Benih Rahasia Mantan Suami

Andreas menghela napas. Ia takut terjadi sesuatu pada Julia dan anaknya. "Julia sebaiknya kau banyak istirahat saja. Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada mu dan anak kita? Aku hanya ingin menjaga kalian."

Julia merasa kesal, bukan berarti karena ia hamil ia harus di kurang. "Andreas, yang hamil itu aku. Jadi aku tau bagaimana keadaan ku dan keadaan ku." Julia menaikkan sebelah alisnya. "Apa jangan-jangan kau ingin mengurung ku dengan alasan anak kita?"

Andreas menggelengkan kepalanya. Ia tidak bermaksud mengurungnya. Ia hanya ingin menjaganya. "Julia kau salah paham."

"Sudahlah Andreas, sebentar lagi kita akan menikah. Jadi sebelum aku menikah dengan mu, aku ingin memuaskan diriku di dunia luar sebelum aku mengurus mu dan anak kita."

Andreas tersenyum, ada benarnya juga. Setelah Julia menikah dengannya, wanita ini akan mengurusnya dan juga anaknya. "Baiklah, aku akan mengantarkan mu bertemu dengan teman mu."

Julia mengangguk dan tersenyum. Andreas pun bersiap-siap. Sedangkan Julia, ia tidak peduli, yang terpenting Andreas berada dalam genggamannya. Ia yakin, pria itu tidak akan bisa hidup tanpa dirinya karena pria itu sangat mencintainya.

...

"Sayang berhati-hatilah, jika ada sesuatu hubungi aku."

Julia mengangguk, dia berhenti di salah satu gang. Dia bermaksud ingin menemui temannya yang pernah akrap dengannya.

"Baiklah, aku akan melakukannya sesuai perintah mu." Ia melambaikan tangannya dan Andreas pun membalasnya, setelah itu barulah Andreas pergi.

Julia memutar tubuhnya. Dia mengetuk sebuah pintu dan terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa.

Ceklek

Seketika kedua matanya membulat. "Kakak!" pekiknya. wanita itu langsung memeluk tubuh Julia dan tersenyum. Ia sangat merindukan kakaknya tersebut.

"Aku merindukan mu, kau kemana saja?"

"Aku akan menceritakannya setelah masuk ke dalam."

"Masuklah, tunggu sebentar aku akan menyiapkan camilan dan jus segar untuk mu."

Julia tersenyum, ia mengedarkan pandangannya dan suasananya masih sama, rumah ini tampak sederhana.

"Ini, minumlah."

Julia menatap jus tersebut. Dia tak berniat untuk meminumnya. "Ini, aku ingin kau datang ke pesta pernikahan ku."

Wanita dengan kaca mata tebal itu mengambil sebuah undangan. Dia menatap kakaknya. Dia beda ayah dan satu ibu. "Kakak mau menikah dengan siapa?" tanya Alena.

Selama ini ia hidup sendiri, ia hidup bersama dengan ayahnya tapi ayahnya telah meninggal sedangkan ibunya pergi meninggalkannya. Pada waktu itu, Julia berumur 10 tahun dan ia 5 tahun. Ia sangat menyayangi Julia dan menganggapnya sebagai kakak kandungnya. Setelah itu ia hanya tau Julia bersama ibunya. Namun ia tidak pernah lupa wajah Julia.

"Yang jelas bukan pria miskin. Aku sedang mengandung." Dia sama sekali tak berniat untuk mengakui Alena sebagai adiknya, entah mengapa ia sangat membenci Alena. Wanita ini mendapatkan kasih sayang seorang ayah dan ibu, sedangkan dia.

"Selamat Kak."

Julia tersenyum sinis. "Aku suka ucapan selamat mu, dan aku tidak tau apa yang berada dalam hati mu. Alena, ternyata kehidupan mu biasa-biasa saja."

"Bagaimana kehidupan kakak saat bersama ibu?" tanya Alena.

"Setelah ibu meninggal aku berada di panti asuhan. Aku hidup di sana. Aku tidak seberuntung dirimu yang mendapatkan kasih sayang dari ibu dan ayah." Julia beranjak, "Aku tidak memiliki waktu lama di sini. Aku harus pergi."

"Kak! Kakak!" Alena menunduk, padahal dulu ayahnya dan ibunya sangat menyayangi Julia. Tidak pernah sedikit pun mereka tidak adil.

Julia menutup pintu mobilnya dengan cepat. Dia melajukan mobilnya dengan kencang.

...

"Tuan?" sapa seorang penjaga. Dia tidak berani membukakan pintu karena majikannya berpesan jika Andreas datang tidak boleh membukakan pintu tanpa seizinnya.

"Aku ingin bertemu dengan Selena." Siapa sangka, di rumah sendiri, di tempat ia di besarkan seperti orang asing.

"Baiklah Tuan, saya akan kembali ke sini setelah meminta izin dulu."

Andreas mengangguk, ia sangat ingin bertemu dengan Selena dan ingin mengetahui ceritanya lebih dalam darinya.

"Masuklah tuan Andreas," ucap penjaga gerbang tersebut. Pria berumur 45 tahun itu membukakan gerbang hingg mobil Andreas masuk.

"Kakak." Sapa Selena.

Andreas pun mengusap pipi Selena. "Apa Kakak boleh menggendong Kenzo?"

Selena mengangguk, ia memberikan Kenzo. Sedangkan ia mengambil Keysa yang di gendong oleh bi Ana.

"Ayo kita ke kamarnya Kak."

"Dimana mommy dan daddy?"

"Keluar Kak," jawab Selena.

Andreas bersyukur, setidaknya ia leluasa bertemu dengan Selena. "Selena bisakah kamu menceritakan bagaimana kehidupan mu?" dia meletakkan Kenzo di atas karpet bersama dengan Keysa. Kedua bocah itu mengambil mainan yang berada di hadapannya.

Selena tersenyum, jika mengingatnya begitu kesepian. "Kakak, setelah kakak pergi aku memutuskan untuk pergi. Karena aku tau Kakak berhubungan dengan Julia. Aku hanya ingin menjaga hati ku untuk si kembar. Sebenarnya aku ingin mempertahankannya karena si kembar butuh sosok seorang ayah. Tetapi aku berpikir lagi, aku tau aku tidak boleh egois karena keegoisan ku dulu Jhonatan dan Julia berpisah."

"Aku memutuskan untuk pergi, aku pernah menginginkan perut ku di usap oleh Jhonatan, aku pernah menginginkan masakan Jhonatan." Tanpa sadar air matanya mengalir. "Aku ingin setiap tidur bersama dengan Jhonatan. Namun aku tau aku tidak berhak memiliki Jhonatan." Selena mengusap air matanya. "Aku bersyukur aku sudah bisa melewatinya. Kakak, aku tidak membenci Julia. Aku mendukung kakak menikah bersama siapa pun. Kehidupan Kakak, Kakaklah yang menjalaninya dan aku tidak berhak menyetir kehidupan Kakak. Tapi aku akan melewan jika seandainya Julia menyakiti ku. Aku tidak akan memandang Kakak. Aku rasa Julia kecewa karena aku memiliki anak dengan Jhonatan. Dia pasti menyangka bahwa akulah yang membuatnya berpisah."

"Kakak aku hanya berharap Julia mencintai Kakak. Tetapi seandainya Kakak tidak di perlakukan baik dan tidak di cintai. Pulanglah Kak, hati adik mu akan selalu menerima kehadiran Kakak."

Air mata Andreas mengalir deras. Dia menunduk dan kepalanya ia sandarkan di paha Selena. "Maafkan Kakak." Adiknya begitu baik bahkan masih mau menerimanya. Adiknya begitu paham keadaannya sekarang. Ia tidak bisa berbohong bahwa Julia belum sepenuhnya mencintainya. "Julia masih mencintai Jhonatan. Aku merasa dia mulai berubah."

Selena mengusap kepala Andreas. "Kakak datanglah pada adik mu ini. Aku akan tetap menyayangi kakak. Kakak jika suatu saat nanti ada kesalahpahaman, jangan membenci ku. Karena aku merasa Julia tidak menyukai ku. Aku takut dia akan memfitnah ku yang bukan-bukan di hadapan Kakak."

"Tidak akan terjadi, aku akan berusaha melindungi mu." Andreas memeluk Selena.

Sementara di depan pintu, Jhonatan mengepalkan kedua tangannya. Rasanya sangat sesak dan sakit saat mendengarkan Selena sangat membutuhkannya sewaktu kehamilan anak-anaknya. Ia akui, ialah pria paling brengsek yang pernah ada di muka bumi ini.