Kekacauan tiga alam melahirkan seorang pahlawan yang menegakkan kebenaran dan keadilan bagi umat manusia dengan julukan Sang Penguasa Alam.
Kekuatan Sang Penguasa membuat tiga alam terguncang dan kemudian bersekutu untuk menghukumnya.
Perjalanan Sang Penguasa belum berakhir.
Legenda Sang Penguasa baru saja di mulai untuk menuntaskan tugasnya yang belum terselesaikan dan membuat sejarah baru bagi umat manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHALINKA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 | Takdir tak terduga
“Hahaha... Takdir yang tak terduga.”
Lelaki setengah baya itu tertawa keras ketika mendengar pengakuan Huang Shi dan membuat Huang Shi terkejut.
“Hehehe... kali ini aku akan membalaskan luka dari kakek tua itu pada leherku ini.” Lelaki itu menyeringai ke arah Huang Shi.
Tiba-tiba lelaki setengah baya itu menyerang dengan tinjunya ke arah Huang Shi namun Shang Xi dengan sigap memeluk Huang Shi lalu membalik tubuh dan menggunakan punggungnya sebagai perisai untuk menangkis tinju lelaki tersebut.
Bugh! Bugh!
Wajah lelaki setengah baya terperanjat dan tubuhnya terdorong tiga langkah ke belakang setelah memukul punggung Shang Xi. “Tubuh dewa?”
“Tetua!” Empat bawahannya terkejut melihat kejadian tersebut.
Mata lelaki setengah baya menjadi merah menahan marah dan tidak percaya pukulannya pada tubuh Shang Xi menjadi bumerang yang menyerang balik dirinya.
Namun Shang Xi juga terdorong jatuh sambil memeluk Huang Shi. “Akh...”
Shang Xi masih sempat membalik tubuh hingga dirinya yang jatuh ke tanah terlebih dulu.
“Ugh!” Huang Shi merasakan dadanya tertekan di dada Shang Xi. Wajah Huang Shi berubah merah karena merasa malu tubuhnya jatuh menimpa Shang Xi dengan masih memeluk dirinya.
“Sampai kapan kamu akan memelukku?” bisik Huang Shi yang membuat Shang Xi tersadar lalu segera melepaskan pelukannya. Wajah Shang Xi pun terlihat merona merah karenanya. “Maaf nona.”
Shang Xi lalu berdiri kembali sambil menarik tangan Huang Shi tanpa merasakan sakit di punggungnya.
“Serang!”
Salah satu lelaki muda yang mengepung segera menyerang ke arah Shang Xi dan Huang Shi. Tiga orang temannya pun bersiap menyerang setelah melihat tetua mereka terdorong mundur oleh Shang Xi.
“Hentikan!”
Lelaki setengah baya itu berteriak menghentikan serangan keempat bawahannya. Dia berjalan mendekati Shang Xi sambil menahan sakit pada tinjunya.
“Siapa kamu?” Lelaki setengah baya itu menyipitkan matanya pada Shang Xi menyelidikinya.
“Namaku Shang Xi, murid sekte Teratai Putih.”
Mendengar hal itu, lelaki setengah baya itu mengkerutkan dahinya. “Shang Xi?”
“Katakan siapa nama ayahmu!”
Meskipun Shang Xi tidak tahu maksud lelaki itu, dengan polosnya dia menjawab. “Ayahku bernama Shang Jiyu.”
Lelaki setengah baya itu tampak terkejut ketika Shang Xi menyebut nama ayahnya. Kemudian diapun menghela nafas dan tertawa menatap Shang Xi dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.
“Hahahaha... benar-benar takdir.”
Lelaki setengah baya itu kemudian membalikkan tubuhnya. “Mari kita pergi!”
Keempat bawahannya terkejut saling menoleh dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi mereka tidak berani membantah dan mengikuti kepergian lelaki setengah baya itu meninggalkan Shang Xi dan Huang Shi yang juga tidak mengerti.
“Apakah dia mengenal ayahmu?”
Huang Shi menoleh ke arah Shang Xi dengan wajah penasaran. Shang Xi mengangkat bahunya. “Aku tidak tahu. Tapi aku tidak pernah mengenalnya.”
Ketika kelima orang itu menghilang, Huang Shi pun mengajak Shang Xi kembali ke sekte Teratai Putih untuk melaporkan kejadian ini pada ayahnya.
Tak jauh dari tempat itu, lelaki setengah baya menghentikan langkahnya serta mengepalkan tinjunya karena kesal. “Dasar lelaki tak berguna!” teriaknya geram membuat keempat bawahannya kebingungan.
“Tetua, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu melepaskan mereka?” tanya salah satu bawahan laki-laki muda.
“Anak itu adalah keponakanku. Ayahnya adalah adikku yang tidak berguna. Dia tidak suka mempelajari ilmu bela diri dan memilih pergi meninggalkan keluarga Shang,” sahut lelaki itu.
Keempat bawahannya terkejut mendengar hal itu. Mereka tidak menyangka tetua masih melihat hubungan kekeluargaannya dengan Shang Xi.
Lelaki setengah baya itu adalah Shang Diyu kakak dari Shang Jiyu, ayah kandung dari Shang Xi.
Ayah Shang Xi, Shang Jiyu sejak dulu lebih menyukai sastra dan bertani. Dia memilih untuk pergi bersama istrinya meninggalkan keluarga Shang dan menjadi seorang petani di kota Beihan.
Shang Jiyu menjadi kehilangan semangat ketika istrinya meninggal saat melahirkan Shang Xi. Sehingga beberapa tahun berikutnya dia pun menyusul kepergian istrinya meninggalkan Shang Xi kecil yang di asuh oleh nenek Zhao Min bersama para petani lainnya.
Itulah sebabnya Shang Xi dan Zhao Min seperti saudara karena mereka dibesarkan oleh nenek Zhao Min.
Shang Ji adalah kakek dari Shang Diyu yang juga berarti kakek buyut dari Shang Xi. Shang Diyu tidak mencuri mayat kakeknya melainkan ingin memindahkan makamnya ke area reruntuhan sekte itu.
Shang Ji adalah salah satu pengikut sekte Langit dan Bumi di masa mudanya dan berhasil menjadi seorang pimpinan sekte cabang pada saat itu. Anaknya Shang Juwu dan Huang Wei adalah dua orang sahabat yang menjadi bawahannya di masa lalu.
Namun karena kesalahpahaman, Shang Juwu dan Huang Wei bersitegang hingga mereka bermusuhan. Sebagai anak, Shang Diyu pernah bertemu dengan Huang Wei dan ingin membalaskan dendam ayahnya yang terluka akibat pertarungan mereka.
Pertarungan tentu saja dimenangkan oleh Huang Wei yang kemudian melukai leher Shang Diyu hingga membekas sampai saat ini. Itulah sebabnya dia ingin membalaskan dendam kepada cucu Huang Wei, Huang Shi.
Tapi takdir berkata lain dan justru membuatnya bertemu dengan Shang Xi, anak dari adik tidak bergunanya. Dan Shang Xi justru menjadi murid sekte Teratai Putih dan dekat dengan Huang Shi, cucu pendiri sekte Teratai Putih yang juga orang yang melukainya.
“Hahahaha... dia malah melahirkan anak yang berbakat dalam bela diri.”
Shang Diyu tertawa mengingat adik tidak bergunanya yang tidak menyukai ilmu bela diri. Tapi kini memiliki anak dengan kultivasi fisik tubuh.
“Di usia muda sudah memiliki tubuh dewa adalah bakat yang luar biasa. Biarkan dia berkembang di sekte Teratai Putih sebelum aku mengajaknya kembali ke sekte Langit dan Bumi,” batin Shang Diyu.
“Tetua, apa rencana kita sekarang?” tanya salah satu wanita bawahannya.
“Kita kembali ke markas!”
Shang Diyu langsung pergi menuju ke arah utara melewati perbukitan dan diikuti oleh keempat orang bawahannya. Shang Diyu diam-diam membangkitkan kembali sekte Langit dan Bumi secara tersembunyi.
Dia datang ke desa Beiwu untuk memindahkan makam kakeknya ke area perbukitan tempat reruntuhan sekte sebagai penghormatan padanya serta memberitahukan kakeknya dan berjanji bahwa dia akan membangkitkan sekte Langit dan Bumi kembali.
kultivator fisik kalo diserang dari jarak jauh dgn energi spritual gimana tu jdinya autor 🗿
saya rasah novel ini lebih di untungkan kultivator spritual
kata2nya masih ada yg kacau