Mikhaila Danya Bimantara, 28 tahun, wanita mandiri pemilik toko bunga istri dari Rain Bagaspati harus menerima kenyataan pahit saat suami yang di cintainya harus menikah dengan sahabatnya yang telah hamil.
Fabyan Alkandra Sadewa, 30 tahun pria lajang tampan, dingin seorang CEO, memilih melajang di usianya yang sudah matang, wanita baginya hanya sosok yang membuat hidupnya tidak fokus mencapai tujuannya menjadi pebisnis nomor satu.
Pertemuan tak di sengaja antara Mikha dan Alka di sebuah cafe membuat hal yang tak pernah mereka bayangkan terjadi.
Sebuah kisah percintaan antara wanita yang pernah kecewa dengan pria yang menganggap wanita terlalu banyak dramanya, akankah membuat mereka bersatu?
Yuk, ikuti kisah cinta antara Mikha, Rain, Alka, pastinya seru dan bikin terharu.
Salam hangat,
ariista
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rain di Jenguk Papi Yara
"Ayo, silahkan masuk jeng Ambar dan Mas Aryo," mami sudah mengenal papi mami Yara calon mantunya yang cancel.
Papi mami Yara masuk ke ruangan, Rain sudah berada di bednya.
Papi mami Yara mendekati bed Rain. Mereka tersenyum kikuk bertemu dengan calon mantunya yang batal.
Bagaimanapun kedua orang tua Yara sangat malu bertemu dengan keluarga Rain. Putri mereka Yara sudah membuat malu keluarga besar mereka.
"Bagaimana kabar kamu Rain? Maafkan kami, maafkan Yara sudah bikin kamu jadi seperti ini, ucap mami Yara, matanya berkaca-kaca. Papi Yara merangkul baju istrinya.
" Udah Ma, jangan menangis di depan Rain, nanti Rain jadi tambah bersedih,"
"Iya tante, jangan menangis saya sudah mulai baikan kok tante,"
"Maafkan Yara ya Rain, putri kami sudah membuat dirimu jadi seperti ini,"
"Iya tante, om, kejadian saya ini semua sudah di gariskan, saya juga bersyukur untungnya tidak terlalu parah,"
"Tidak parah gimana Kak, parah gini Kakak sampai patah tangannya," protes Mikha ke Rain.
Mikha masih tidak terima dengan perbuatan sahabatnya itu. Kalau saja dia tidak berbohong tak akan ada perceraian di antara dirinya dengan kakak Rain, kakak angkatnya.
Mami dan papi Yara semakin merasa tidak enak. Mereka diam saja mendengar ucapan yang keluar dari bibir Mikha.
"Maafkan Yara, Mikha, Yara yang salah," jatuh juga airmata mami Yara.
Mikha, mami dan Rain diam saja, tidak bisa berkata-kata, bagaimanapun mereka sangat kecewa dengan Yara yang sudah berbohong.
"Nak Rain, semoga cepat sembuh, kami kesini menjenguk keadaan nak Rain juga untuk meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga Bimantara atas perbuatan putri kami Yara, kami sudah menegurnya dan menginginkan Yara dan suaminya pindah dari kota ini tetapi mereka masih ingin tinggal di kota ini dekat dengan keluarga," panjang lebar papi Yara menjelaskan.
Rain manggut-manggut menatap ke maminya, Rain menyerahkan ke mami untuk menjawabnya sebagai orang tua Rain. Dengan kode mata Rain mempersilahkan mami untuk menjawabnya.
"Sebelumnya terimakasih Mas Aryo, Jeng Ambar sudah memberikan waktunya untuk menjenguk Rain, terus terang kami sangat kecewa dengan perbuatan Yara kepada Rain, hingga Rain harus menceraikan Mikha, nasi sudah menjadi bubur, apa mau di kata, saya harap tidak akan ada lagi perbuatan Yara seperti ini ke depannya Mas, Jeng," mami menjawab dengan panjang lebar juga.
Mami Yara mengahapus air matanya. Papi Yara kembali merengkuh baju istrinya.
"Kami pastikan Yara tidak melakukan perbuatan seperti ini lagi Jeng Zayna," ucap papi Yara.
Papi Yara sangat malu dengan keluarga Bimantara khususnya Rain yang sampai harus bercerai dengan Mikha gara-gara kebohongan putrinya.
"Ya semoga saja Yara tidak mengulangi lagi perbuatannya di masa depan, semoga Yara fokus dengan keluarga barunya," ucap mami Zayna.
"Terimakasih jeng Zayna, sekali lagi saya minta maaf, semoga cepat sembuh Rain, hati-hati kalo mengendari kendaraan Rain," ucap mama Ambar sambil tersenyum.
"Terimakasih tante, om," balas Rain ke papa mama Yara.
"Kalau begitu kami permisi, jeng Zayna, Rain, Mikha," mami Ambar dan papi Aryo kedua orangtua Yara pamit.
"Terimakasih jeng Ambar, mas Aryo, hati-hati di jalan," ucap mami Zayna sambil berjalan di samping mama Yara.
Mami mengantarkan tamunya sampai keluar ruangan.
Sepeninggal kedua orang tua Yara, mereka bertiga sama-sama saling memandang kemudian tersenyum bersama.
"Akan selalu ada hikmahnya untuk semua kejadian atau peristiwa yang kita alami," ucap mami Zayna bijak.
"Iya Mi," jawab Rain dan Mikha kompak.
Rain akan pulang hari ini hanya menunggu dokter dan perawat sekali lagi hari untuk mengecek kondisinya. Rain pun sudah tidak betah berasa di rumah sakit
***
Sementara di kamar sepasang pengantin baru, Yara dan suaminya sedang berdiam-diaman.
"Kamu masih marah Yara? Kenapa kamu tega Yara? Itu bayi benih aku dj dalam perutmu, mengapa kamu harus bohongi semua orang?" Anggara memancing istrinya untuk berbicara.
Yara masih saja dengan mode silentnya. Menutup mulutnya rapat-rapat.
"Kenapa kamu berani sekali melakukan kebohongan itu, jawab aku Yara!" bentak Anggara suami Yara.
"Jangan berisik, aku pusing," Yara menjawab santai.
"Kamu tau kalo bayi itu bayiku teganya kamu malah memilih laki-laki lain Yara!" Anggara yang mencintai Yara tidak bisa mengasari isterinya.
Mereka melakukannya karena Yara dan Anggara memàng mereka sebagai sepasang kekkasih, tapi entah mengapa Yara sangat terobsesi untuk memiliki Rain.
Yara sebagai sahabat Mikha memiliki sifat iri yang tersembunyi ke sahabatnya itu.
Mikha selalu mendapatkan apa yang dirinya tidak bisa dapatkan. Mikha mampu membagun bisnisnya meski belum terlalu besar tapi Yara yakin Mikha bisa lebih maju hidupnya. Yara menginginkan seperti Mikha hidupnya.
"Apa sebaiknya kita memang harus pindah dari kota ini, aku akan memberitahu mama dan papamu Yara,"
"Jangan coba-coba Gara, aku tidak mau keluar dari kota ini, aku mau melahirkan anak ini di kota ini,"
"Baiklah jika begitu, aku harap kamu bisa berubah Yara, kamu sedang hamil, jangan bertingkah yang aneh-aneh, aku akan menjaga keluarga kecil kita ini Yara,"
"Ya terserah dirimu saja Gara, jangan sampai kamu meminta kita pindah dari kota ini," ucap Yara.
Yara tak mau pindah dari kota ini, ia masih ingin berkumpul dengan keluarga besarnya.
Yara masih saja memikirkan Rain, lelaki yang gagal menjadi suaminya. Semua gara-gara Anggara suaminya ini.
Yara segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Pagi ini kedua orang tuanya menjenguk Rain, ia tidak ikut Yara masih tidak ada muka mau bertemu dengan Rain dan sahabatnya itu.
Sialan rencanaku gagal, kalo tidak aku sudah menjadi istri sah dari Rain, dasar apes, batin Yara.
Yara masih belum sadar dengan perbuatannya, hatinya masih kesal dengan suaminya ini yang sudah mengacaukan rencananya.
Yara mencoba memutar otaknya untuk bisa mendapatkan Rain, entah apa yang Yara cari dari Rain, bukankah dirinya sudah hamil bayinya Anggara kekasihnya.
Yara menyiram tubuhnya dengan air dingin, dadanya masih bergejolak. Ia masih belum puas dengan rencananya yang gagal.
***
Di rumah sakit Rain sudah bersiap untuk pulang ke rumah mami Zayna. Untuk sementara Rain akan tinggal di rumah mami Zayna sampai tangannya membaik dan tubuhnya kembali fit.
"Sudah semua sayang?" tanya mami Zayna ke Mikha putrinya.
"Sudah Mi, tinggal tunggu kak Rain aja ganti pakaian," jawab Mikha.
Rain keluar dari kamar mandi dengan pakaian casualnya kemeja dongker dan celana jeans. Tubuh tinggi dan tegapnya mampu membuat Mikha menarik napas memandangnya.
Rain memang gagah, tampan dan bertubuh proporsional. Tubuhnya tidak jauh dengan tubuh Alka.
"Ayo kita pulang," ajak Rain ke mami dan Mikha.
Mereka bertiga keluar dari rumah sakit, pengawal mami dan Rain yang membawa mobil.
Rain berjalan di samping Mikha dan mami. Keluarga Bimantara akan pulang ke mansion mewah tempat mami Zayna tinggal.
selamat menempuh hidup baru Alka - Mikha.
langgeng langgeng yaa ,sampai beranak pinak bercucu cicit 😊