NovelToon NovelToon
Yaa Habibi

Yaa Habibi

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Indah Purnama

Mengisahkan tentang seorang gadis yang pernah menjadi korban pelecehan. Namun siapa sangka, gadis itu malah di jodohkan dengan lelaki bergelar Gus sekaligus Direktur utama di perusahaan ternama.

Akan kah hubungan mereka berjalan lancar?

Akan kah Gus muda itu menerima kisah kelam gadis itu?

Note : ***
Kisah ini hanya disarankan untuk pemabaca 17 tahun keatas!! Diharapkan pembaca dapat dengan bijak dalam berpendapat, berkomentar , maupun memilih daftar bacaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 20

"Tidak apa, Bu Nyai. Maaf karna kami merepotkan." Jawab salah seorang santri wati.

"Kalau begitu Ummi pamit dulu ya, Assalamu'alaikum." Pamit Ummi Ainun.

"Waalaikumsalam, Ummi." Jawab mereka sambil menyalami Ummi.

Beberapa santri-santri wusta itu terang-terangan menatap tak suka pada Indah. Mereka tahu jika Indah adalah tamu di pesantren seperti yang diberitahukan oleh Kyai Umar secara langsung.

Tetapi mereka juga sempat melihat langsung kedekatan Indah dan Gus Azzam. Mereka semua yang mengagumi Gus Azzam jelas sangat tidak suka dengan hal itu. Mereka saja tidak berani menatap Gus mereka, tapi Indah malah terang-terangan dekat dengan Gus.

Indah mencoba menghiraukan pandangan santri-santri wati tersebut, ia melihat gazebo yang ada di pelataran ndalem dan merasa bahwa gazebo itu cocok untuknya dan para santri wati.

"Kita duduk disana saja ya." Ucap Indah sambil menunjuk gazebo di depan.

Para santri wati tersebut mengangguk dua diantaranya mengambil sapu dan berjalan ke arah gazebo.

"Kalau begitu kami panggil teman-teman dulu ya, Mbak." Ucap sala seorang lagi.

"Satu orang tinggal ya." Pinta Indah. Kemudian yang lainnya pergi memanggil teman-temannya.

Indah meminta Tia, nama seorang satri yang ditinggalkan bersamanya untuk membawa salat buah buatannya yang ada di kulkas. Indah memang membuat banyak, jadi tidak masalah jika dibagikan pada para santri ini.

"Tidak berat kan, Tia?" Tanya Indah ketika dilihatnya Tia dengan santai membawa beberapa mangkuk kaca.

"Tidak, Mbak." Jawab Tia seraya tersenyum.

Sedangkan para santri yang lain sudah berkumpul di gazebo. Sekitar delapan santri yang sudah duduk melingkar dengan tenang, ditambah dengan Indah dan Tia, maka jumlah mereka ada sepuluh orang.

Indah membagikan salat buah buatannya kepada para santri wati, mereka juga saling membagi satu sama lain.

"Enak ga?" Tanya Indah.

"Enak, Mbak. Manisnya pas, buahnya juga segar-segar." Jawab salah seorang santri yang bermana Clara, teman-temannya pun mengagguk setuju dengan ucapanya.

"Kalau begitu kalain hari ini ada pelajaran apa?"

"Belum ada, Mbak. Pembelajaran kan dimulai minggu depan setelah penerimanan santri baru." Jawab Tia.

"Tapi tadi Ummi bilang kalau hari ini akan menemani kalian." Ucap Indah bingung.

"Sebenarnya kami ingin tau tentang konteks cinta dari Bu Nyai." Jawab Clara tanpa canggung, sedangkan santri lain menunduk karna malu dengan ucapan Clara.

"Loh, kalian santri wusta kan?" Tanya Indah, karna setahunya santri wusta setara dengan anak SMP. Dan lagi sepertinya mereka ini baru berusia sekitar tiga belas sampai lima belas tahun.

"Iya, Mbak." Jawab mereka semua bersamaan.

"Lalu kecil-kecil sudah ingin belajar tentang cinta?" Tanya Indah tak habis pikir.

Para santri semakin menunduk mendengar Indah yang sepertinya terkejut, mereka takut kalau Indah akan marah. Mereka tidak tau-menau bagaimana sifat tamu Bu Nyai mereka.

"A-afwan, Mbak." Ucap Tia takut-takut.

Indah tersenyum kecil melihatnya, ia jadi ingat saat dirinya dulu selalu dimarahi Husain saat bertanya ini-itu.

"Konteks cinta itu seperti cintanya orang-orang terdekat Rasulullah." Jawab Indah sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya.

"Cintanya orang-orang terdekat Rasulullah?" Para santri wati mulai bergumam kecil.

Indah mengangguk, kemudian berkata "Cinta adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menahan rasa sakit saat menutup lubang ular."

"Itu saat Rasulullah sedang tertidur di atas paha Abu Bakar?" Clara bertanya ingin memastikan.

"Ya. Pada saat itu Abu Bakar Ash-Shiddiq hanya diam, ia tidak ingin tidurnya Rasulullah tertanggu. Hanya air mata yang keluar sambil manahan rasa sakitnya." Indah tersenyum ketika para santri mendengarnya tanpa tatapan seperti pertama saat bertemu tadi.

"Cinta adalah Sayidina Ali bin Abi Thalib yang berbaring menggantikan Rasulullah ditempat tidur, saat orang-orang kafir datang hendak membunuh Rasulullah." Indah terus memandangi santri-santri wati satu-persatu, mereka semua semakin menundukkan kepalanya.

"Cinta adalah Zubair yang ketika mendengar kabar meninggalnya Rasulullah, lalu dia pun keluar dengan menyeret pedangnya dijalan-jalan kota mekah padahal usianya saat itu baru berusia lima belas tahun." Indah terus memberi tahu konteks cinta menurutnya. Tak terasa air matanya perlahan mengalir tanpa disadarinya.

"Mau tau cinta itu seperti apa?" Tanya Gus Azzam yang tiba-tiba datang.

"Cinta itu seperti Allah yang selalu memaafkan beribu kesalahan hamba-hambanya."

"Cinta itu seperti Allah yang selalu memaafkan beribu kesalahan hamba-hambanya." Ucap Gus Azzam.

Gus Azzam mengusap sisa air mata di pipi istri kecilnya. Hal itu tak luput dari pandangan para santri wusta yang ada disitu. Mereka semua terkejut, bahkan sampai ada yang tidak berkedip saat menyaksikannya.

Namun Gus Azzam sama sekali tidak menghiraukan pandangan dari para santrinya, ia malah menyuapkan salat buah milik Indah kedalam mulutnya.

"Bu Nyai tadi berpesan. Kalian diminta untuk berkumpul di depan aula Khadijah, beritahukan juga pada para santri pengurus." Beritahu Gus Azzam pada para santri wusta.

"Baik, Gus." Ucap para santri.

Para santri wati itu mulai membereskan mangkuk yang telah mereka gunakan.

"Letakkan disitu saja, jangan diangkat begitu." Ucap Indah menghentikan kegiatan para santri wati.

"Ini berat, kan?" Indah mengambil mangkuk-mangkuk yang diangkat oleh Tia.

"T-tapi, Mbak." Tia tidak bisa menolak karna Indah langsung menaruh mangkuk-mangkuk mereka kedepan Gus Azzam.

"Kenapa? Biar Gus Azzam saja yang membawa ke dalam." Indah menatap para santri dan Gus Azzam bergantian dengan wajah polosnya.

Satu alis Gus Azzam terangkat mendengar ucapan istri kecilnya. Sedangkan para santri terkejut mendengar Indah yang dengan mudah mengucapkan itu, bagaimanapun mereka tidak bisa membiarkan 'Gus' mereka mengangkat mangkuk yang telah mereka gunakan.

"Afwan, Mbak. Kami bisa sendiri." Ucap seorang santri wati takut-takut.

"Tidak apa-apa kan, Gus? Lagi pula tidak baik membuat Ummi terlalu lama menunggu." Ucap Indah tanpa persetujuan suaminya.

"B-benar tidak apa-apa, Mbak?" Tanya Tia tidak enak hati.

Indah menganggukkan kepalanya yakin, kemudian para santri wati itu mulai berpamitan.

"Kalau begitu kami pergi, Assalamu'alaikum Mbak, Gus." Ucap mereka kemudian menyalam pada Indah.

"Waalaikumsalam." Jawab Indah.

Gus Azzam setia memperhatikan istrinya hingga para santri keluar dari pelataran ndalem.

"Angkat, Gus." Pinta Indah.

Sedetik kemudian tubuhnya terasa melayang hingga dilihatnya wajah Gus Azzam. Ya, bukan mangkuk yang diangkat oleh Gus Azzam, melainkan tubuh istri kecilnya.

"G-gus." Indah melirik ke bawah, tinggi sekali dirasanya.

Gus Azzam hanya berdehem sebagai jawaban, kemudian ia membawa Indah masuk ke ndalem.

"Ma-mangkuk nya, Gus."

"Biarkan saja dulu." Gus Azzam memeluk Indah yang kini berada di pangkuannya.

"T-tapi─

"Aftaqiduk." Gus Azzam mendaratkan ciuman singkat di kening Indah, setelah itu ia menjatuhkan keningnya dibahu istri kecilnya. Hal itu berhasil menciptakan kemerahan di wajah Indah.

"Aftaqiduk, Gus?" Tanya Indah, sementara Gus Azzam hanya mengangguk dan tidak menjelaskan arti tersirat dari Aftaqiduk.

"Saya merindukan kamu."

Indah berpikir keras mencerna ucapan Gus Azzam barusan. Gus Azzam merindukan nya, padahal tidak sampai tiga jam mereka tidak melihat satu sama lain.

"T-tapi sa-saya tidak merindukan Gus Azzam." Ucap Indah jujur.

Bahu Gus Azzam langsung merosot mendengar kejujuran istri kecilnya. Gus Azzam menyakat kepalanya, tersenyum tipis dan menatap lekat Indah yang tidak berani menatapnya balik.

"Nanti akan ada tamu yang datang." Beritahu Gus Azzam. "Kamu temani saya ya, Zawjati."

"Perempuan, Gus?" Tanya Indah sedikit penasaran.

"Laki-laki." Jawab Gus Azzam mengecup pipi Indah.

Indah hanya mengangguk mendengar suaminya. Kemudian Gus Azzam menurunkan Indah dari pangkuannya, ia berjalan ke arah gazebo depan ndalem dan mengambil mangkuk-mangkuk untuk diletakkannya didapur.

Sementara itu, di dapur Indah mulai mencuci mangkuk-mangkuk yang telah di bawa oleh Gus Azzam.

"Assallamualaikum."

Gus Azzam dan Indah saling memandang, mendengar salam dari arah depan ndalem.

"Sepertinya tamu saya sudah datang, kamu tolong buatkan minum ya." Gus Azzam mengecup pipi istri kecilnya sebelum berlalu menemui 'tamu'-nya. Hobi baru Gus Azzam ini memang sedikit aneh, dan dilakukannya setiap ada kesempatan.

"Waalaikumsallam, Aron." Ucap Gus Azzam mempersilahkan tamunya masuk.

"Lama tidak jumpa, Pak Azzam. Bagaimana dengan rencana hannymoon anda? Saya harap hal itu bisa di undur segera." Ujar Aron formal dengan senyum paksa tanpa bertele-tele mengutarakan keinginannya.

"Memangnya kenapa?" Gus Azzam sededikit tertawa kecil mendengar sekretaris-nya itu.

"Saya tidak ingin mati muda karna pekerjaan kantor, Zam." Ucapan Aron terdengar agak sewot sambil memberikan berkas-berkas yang dibawanya pada Gus Azzam.

Sebelum kembali ke pesantren, Gus Azzam memang mengamanahkan semua urusan kantornya pada Aron dengan alasan ingin cuti honymoon. Tentu saja hal itu membuat Aron kewalahan beberapa hari ini, ia harus menghandle semua urusan kantor yang datang berbondong-bondong.

🦋🦋🦋

1
Dian Soedarminto
atau ceritanya cm segini aja ya thor?
sehat2kah dirimu?

ayo dilanjut ceritanya
jangan dianggurin
kami nunggu lho
Dian Soedarminto
atau ceritanya mmg cuma segitu ya...
Dian Soedarminto
piye to kiiii
Dian Soedarminto
🤭
Dian Soedarminto
ooo yg jatuh dijalan itu kan?
Dian Soedarminto
lhah...
Dian Soedarminto
cakeeepp👍👍♥️
Dian Soedarminto
Luar biasa
Dian Soedarminto
wkwkwkwk
Dian Soedarminto
😁🤭
Dian Soedarminto
so sweet♥️♥️
Dian Soedarminto
ooo pantas belum minta
Dian Soedarminto
hehehe...unik
Dian Soedarminto
kereeenn
Dian Soedarminto
hhhmmm
Dian Soedarminto
alhamdulillah
Dian Soedarminto
lanjut
Dian Soedarminto
lumayan
Nurnurul
ceritanya seru tapi bagian 23 dan seterusnya itu adalah ulangan dari bagian 1,,kaya nipu gitu padahal seru ceritanya
Nurnurul
torr ko malah ke ulang,, kya ga jelas gitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!