NovelToon NovelToon
Bidadari Penghapus Luka

Bidadari Penghapus Luka

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:7.2M
Nilai: 4.6
Nama Author: ujungpena90

Hasna berusaha menerima pernikahan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia kenal. Bahkan pertemuan pertama, saat keduanya melangsungkan akad nikah. Tak ada perlakuan manis dan kata romantis.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol demi membalas budi. jadi jangan pernah campuri urusan saya."
_Rama Suryanata_


"Terlepas bagaimanapun perlakuanmu kepadaku. Pernikahan ini bukanlah pernikahan untuk dipermainkan. Kamu telah mengambil tanggung jawab atas hidupku dihadapan Allah."
_Hasna Ayudia_

Mampukah Hasna mempertahankan keutuhan rumah tangganya? Atau justru menyerah dengan keadaan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ujungpena90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Menjawab status Hasna yang sebenarnya, sungguh membuat Rama dilema. Mengatakan jika Hasna istrinya, sungguh hatinya tidak siap dengan hubungan yang melibatkan perasaan. Tapi jika mengatakan Hasna masih sendiri, itupun bukan pilihan yang tepat.

"Tidak, Hasna...masih single." Akhirnya jawaban itulah yang keluar, walau terasa tercekat dikerongkongan.

Rama membuang pandangan dan memejamkan matanya sejenak, merutuki kebodohannya. Sebab bukanlah hal yang bijak jika mengatakan istrinya adalah wanita yang masih sendiri.

Rama menangkap ekspresi laki-laki dihadapannya itu. Senyuman terbit dikedua sudut bibirnya, seolah memang itulah jawaban yang diharapkan sang asisten darinya.

"Apa kamu tertarik dengan Hasna?"

Sungguh pertanyaan yang mengoyak harga dirinya sebagai suami. Menanyakan perasaan seorang lelaki terhadap istrinya.

"Saya belum berfikir sampai ke arah sana. Tapi menurut saya, mbak Hasna seorang perempuan yang sangat menarik. Dia bagaikan magnet yang mampu menarik banyak perhatian, termasuk kaum adam." Jawab Ivan diikuti dengan senyuman tipis, kemudian lelaki itu melanjutkan makan malamnya.

Benarkah seperti itu, jika Hasna bagaikan magnet yang mampu menarik banyak perhatian kaum adam? Tiba-tiba saja perasaan Rama menjadi tidak tenang ulah ucapan asistennya itu.

Dia yang memulai, kenapa pula dia yang merasa gelisah?

***

Setelah makan malam di restoran hotel, Rama memutuskan kembali ke kamar. Merebahkan diri di atas ranjang, menatap langit-langit kamar hotel.

Ucapan Ivan kembali berdengung mengganggu pendengarannya.

"Menurut saya, mbak Hasna seorang perempuan yang sangat menarik. Dia bagaikan magnet yang mampu menarik banyak perhatian, termasuk kaum adam."

Rama menghembuskan nafas kasar, kemudian menyambar ponsel yang tergeletak disisinya. Segera ia mendial nomer adiknya. Di jam segini pasti gadis cerewet itu belumlah tidur.

Benar saja, di deringan kedua telepon sudah tersambung.

"Halo, Kak, ada apa?" Suaranya pun terdengar masih melengking, menandakan bahwa gadis itu memanglah belum tidur.

"Mau cari mbak Hasna ya? Udah tidur tuh orangnya."

Belum juga bertanya, tapi perkataan sang adik sudah mewakili jawaban dari pertanyaan yang bahkan belum ia ucapkan.

Tiba-tiba Nayla mengubah panggilan menjadi panggilan video, terpaksa ia pun menerimanya. Dan hal yang pertama kali dilihatnya adalah wajah cantik sang istri.

Tunggu, Hasna melepaskan jilbabnya? Sungguh cantik sekali. Dan itu, dia hanya mengenakan gaun tidur satin warna maroon berlengan pendek? Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Mata Rama benar-benar dimanjakan, dan terpusat pada istrinya yang terlelap. Lelaki itu hingga tak berkedip memandang perempuan yang berstatus sebagai istrinya.

Nayla menahan tawanya saat mengetahui ekspresi wajah sang kakak mengagumi kecantikan istrinya. Rama saja yang tidak sadar jika yang menangkap gambar Hasna adalah kamera belakang ponsel, sedangkan wajahnya begitu jelas terlihat di layar utama ponsel.

"Nafas Kak, nafas. Inhale...exhale..." Goda Nayla, menirukan instruktur kebugaran.

Rama yang baru saja tersadar dari rasa kagumnya pada sang istri, seketika mengalihkan kamera ponselnya ke arah lain. Beberapa saat kemudian, kembali muncul di layar panggilan video.

"Kak, mbak Hasna cantik banget ya?" Dasar bocah tengil, malah semakin gencar menggoda Rama.

"Semua perempuan itu cantik, sama seperti kamu dan Mama. Tapi kalau kamu cantiknya cuma dikit."

"Enak aja, ngatain Nay cantiknya cuma dikit. Emang yang cantiknya banyak, siapa? Mbak Hasna?"

"Iyalah." Jawaban refleks keluar dari bibir lelaki itu.

Namun setelah itu, ia menyadari dan merutuki kebodohannya. Keseringan bergaul dengan Nayla, lama-lama mulutnya ikutan blong. Sampai tak sadar mengatakan bahwa Hasna cantik.

Nayla cekikikan mendengarnya. Sungguh aneh kakak lelakinya itu, hanya untuk mengatakan bahwa istrinya cantik saja pakai berputar-putar dulu. Kan memuji istri sendiri, bukan istri tetangga.

"Ya udah, cepetan tidur sana. Anak gadis jangan kebanyakan begadang, ntar cepet keriput."

"Iya, iya...suaminya mbak Hasna. Daaa..."

Panggilan langsung diakhiri Nayla sebelum Rama mengeluarkan omelannya lagi.

Rama memandangi layar ponsel yang telah kembali menampilkan nama kontak Nayla. Panggilan telah diakhiri gadis itu, tapi senyuman tak surut dari bibirnya.

Ada perasaan bahagia juga lega setelah melihat wajah istrinya. Kembali, hatinya merasakan desiran halus, hanya karena memandang istrinya lewat vcall.

Rama kembali ke posisi awal, tiduran terlentang, dengan sebelah tangannya ia gunakan sebagai bantalan. Matanya fokus pada langit-langit kamar. Namun pikirannya kembali berputar saat bersama istrinya. Kalimat demi kalimat yang istrinya ucapkan beberapa waktu lalu kembali memenuhi pikirannya.

"Kebahagiaan dalam pernikahan memanglah menjadi tujuan bagi setiap pasangan yang berumah tangga."

"Pernikahan itu ibadah terpanjang dalam hidup manusia, Mas."

"Terlepas bagaimana Mas Rama menganggap pernikahan ini. Pernikahan ini bukanlah hal yang sepatutnya untuk dipermainkan. Dan Mas Rama sudah mengambil tanggung jawab besar dihadapan Allah, saat mengucapkan ijab qobul."

Sesaat ia memejamkan mata, mencerna kata demi kata yang pernah istrinya ucapkan kala itu. Apakah memang seharusnya demikian, menerima pernikahannya dengan Hasna?

Rama meraup kasar wajahnya. Bingung dengan apa yang akan diputuskannya. Apakah tetap bertahan dengan rasa sakitnya dengan membangun benteng dihatinya ? Atau justru mencoba menerima pernikahan ini, sama dengan apa yang dilakukan Hasna?

Rasanya sungguh dilematis. Tapi sedetik kemudian, ucapan asistennya kembali terngiang. Dan itu sukses membuat hatinya bergemuruh.

Ivan, pemuda yang tampan, cerdas, kehidupannya pun mapan. Terlebih dia memiliki kepedulian yang tinggi. Apa yang ada pada diri asistennya itu, sungguh menjadi daya tarik tersendiri.

Apakah mungkin jika Ivan benar-benar mendekati Hasna, hati istrinya itu akan luluh? Tidak, Hasna bukan perempuan seperti itu. Tapi jika istrinya menemukan kenyamanan pada diri laki-laki lain apakah ia sanggup jika mengalami penghianatan untuk yang kedua kalinya?

Rama meremas rambutnya kasar, sungguh memikirkan perempuan itu membuatnya benar-benar merasa terombang-ambing oleh keadaan.

***

Semalaman Hasna tidur di kamar Nayla, lebih tepatnya ketiduran. Karena gadis itu menceritakan banyak hal. Anggap saja menjadi teman curhat. Hingga akhirnya pagi ini, Hasna barulah pindah ke kamar Rama.

Selesai sholat dan mengaji beberapa lembar kitab suci, Hasna berencana akan ke dapur membuatkan sarapan. Namun sepertinya akan sedikit siang dia ke bawah. Mengingat Nayla yang tiba-tiba muncul dari balik pintu yang diketuknya.

"Mbak, boleh masuk?" Rupanya gadis itu masih membutuhkan izin dari penghuni kamar.

"Masuk aja, Nay."

Gadis itu pun masuk dan duduk di sebelah Hasna, diatas permadani tebal yang ia gunakan untuk sholat.

"Ada apa?" Tanya Hasna.

"Kemarin kak Rama nelpon, tapi Mbak Hasna udah tidur."

Hasna menghentikan gerakannya melipat mukana yang baru selesai ia pakai dan mengalihkan pandangannya pada Nayla.

"Hanya telepon?"

"Awalnya sih, tapi habis itu aku alihkan menjadi vcall. Ya habisnya, Kak Rama nggak percaya sih kalau Mbak Hasna udah tidur. Jadinya aku ganti vcall deh." Jawab Nayla.

Vcall? Tidur? Jangan-jangan, Rama juga melihat saat dia tidur tanpa penutup kepala dan memakai baju lengan pendek? Seketika Hasna tersadar akan penampilannya semalam.

"Jadi Mas Rama lihat aku nggak pakai kerudung?' Tanya Hasna heboh.

Sepertinya ia tak sadar saat mengucapkan itu, sehingga membuat Nayla menautkan kedua alisnya. Sedetik kemudian Hasna tersadar akan ucapannya barusan. Ia merutuki kecerobohannya kali ini.

Hasna memejamkan mata dan mengalihkan pandangannya. Sungguh ceroboh sekali, mengingat adik iparnya ini tipikal perempuan yang tingkat keingin tahuannya tinggi.

"Emang kenapa kalau Kak Rama lihat Mbak Hasna tanpa kerudung? Kalian kan suami istri, jadi wajarkan?"

Hasna susah payah menelan salivanya. Jawaban apa yang harus ia berikan pada perempuan dihadapannya kali ini.

"Emangnya selama kalian bulan madu kemarin, Mbak Hasna nggak ngapa-ngapain sama Kak Rama?"

Duh, benar kan? Belum juga menjawab pertanyaan pertama, sudah muncul pertanyaan berikutnya.

"Jangan bilang kalian belum ngapa-ngapain?" Pertanyaan kali ini terdengar sedikit nge-gas.

Hasna berusaha tenang, supaya gadis dihadapannya ini tidak menaruh curiga berlebih terhadapnya.

"Nay, aku menanyakan hal itu karena aku malu jika Mas Rama melihatku dalam keadaan tidur. Biasanya orang tidur itu ekspresi wajahnya tak terkontrol. Bisa jadi saat itu nggak sengaja aku tidurnya mangap, rambut yang awut-awutan dan tingkah aneh lainnya. Yang namanya istri pasti ingin selalu tampil cantik didepan suaminya, kan?"

Sepertinya jawaban Hasna bisa diterima Nayla. Terbukti gadis itu tetap menyimak tanpa menyanggah. Dan terlihat sesekali menganggukkan kepalanya

"Dan juga, urusan kami di dalam kamar, tak sepatutnya diketahui oleh orang lain. Itu sudah menjadi rahasia kami berdua. Karena suami adalah pakaian bagi istrinya, pun sebaliknya. Jika kami mengatakan apa yang ada dibalik pintu kamar kami, itu sama halnya kami membuka aib kami sendiri."

Nayla mengangguk paham, sungguh bijak kakak iparnya. Pasti kakaknya sangat beruntung memiliki istri seperti Hasna. Selain cantik, baik, juga menghormati dan menjaga martabat suaminya. Benar-benar paket komplit.

"Terus kamu mau apa nyusulin Mbak ke sini?"

"Oh, nggak papa, Mbak. Lagi pengen aja nempelin Mbak Hasna." Jawabnya terkikik sembari memeluk Hasna dari samping.

Hasna hanya menyunggingkan senyuman menanggapi tingkah adik iparnya. Tapi setelahnya, senyuman itu perlahan menyurut.

"Kalung couple punya Mbak Hasna mana, kok nggak di pakai?"

Duh, kalau udah gini, mau dijawab apa?

***

1
Atma Inatun Nikhma
Luar biasa
Sri Wahyuni
lumayan
Lusi Kurniawati
jijik bingit liat marissa
Lusi Kurniawati
semoga gak berhasil
Tati Suwarsih
intinya harus tabayyun
Tati Suwarsih
itulah akibat dari ketidak terbukaan antara suami istri
Tati Suwarsih
wooow...marisa ngarep
Lusi Kurniawati
banyak yg mengagumi istrimu Rama
babygirl♡
mampir kak..
babygirl♡
punten..
Dewi Dama
baca nya di lengkap2pin...ber tele2 hangat...
Vitriani
Lumayan
Fenny Agustyawaty
😭huuuuhhh...jadi terharu...sedih deehhh...
Asma Rani
Luar biasa
susi setiawati
bagusss
Fenny Agustyawaty
thor...foto visual doonnkk..biar tau nih seganteng apa si rama..kevin dan sang asisten si bos...
Nur Afifah
hhuaaaaa... 😭😭😭
Ajwan Syah
Luar biasa
Ajwan Syah
Lumayan
Rena utami
ceo tapi bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!