Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?
Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19 - Hutang Nyawa
Sudah 4 jam lamanya Danu memperhatikan pintu operasi tempat dimana Bella sedang berjuang mempertaruhkan nyawanya.
Namun lampu ruang operasi belum juga menandakan akan berakhir nya kegiatan operasi itu.
"Kamu belum istirahat, Nak Danu? Pulanglah dulu dan ganti pakaian mu," ujar Anna.
Ia terharu akan pengorbanan lelaki ini terhadap putri sahabatnya.
Lelaki itu bahkan tidak memperhatikan kondisinya sendiri yang mana ia mengenakan Hoodie kotor yang Anna yakini noda di hoodie itu adalah darah Bella.
"Saya sudah minta personal asisten saya untuk membawakan keperluan saya, anda tidak perlu khawatir, Nyonya Adisutjipto."
Selalu ada penekanan dan nada sinis saat Danu menyebutkan nama belakang wanita itu 'Adisutjipto'.
Ya, keluarga Harrison tidak memiliki hubungan baik dengan keluarga penegak hukum itu.
Jika Camilla tau ia sedang duduk berhadapan dengan salah satu keluarga Adisutjipto. Sudah dipastikan Danu akan di seret kasar oleh wanita itu
"Istirahat lah, Nak. Jika operasinya telah selesai, saya akan menghubungi kamu. Terima kasih sudah menjaga Bella saat Bella di luar jangkauan kami. Kami berhutang nyawa padamu!"
"Saya tidak percaya pada anda. Terakhir saya dengar dari Bella, jika anda yang ingin menjemputnya, tapi ternyata anda menyuruh bajingan itu menjemput Bella. Lagi pula Bella bukan anak anda, jadi anda tidak perlu merasa berhutang nyawa," balas Danu dengan wajah datarnya.
Ia masih kesal kepada keluarga Tama, mengapa mereka membiarkan Tama menjemput Bella padahal mereka tau anaknya telah menyakiti Bella berkali-kali.
"Tapi dia sudah seperti anak saya sendiri. Bella anak sahabat saya," papar Anna.
"Kalau memang anda menganggap Bella seperti anak kandung anda sendiri, seharusnya anda tidak mempercayakan orang yang berpotensi bisa mencelakai Bella."
Tama tersenyum sinis. "Lo lagi ngomongin diri Lo sendiri, Nu? Justru orang tua gue gak akan biarin Bella dekat-dekat den--"
"Diam kamu, Tama!" potong Anna cepat dengan nada membentak lelaki itu.
Tak lama lampu indikator yang tertempel di atas pintu ruang operasi mati. Hal itu menandakan operasi telah selesai.
Semua yang ada di ruang tunggu harap-harap cemas. Mereka berharap berita baiklah yang akan mereka dengar.
"Keluarga pasien Isabella?" panggil salah satu dokter yang telah selesai menjalani operasi.
"Iya kami!" sahut ibu Tama.
"Pasien masih kritis dan belum sadar, jika pasien tersadar hari ini, berarti pasien bisa melewati masa kritisnya."
"Apa ada cidera serius yang di alami pasien dok?" tanya Adi.
"Kita akan mengetahui nya jika pasien telah sadar, permisi!"
Bella di bawa menuju ruang rawat inap VVIP yang di pesan khusus oleh Danu.
Ia akan bertanggung jawab penuh untuk kesembuhan Bella meskipun itu bukan salahnya.
Andre dan Inah baru sampai setelah perjalanan bisnis mereka di Bangkok.
Mereka terkejut dengan apa yang menimpa Bella dan bergegas menuju kamar inap yang Bella tempati.
"Ya ampun sayang kenapa kamu bisa begini?"
Inah histeris mendekati Bella yang terpasang selang dan banyak perban di badannya.
"Apa yang terjadi pada Bella?!" bentak Andre pada Danu dan Tama. Ia menatap Danu dan Tama bergantian.
Danu langsung menyerahkan rekaman CCTV pada iPad-nya yang telah di pulihkan oleh orang suruh Danu.
Disana Anna dan Adi juga ikut melihat rekaman CCTV itu.
Seketika mata Andre melotot dan menatap tajam pada Tama yang sedang duduk menunduk.
Ia pasrah kalau nantinya akan menjadi bulan-bulanan Andre dan orang tuanya.
"Jadi ... lagi-lagi ini ulah kamu, Tama?" geram Andre. Ia mencengkram kerah Tama dan menyudutkan Tama ke tembok.
"Mas tenang Mas, jangan teriak-teriak. Ini di rumah sakit, apalagi ini di ruang rawat Bella." Inah memperingatkan suaminya.
"Kita selesaikan baik-baik, Ndre. Kita urus ini secara kekeluargaan," ucap Adi menengahi.
"Kita bukan keluarga, kalau Anda lupa Bramantyo Adisutjipto!" Andre mengucapkan dengan raut wajah penuh benci dan kecewa.
"Jika sesuatu hal buruk terjadi pada Bella. Kami akan bertanggung jawab penuh atas dia. Kami bersumpah atas nama kami, Andre!"
"Kamu sedang menyumpahi anak ku, Anna?"
"B-bukan begitu, Ndre. Kau terlalu jauh menterjemahkan bahasa kami. Saat ini yang terpenting untuk kita adalah kesembuhan Bella dan mencari pelaku yang menabrak Bella."
Andre sudah muak berbicara dengan Annastasia dan Bramantyo. Ia memutuskan meninggalkan ruang rawat Bella dan mencari keberadaan Danu.
Ia ingin berterima kasih, karena Bella selamat berkat pertolongannya.
Danu yang baru keluar dari toilet setelah berganti pakaiannya. Menghampiri Andre yang menatapnya seolah ingin berbicara padanya.
"Danu, terima kasih sudah menyelamatkan Bella, Saya tidak yakin Bella akan selamat jika tidak ada kamu," ucap Andre tulus.
"Sama-sama Pak Andre. Saya hanya memenuhi janji saya kepada anda untuk menjaga putri anda satu-satunya."
Tama bingung harus berbuat apa. Jika ia meninggalkan Bella, sama saja ia tidak bertanggung jawab.
Tapi di sini pun ia tidak kuat. Tatapan membunuh dari Andre dan orang tuanya membuat ia tidak nyaman.
Belum lagi handphonenya berdering dari tadi menampilkan nama sang kekasih di layarnya.
Tama masih memikirkan mobil city car yang menabrak Bella semalam. Ya ... Dia pernah lihat mobil itu tapi dimana?
Stiker mobil itu ... Ia yakin kalau stiker itu hanya beberapa orang yang memilikinya. Stiker dari salah satu anggota Genk yang cukup disegani dari kota mereka.
"Ngapain lo liatin gue kaya gitu?"
"Gue curiga Lo dalang dari semua ini!" Danu tersenyum sinis.
Padahal di otaknya penuh tersangka yang ia curigai. Ia hanya senang saja melihat ekspresi Tama yang tertekan seperti saat ini.
"Lo ada bukti?" Tama berbisik agar orang tuanya dan orang tua Bella tidak mendengar percakapannya dengan Danu.
"Lo liat aja nanti!"
Tak lama Danu menerima panggilan telepon dan dia segera keluar dari ruang rawat inap yang ditempati Bella saat ini.
Danu masuk kembali ke ruangan dengan aura makin mencekam. Ia menatap Tama dengan tajam dan menusuk.
"Ikut gue sekarang!"
"Enggak! Kenapa gue harus ngikutin Lo?"
"Lo mau keluar dari sini baik-baik atau mau bodyguard gue yang narik paksa lo?"
"Lo ngusir gue?"
"Lo mau ikut gue baik-baik atau bodyguard gue yang narik paksa lo?" Danu mengulang pertanyaannya.
"Tadi lo nuduh gue. Sekarang lo ngusir gue. Udah punya bukti lo?"
Orang tua Tama dan Bella hanya menatap Danu dan Tama bergantian. Bingung dengan perdebatan dua makhluk itu.
Danu berbicara melalui ear piece yang terpasang di telinganya. "BAWA DIA!"
Saat Danu keluar dari ruangan rawat inap, tak lama empat orang berpakaian safari hitam masuk ke dalam dan membawa Tama dengan paksa.
Anna dan Adi sempat menahan orang-orang itu namun segera di hadang oleh bodyguard Danu yang berjalan di belakang Tama.
💕💕💕💕💕💕💕
Danu membawa Tama ke salah satu tempat seperti sebuah lahan kosong yang gersang namun di tengah tengah lahan kosong itu ada sebuah rumah bertingkat 3 yang sangat luas jika terlihat dari luar.
'Tunggu! Ini bukan rumah. Ini mansion.' pekik Tama dalam hati.
Danu memaksa Tama untuk mengikuti nya ke dalam bangunan mewah tersebut. Tidak hanya mereka berdua.
Empat bodyguard Danu yang tadi membawa paksa Tama pun ikut bersama mereka.
"Kaya anak kecil aja pakai bodyguard segala," gumam Tama sambil terkekeh.
Mereka sampai di depan sebuah pintu besi. Sepintas Tama melihat Danu memasukan kode password untuk memasuki ruangan ini.
'Apa dia ingin menyekap gue?' batin Tama mulai cemas.
Tama menahan dirinya di depan pintu besi tersebut dan enggan untuk masuk. Karena ruangan itu tampak gelap dan tercium bau anyir.
Namun pertahanan Tama luruh saat anak buah Danu mendorong Tama untuk maju mengikuti Tuan mereka.
Di tengah ruangan tiba-tiba anak buah Danu mengikat kedua lengan Tama menggunakan kabel tis.
Awalnya Tama ingin berontak tapi ketika ia melihat Danu juga diperlakukan sama dengannya membuat Tama semakin bingung.
'Gemblung banget ini anak mafia. Mau ngapain sih dia?'
Tidak hanya itu. Anak buah Danu melumuri Danu dengan cairan hitam entah apa namanya. Bahkan mereka merobek pakaian lelaki itu sebagian.
Tama membelalakkan matanya saat salah satu bodyguard Danu merobek Hoodie limited edition yang selalu Tama idam idamkan.
Bahkan ia harus mencarinya di Ebay dan Amazon untuk mencari yang second atau premiumnya.
"Sinting!" ucap Tama pelan yang tidak terdengar oleh mereka.
Setelah selesai, Danu dan Tama di dorong paksa oleh bodyguard Danu untuk menuju ke ruangan yang Tama yakini itu adalah basemen karena mereka harus menuruni tangga untuk mencapai tempat itu.
Tama melihat orang yang tubuhnya terikat rantai besi dalam posisi duduk. Orang yang berjenis kelamin Laki-laki itu, penuh luka sayat, memar dan cambukan.
"CEPAT KATAKAN SIAPA YANG NYURUH LO!" cecar salah satu teman Danu yang mirip dengan Aktor Drakor favorit mantan kekasihnya, Bella.
Lelaki yang sekilas mirip Kim Woo Bin. Tapi secara kacamata Tama, lelaki itu lebih mirip Choi Jin Hyuk.
Terserah lah kalian mau memvisualisasikan nya seperti apa, yang penting bukan mirip seleb prindapan yang aksinya bikin kalian resah gak bisa makan dan tidur.
Oppa itu -- maaf maksudnya, lelaki tampan itu mencmbuki pria yang saat ini hanya terdiam dan meringis menahan sakit.
"Pratama ... Pratama ..." ucap lirih pemuda yang dicmbuki itu
Mendengar namanya yang di sebut membuat tama heran. Siapa orang ini. Mengapa pria ini ingin mengkambing hitamkan dirinya.
"Siapa orang itu? Kenapa dia menyebut namaku?" tanya Tama
Posisi mereka saat ini berjarak lumayan jauh dari pria yang sedang di gantung.
"Lo gak kenal dia? Atau Lo pura-pura gak kenal?" Danu menatap lekat Tama.
"Mana gue tau, gue baru ngeliat dia disini sama lo!"
"Kita lihat. Lo atau dia yang berbohong!" desis Danu.
Danu membisikan sesuatu kepada bodyguardnya lalu kembali berdiri di samping Tama.
Kedua bodyguard yang berada di belakang, segera mendekati mereka berdua dan mendorong tubuh mereka. Danu dan Tama bersimpuh di depan pria yang sedang di siksa itu.
"Menurut Lo. Yang mana yang bernama Tama?" Adrian mendekati Danu dan Tama. Lalu ia menjambak rambut keduanya di hadapan pria yang sedang disiksa itu
Pria itu tampak ketakutan. Pasalnya ia tidak mengenal yang mana pria yang bernama Tama.
"CEPAT TUNJUK YANG MANA YANG BERNAMA TAMA!"
"I-itu ...."
TBC