Kirani, bisa di katakan gadis yang malang. Hidupnya tak di inginkan oleh Ayah kandungnya sendiri bahkan saudara kembarnya pun ingin menghancurkan nya hanya demi kepentingan nya sendiri.
Bagaimana caranya Kirani melewati semua tantangan hidupnya yang sangat berat, apakah Ia mampu bangkit dan menemukan kebahagiaan nya sendiri tanpa merasa ketakutan oleh bayang-bayang masa lalu yang membuatnya trauma.
Yuk simak kelanjutan kisahnya di karya " Korban Saudara Kembar "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehamilan Rana
...----------------...
Tedi berada di rumah salah satu orang kepercayaan nya yang Ia hubungi beberapa waktu lalu.
Irwan yang khawatir melihat keadaan Tedi berulang kali meminta Pria itu untuk ke rumah sakit, namun Tedi menolak.
" Nggak usah lebay deh Wan, ini hanya luka kecil dan jauh dari jantung. Aku tidak akan mati hanya gara-gara luka kecil ini. "
Irwan melongo, luka separah itu di bilang kecil batinnya.
" Buruan kamu obati saja sendiri, lagipula kamu kan juga Dokter. Apa bedanya perawatan di rumah sakit sama disini, toh kamu sama- sama menangani orang yang terluka. "
Kalau sudah begini Irwan tidak bisa berbuat apa-apa, bukan Ia tak berani. Hanya saja di rumahnya alat yang Ia punya tidak lengkap sedangkan luka yang di alami Tedi cukup serius.
" Ya, mungkin tidak akan buat kamu mati, tapi kalau tidak di tangani dengan serius bisa saja nanti tangan mu akan infeksi dan kemungkinan terbesarnya adalah bisa- bisa kamu kehilangan tangan kanan mu ini karena harus terpaksa di amputasi. "
Irwan sengaja mengatakan sesuatu hal yang buruk, berharap Tedi akan takut namun ternyata Ia tetap pada pendiriannya, mau tidak mau dengan peralatan seadanya Irwan mengobati luka Tedi.
Memastikan tidak ada sisa beling yang tertinggal di dalam yang akan mengakibatkan terhambatnya penyembuhan luka itu nanti.
Tedi memejamkan mata selama Irwan mengobati luka di tangannya, sebenarnya luka di tangan nya cukup menyiksanya namun perasaannya untuk saat ini lebih sakit dari luka itu sendiri.
Bagaimana Ia merasa menjadi orang paling bodoh di dunia untuk saat ini, di bohongi oleh dua orang wanita.
Bagaimana Ia tidak bisa mengenali istrinya sendiri, padahal sejak awal memang sudah banyak kejadian ganjal yang di alaminya.
Irwan sempat menanyakan darimana luka itu berasal namun Tedi memilih bungkam, Ia hanya meminta Irwan untuk fokus melakukan tugasnya saja.
Pagi hari benar saja ada dua orang Pria datang ke rumah besar Gunawan, untung saja rumah dalam keadaan sepi.
Hanya tertinggal satpam dan juga dua pelayan di rumah itu, mungkin memang Tedi sudah mengatur sedemikian rupa agar tidak terjadi kegaduhan di rumah itu.
Dua orang Pria itu di ijinkan masuk begitu saja oleh satpam setelah mendapatkan perintah langsung dari Tedi, semua berjalan lancar karena dua orang pelayan tengah berbelanja dan dua lainnya tentu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Rani awalnya terkejut melihat kedatangan dua Pria asing kedalam rumah mewah itu namun setelah mendengar penjelasan kedua Pria itu Ia pun dengan cepat mempersilahkan keduanya untuk masuk agar pekerjaan mereka cepat selesai sebelum banyak penghuni rumah itu yang berkumpul dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Rani meninggalkan kedua Pria itu dan kembali beberapa saat kemudian dengan membawa nampan di tangannya.
" Ini Pak, silahkan di minum dulu. "
Kebetulan pekerjaan kedua Pria itu sudah selesai, kaca lemari sudah kembali seperti sedia kala. Kedua Pria itu pun memilih meminum minuman yang di berikan oleh Rani sebelum akhirnya mereka berpamitan.
Rani merasa lega karena seperti nya semuanya berjalan lancar, namun Ia masih menghawatirkan kondisi Tedi saat ini. Pria itu tidak ada memberi kabar sama sekali.
" Apa dia baik- baik saja. " Gumam Rani.
Sementara di tempat lain, Tedi mendapatkan kiriman dari seseorang. Keningnya mengerut melihat beberapa foto yang di kirimkan oleh orang- orang kepercayaan nya yang memang Ia mintai tolong beberapa hari sebelumnya.
" Kenapa lagi tuh jidat, sampai mengkerut gitu. Cepat tua baru tau rasa, sampai segitu berat nya beban hidup mu padahal baru juga menikah. "
Irwan malah memilih menjahili Tedi karena sejak tadi Ia memantau gerak- gerik Pria itu.
" Aku pamit dulu Irwan, ada urusan penting. Terima kasih buat perawatan nya. "
" Iya sama- sama, santai saja. Eh tapi kamu harus jaga baik- baik tangan mu itu, ingat jangan sampai infeksi. "
Tedi mungkin sudah tidak lagi mendengar seruan Irwan, karena Ia melangkah setengah berlari. Tinggallah Irwan memandangi kepergian temannya di sertai gelengan kepala.
\*\*\*
" Apa kamu yakin, ini orang yang sama. " Tanya Tedi dengan raut wajah datar.
Orang yang bersama dengan nya mengangguk.
" Benar Bos, mereka bahkan sering menggunakan kamar yang sama. Pertama kali mereka menyewa kamar itu tepat empat hari sebelum acara pernikahan Bos, setelah ini nampak beberapa kali mereka bersama di kamar itu. "
Tedi mengepalkan tangannya karena geram, dadanya kembang kempis. Namun aksinya mengakibatkan luka di tangannya terasa sakit kembali.
Mukanya meringis menahan sakit, Ia meninggalkan tempat pertemuan itu menuju ke sebuah tempat. Tidak mungkin Ia kembali ke rumah dalam kondisi seperti itu.
Mata Tedi fokus pada laptop miliknya, raut wajahnya berubah- ubah.
Ya Tedi tengah menyelidiki tentang sesuatu yang berkaitan dengan dirinya dan Ia mendapati sebuah fakta yang lebih menyakitkan dari sebelumnya.
Bertambahlah rasa enggan nya untuk pulang ke rumah, bukan hanya kondisi tangannya yang memang harus Ia sembunyikan.
Satu minggu berlalu di tempat pemotretan, tiba-tiba di hebohkan dengan Rana yang tiba-tiba jatuh pingsan di tengah-tengah acara pengambilan gambar dirinya tengah berlangsung.
Semua kru di buat panik, mereka melarikan Rana ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
Kebetulan hari itu Tedi memutuskan pulang, banyaknya bukti yang sudah Ia kumpulkan membuatnya ingin mengambil sebuah keputusan serius.
Namun di tengah perjalanan ponsel nya berdering dan Tedi langsung putar arah, Ia meminta supir mengantarkan nya ke rumah sakit.
Setibanya disana, Ia langsung di sambut oleh salah seorang yang memang di minta menunggu kedatangan Tedi. Jadi Pria itu tidak harus susah paya mencari dimana ruang istrinya di rawat.
" Sayang, kamu sudah kembali. "
Ternyata Rana sudah sadar, Tedi terlihat enggan menghampiri Rana membuat wanita itu heran.
Baru saja Tedi ingin mengutarakan maksud kepulangan nya, seorang wanita berpakaian serba putih memasuki ruangan itu.
Senyum nya mengembang sempurna, di tangannya ada sebuah berkas yang di bawa oleh nya.
" Alhamdulillah Ibu sudah siuman, oh ya saya kemari hanya ingin mengucapkan selamat untuk Ibu dan Bapak. "
Dokter menoleh dan melihat ada orang lain disana, Ia menebak kalau Pria itu adalah suami pasien.
" Selamat, selamat untuk apa Dokter. " Tanya Rana sedangkan Tedi memilih diam saja.
" Iya Bu, Ibu positif hamil dan usia janin Ibu berumur sekitar sepuluh minggu. Tolong di jaga kondisi Ibu, makan makanan yang sehat dan juga di bantu dengan susu agar nutrisinya tercukupi. Ibu juga tidak boleh banyak pikiran karena akan berakibat tidak baik untuk janin. "
Tedi terkejut mendengar penjelasan Dokter, niatnya awal Ia urungkan. Bagaimana pun juga saat ini Rana sedang mengandung buah hatinya, meskipun Ia ragu itu miliknya atau bukan. Namun saat ini Rana adalah istrinya, semua orang tau kalau janin itu adalah miliknya.
Berbeda dengan Tedi, Rana justru terlihat tidak senang dengan kehamilannya. Entah karena apa, tentu saja ada yang mengganggu pikiran nya.
...****************...
moga kamu bisa kuat hadapi hidupmu
takutnya kamu hamil
iya pikiran kamu juga ntah kemana2 .... kasian
sungguh alur cerita yg indah, semangat author semoga rezeki nya lancar disini, bisa masuk bab terbaik, agar bisa berbagi ke sesama yg membutuhkan, Aamiin🤲