Shafira dan Arya sudah lama menjalin hubungan rumah tangga tapi tak kunjung memiliki anak, mereka akhirnya mengadopsi anak perempuan bernama Kinara yang berusia sepuluh tahun.
Delapan tahun hidup dalam sebuah keluarga mereka terhitung harmonis, sampai akhirnya Shafira menyadari bahwa hubungan Arya dan Kinara lebih dari ayah dan anak pada umumnya, kecurigaan itu terbukti saat Shafira mendapati sang suami satu ranjang dengan sang anak angkat.
Rasa sakit hati, membuat Syafira berniat membalas dendam. Dia tak mau terpuruk dengan pengkhianatan sang suami. Dia ingin mengambil alih pimpinan perusahaan. Di bantu seorang pria bernama Garvin. Mampukah Syafira membalas sakit hatinya?
Harap baca setiap bab yang update. Jangan menumpuk bab. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh
Hari ini Syafira akan pergi dengan Garvin. Dia diajak untuk hadir di acara keluarganya. Awalnya wanita itu menolak karena merasa aneh jika dia hadir ke acara keluarga pria yang baru beberapa bulan ini dia kenal.
Namun, Garvin membujuknya terus agar mau menemani. Pria itu juga berkata jika hal ini bisa buat penghibur bagi dirinya yang beberapa bulan ini selalu sedih.
Syafira menunggu kedatangan Garvin di parkiran depan apartemennya. Wanita itu takut terjadi fitnah jika ada yang melihat pria itu masuk ke apartemen miliknya.
Tidak berapa lama menunggu, mobil Garvin tiba. Mobil itu memasuki halaman parkir apartemen. Pria itu turun dari mobil dan menghampiri Syafira.
"Sudah siap?" tanya Garvin.
"Sudah," jawab Syafira singkat
"Kita berangkat langsung aja, ya?"
"Boleh. Lagi pula nggak ada yang kita tunggu'kan?" Kembali Syafira bertanya.
Garvin mengajak Syafira masuk ke mobil. Dia meminta wanita itu duduk di kursi belakang atau penumpang saja. Pria itu duduk di depan dengan supir-nya. Dia sengaja mengajak supir agar tidak ada gosip jika mereka berdua di mobil.
Garvin meminta supir menjalani mobil dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan, tidak ada yang bicara. Hanya diam. Pria itu yang akhirnya membuka suara.
"Nanti kita langsung aja ya ke puncaknya. Makan siangnya di villa aja," ucap Garvin.
"Terserah kamu saja, aku ngikut."
Garvin meminta supir untuk langsung menuju puncak. Sampai di villa keluarga sekitar pukul dua belas siang. Dia mengajak Syafira ke tempat keluarganya berkumpul.
Dalam sebuah ruangan telah berkumpul beberapa orang. Mereka serempak memandangi keduanya. Garvin lalu mengenalkan Syafira dengan seluruh keluarganya.
"Kenalkan ini, Syafira," ucap Garvin dengan sedikit gugup. Dia sering menceritakan tentang wanita idamannya yang bernama Syafira. Garvin takut keluarganya mengingat itu semua.
"Jadi ini yang namanya Syafira?" ucap seorang ibu. Wajahnya tampak masih sangat cantik walau umur telah paruh baya.
Syafira menyalami seluruh keluarga Garvin satu persatu dengan senyuman yang terus menghiasi bibirnya. Wanita paruh baya itu yang ternyata tantenya Garvin memintanya duduk.
"Silakan duduk, pasti masih capek," ucap Tante Rika.
"Terima kasih, Tante."
"Karena semua udah berkumpul, bagaimana kalau kita segera makan siang," ujar Alana, sepupunya Garvin, putri dari Tante Rika.
Semua anggota berdiri menuju dapur. Syafira mendekati Garvin. Duduk di samping pria itu. Dia malu karena menjadi pusat perhatian.
Syafira tidak menyangka jika acara ini akan dihadiri begitu banyak anggota keluarga Garvin. Dia pikir hanya acara kumpul biasa sehingga menyetujui saat diajak pergi.
Di antara semua villa yang ada di lokasi, Villa ini yang terbesar. Terdiri dari enam kamar tidur. Itulah sebabnya selalu dijadikan tempat berkumpul keluarga Garvin.
Saatnya jam makan siang, semua keluarga berkumpul di taman belakang villa.
Satu persatu keluarga mengambil makanan yang disediakan. Duduk di mana mereka suka. Ada yang di atas ayunan, dekat kolam, ataupun duduk di atas rumput. Mereka tidak makan di satu tempat saja.
"Kamu nggak makan?" tanya Tante Rika.
"Aku tunggu Syafira. Tadi pamit ke kamar mandi," jawab Garvin.
"Kamu suka dengan wanita itu?" tanya Tante Rika lagi.
"Pertanyaan apa ini? Syafira itu baru saja bercerai dengan suaminya. Apa kata orang jika melihat aku menjalin hubungan dengannya. Bisa dikira aku penyebab perceraian mereka," jawab Garvin.
"Sudah resmi bercerai, jadi tak ada halangan buat mendekati jika kamu memang menyukai wanita itu," ucap Tante Rika lagi.
"Aku takut dia masih trauma dengan pernikahannya, Tante."
"Kamu bisa mendekati secara perlahan. Tunjukan jika kamu berbeda dengan mantan suaminya itu," balas Tante Rika lagi.
Dalam keluarga Garvin tidak mengharuskan mereka menikah dengan gadis atau dengan orang kaya. Atau apa pun syaratnya itu. Yang penting suka sama suka.
Syafira yang baru dari kamar mandi langsung menuju taman belakang. Garvin melambaikan tangan saat wanita itu mencari keberadaannya. Dia tersenyum dengan Tante Rika dan duduk di sebelah wanita itu.
"Bagaimana kalau kita langsung makan. Garvin tadi sengaja menunggu kamu."
"Boleh, Tante," jawab Syafira singkat. Dia masih terlihat canggung dengan keluarga Garvin.
"Aku ambilkan buat kamu," ucap Garvin. Pria itu berdiri dari duduknya.
"Biar aku ambil sendiri aja. Tante mau aku ambilkan sekalian?" tanya Syafira.
"Biar Garvin aja yang ambilkan buat Tante. Terima kasih, ya."
Mereka bertiga makan di kursi taman yang menghadap ke sawah. Di belakang villa memang banyak terdapat sawah dan kebun milik warga setempat. Tempatnya yang asri membuat keluarga Garvin sangat menyukai tempat ini.
"Syafira, kamu tinggal dengan siapa?" tanya Tante Rika.
"Aku tinggal di apartemen, Tante."
"Orang tua kamu tinggal dimana?"
"Kedua orang tuaku telah tiada, Tante," jawab Syafira.
"Maaf, Syafira. Tante nggak tau."
"Nggak apa, Tante."
"Tante dengar saat ini kamu baru saja pisah dari suami," ucap Tante Rika
"Betul, Tante. Baru satu bulan," balas Syafira.
"Maaf, ya. Bukan Tante ingin tau dan ikut campur."
"Tak apa, Tante."
"Apa kamu tidak ada niat buat berumah tangga lagi?" tanya Tante Rika.
Garvin yang mendengar pertanyaan Tante Rika, menatap wanita itu dengan tatapan tajam. Dia takut tantenya keceplosan mengenai dirinya yang menyukai wanita itu.
Sepertinya tidak ada yang tahu jika usia Syafira jauh di atas pria itu. Sehingga sepupunya Garvin hampir semua memanggil nama saja pada wanita itu.
"Untuk waktu dekat ini sepertinya tidak, Tante," jawab Syafira.
"Kenapa ...? Apa kamu trauma dengan pernikahan?" tanya Tante Rika lagi.
Syafira hanya tersenyum dan tak menjawab ucapan wanita itu. Dia memang sedikit trauma dalam pernikahan.
"Aku takut jika gagal lagi," jawab Syafira.
"Obat patah hati yang paling mujarab yaitu dengan jatuh cinta lagi. Lagi pula tidak semua pria itu jahat. Kamu harus membuka hati kembali. Buktikan pada suami kamu jika kamu bisa bahagia walau tanpa dirinya," balas Tante Rika.
...----------------...
Libas abis