Ia jadi ingin tahu lebih banyak bagaimana tanggapan dari Jea. Maka dari itu Irene mengajak Jea untuk berhenti disebuah kafe.
Sebenarnya hari Irena juga tidak ada kuliah, dia sedang bimbingan skripsi yang kebetulan dosen pembimbing adalah ayahnya sendiri. Jadi hari ini dia benar-benar bebas sehingga bisa mendapat kesempatan untuk menyelidiki hubungan Jea dan Lean.
" Lho emangnya nggak jadi ke kampus Ren?"
" Nggak kok, aku udah beres skripsinya. Minggu depan tinggal sidang aja. Jadi hari ini aku pengen istirohat, hahaha."
Mulut Jea seketika menganga, ia tidak menyangka bahwa Irene adalah mahasiswa tingkat akhir. Ia merasa bahwa gadis itu masih seumuran dengannya tapi ternyata sudah mau lulus S1.
Merasa penasaran dengan Irene, Jea pun menyetujui temannya yang mengajaknya ke kafe. Dan kini mereka tengah duduk tepat di samping jendela. Dimana hujan sudah mulai turun. Namun tetap pesanan mereka adalah es. Karena meskipun hujan hawa yang dirasakan tidaklah dingin melainkan tetap panas.
" Jadi kamu pas SMA loncat kelas gitu. Ehmm kalau istilahnya akselerasi ya. Jadi SMA hanya butuh waktu 2 tahu aja."
" Iya betul. Eeh kok malah bahas itu. Itu lho aku penasaran yang kamu bilang tadi. Pacaran setelah menikah itu, gimana."
Jea tersentak, ia pikir ucapan Irene tadi hanya candaan belaka. Tapi ternyata dia sungguh sangat serius. Mau tidak mau Jea pun mengungkapkan pendapatnya. Dia bercerita tentang apa yang diketahuinya, tentunya dengan sebuah pengalaman miliknya sendiri yang masih seumur jagung itu.
Namun tentu saja Jea sangat hati-hati dalam pemilihan kata agar tidak menimbulkan kecurigaan. Namun Jea agaknya lupa atau tepatnya belum paham bahwa yang dia hadapi adalah gadis yang cerdas.
Dari semua pendapat yang Jea kemukakan membuat Irene curiga. Semua itu seolah nyata. Jea seakan-akan sangat paham dan mengalaminya.
" Kamu kayak lagi cerita tentang pengalamanmu, Jea?"
" Ya? M-mana mungkin hahahah. Itu real pendapatku. Ya karena aku juga punya beberapa temen sekolah dulu yang gitu. Mereka ada yang nikahnya karena ta'aruf. Jadi cuma dikenalkan lalu nikah. Dan ya seperti yang aku ceritain tadi, mereka happy malahan dengan proses 'pacaran' setelah nikah."
Degh degh degh
Tidak dipungkiri, saat ini Jantung Jea berdetak dengan sangat cepat, wajahnya memang berusaha untuk tenang tapi tetap saja dia begitu gugup. Dan itu bisa ia rasakan melalui dadanya yang berdebar sangat kuat.
Ingin sekali Jea segera pergi meninggalkan Irene di situ tapi tentu saja dia tidak bisa. Dia tidak ingin bersikap tidak sopan dengan pergi tanpa alasan apapun.
Tring
Sebuah pesan masuk, bukan dari customernya karena Jea belum mengaktifkan aplikasi. Hari tengah hujan begini dia menjadi enggan untuk melakukan pekerjaannya. Dan lagi pula pesan tersebut berasal dari Lean.
< Lagi apa, udah makan?>
< Lagi di luar sama temen. Udah kok, Abang sendiri udah?>
Wajah Jea menjadi sedikit lebih lemas dari pada tadi. Dia tadi tampak tegang ketika bercerita dengan Irene. Tapi kali ini pun membuat Irene menjadi penasaran dan tentunya curiga.
" Uhhuuui kayaknya lagi seneng nih. Ughh jadi iri, hahaha bercanda Jea."
" Kamu bener-bener ya Ren, bisaaa aja."
Irene sungguh mendapat sisi lain dari Jea. Wajah gadis yang duduk di seberangnya itu terlihat sumringah saat ini. Tentu saja Irene tahu bahwa Jea sedang bertukar pesan. Tapi dengan siapa Irene tentu tidak tahu. Dan dia juga tidak berhak untuk mengetahuinya.
Setengah jam berlalu. Hujan pun mulai reda dan Jea memutuskan untuk pergi lebih dulu. Irene yang mengatakan ingin tinggal lebih lama membuat Jea lebih memilih untuk mengaktifkan aplikasi ojek onlinenya. Dan pas sekali Jea mendapatkan orderan.
" Hati-hati Jea."
Jea mengangguk sambil melambaikan tangannya. Sedangkan Irene, dia masih terus kepikiran dengan perkataan Jea perihal pacaran setelah menikah.
Ia pun lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi sang paman. Dia tahu bahwa paman dan bibinya itu juga sedang mencari tahu hubungan Lean.
" Om di kampus apa di rumah? Yara kesana ya."
" Oke Yara, Om tunggu di kampus,"
Irene memutuskan untuk memesan ojek online. Kali ini dia tidak ingin Jea yang mengambil orderannya, dan itu juga tidak mungkin karena Jea sedang mengambil orderan yang lain.
Menggunakan motor memang sesuatu yang menyenangkan saat jalanan macet seperti yang dihadapi oleh Irene. Meskipun harus sedikit basah karena masih gerimis tapi Irene lega karena bisa di kampus lebih cepat.
Ia langsung berjalan cepat menuju ruangan sang paman. Dan di sana teryata sudah ada bibinya juga.
" Jadi apa bener kamu kemarin sama Zara lihat Lean sama seorang gadis?"
" Iya Tante, dan nama gadis itu Jeanica. Secara kebetulan dia temen aku Om, Tante."
" Jeanica, iya itu nama yang pernah Lean ucapkan. Apa kamu beneran temenan sama gadis itu sayang?"
Irene menganggukkan kepalanya cepat. Dia lalu menceritakan perihal perkenalannya dengan Jea. Dia juga menceritakan tentang pertemuannya hari ini dengan gadis itu.
Di sisi lain Andra langsung menghubungi sekretariat untuk mencari tahu tentang Jea. Dia meminta data diri lengkap gadis itu. Andra juga mengonfirmasi perihal kebenaran tentang ayah Jea yang sudah meninggal. Dan semuanya itu benar adanya. Jadi Lean tidak berbohong soal ayahnya Jea yang sudah tidak ada.
" Jadi maksudmu gadis itu bilang kalau pacaran setelah menikah lebih menyenangkan begitu?"
" Iya Tante, dia bilang gitu katanya melihat dari teman-temannya yang udah nikah. Tapi ya Tante, Om, aku ko ngerasa itu kayak pengalaman pribadi ya. Gini maksudku pas Jea nya cerita tuh feel nya dapet banget. Kayak yang semuanya dia alami sendiri."
Doeeeeng
Andra dan Zanita saling pandang. Mereka seolah merasakan deja vu. Dan baik Andra maupun Zanita seperti langsung terkoneksi satu sama lain.
Bukan tanpa alasan mereka melakukan kontak mata yang penuh arti itu. Pasalnya mereka dulu pernah mengalaminya. Pacaran setelah menikah, ya Andra dan Zanita dulu pun seperti itu. Dan yang membuat keduanya semakin khawatir adalah bahwa Lean melakukan yang sama dengan apa yang mereka lakukan dulu.
" Nggak mungkin kan Bang?" ucap Zanita tiba-tiba.
Andra langsung mengusap wajahnya kasar. Ada rasa was-was dalam dirinya saat mengingat apa yang pernah ia lakukan dulu yakni menikah tanpa sepengetahuan keluarganya dan dia menyembunyikan istrinya itu di apartemen.
" Nggak sayang, jangan, maksudku nggak mungkin."
Melihat paman dan bibinya tampak kebingungan, Irene hanya melongo. Pasalnya dia tidak mengerti apa yang saat ini tengah Andra dan Zanita pikirkan.
" Om dan Tante kek lagi rungsing gitu. Kenapa ya? Mana aku nggak ngerti lagi mereka lagi ngomongin dan mikirin apa?"
TBC