"Mas,minta uang boleh gak tiga ratus ribu,untuk beli kebutuhan dapur dan sabun sudah pada habis! " ucap ku lembut
" Uang aja kamu nih,gak mikir apa yang cari susah,kamu kan tau sekarang nih sulit cari uang taunya minta aja, mana banyak lagi." omel mas Riyan sambil membanting gelas di hadapannya.
" Tapi ini tanggung jawab mu mas,mama juga jarang minta minta uang segitu kalo gak bener-bener habis semua mas." jelasku, agar mas Riyan berfikir kebutuhan habis semua.
Ranita putri dulu adalah seorang janda mempunyai anak satu laki-laki bernama Anwar, ranita putri mengenal Riyan ketika ranita merantau kekota dan menikah.niat hati merubah nasip namun naasnya kehidupannya sangat jauh ketika dirinya masih sendiri apakah ranita mampu melewati semua dan meraih kebahagiannya kelak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di tinggal keluarga suami
Samar-samar suara kumandang masjid membangunkanku Namun saat ku bangun dan melihat ke samping tempat tidur ternyata semalam mas Riyan tak ada pulang.
Lekas ku bangun dan menuju kamar mandi setelah selesai ku lanjutkan penerjaan ku seperti biasa beres-beres rumah dan mengurus Anwar serta langsung jalan mencari sarapan.
Tak ku cari suamiku karena pikiranku paling masih tidur di rumah ibu,karena ini hari Sabtu di perusahan suamiku sebenarnya tetap masuk walau kerja setengah hari.
Namun namanya juga mas Riyan susah di ingatkan.
" Ma, ayah mana" tiba-tiba Anwar berbicara menanyakan ayahnya.
" Ayah kan kerja kak kok tumben tanya Ayah?ucapku sedikit berbohong ke Anwar gak biasanya Anwar tanyakan keberadaan ayahnya.
" Oh,Anwar lupa,hehehe" kata Anwar sambil tertawa kecil
" Ma, katanya mau kerumah Mbah uti?" tanya Anwar lagi
"Nanti kita izin sama ayah dulu ya nak." jawabku,langkah kakiku aku percepat ketika melihat motor mas Riyan yang sudah ada di depan teras rumah.
" Dari mana kamu pagi-pagi sudah ngilang aja,pake di kunci segala nih rumah." omel mas Riyan saat aku sudah di hadapannya.
" Maaf mas aku sama Anwar cuma jalan-jalan aja." jawabku santai dan langsung membukakan pintu agar Anwar dan suamiku masuk kedalam.
Ku lihat mas Riyan masuk ke kamar dan keluar lagi sepertinya hendak mau keluar kelihatan dari pakaian yang sangat rapi.
" Mas mau kemana mas?" tanya ku setelah aku menghampiri mas Riyan yang sedang merapikan bajunya.
" Aku mau keluar kenapa." jawabnya ketus.
" Boleh gak mama tau kemana?" tanyaku lagi karena harus bicara saat ini juga.
" Bukan urusan mu, kamu itu kenapa oh iya ini uang untuk beberapa hari aku gak pulang kamu bisa kan atur uang ini." jawabnya sambil menyerahkan ke uang entah berapa.
" Emang mas mau kemana berapa hari?" tanyaku curiga,gak seperti biasanya mas Rian keluar rumah berhari-hari.
" Mas, mama mau minta izin pulang kampung." ucapanku lagi sukses membuat mas Riyan menghentikan kegiatanya yang memakai sepatu, sengaja ku jeda ucapanku mau melihat reaksi suamiku gimana.
" Mba meli beberapa hari lalu menelpon ma, sekalian mama mau izin ziarah ke makam ibu bapak,sudah lama mama gak pulang.
" kamu mau pulang pakai apa? Emang keluargamu di sana mau ngasih ongkos kalo kamu pulang hah, aku gak mau ngasih ongkos ke kamu, udah kamu di rumah aja kecuali keluargamu di Jawa yang kasih ongkos." ucap mas Riyan dan langsung pergi berlalu dengan motornya.
Aku hanya bisa terdiam dengan ucapan mas Riyan dan melihat uang pemberiannya di genggamanku.
" Anwar, kamu mau kerumah Tante Dina gak?" teriakku dari luar rumah memanggil anakku.
" Mau mah,ayah mana mah?" tanya Anwar celingukan.
" Ya sudah ayo,ayah pergi kerja sayang." ucapku lembut sambil ku kunci pintu dan menggandeng anakku pergi meninggalkan rumah kontrakan.
Pikiranku entah gimana dengan sikap mas Riyan awalan ja setelah menikah baik dan perhatian,namun setelah beberapa bulan mas Riyan mulai dari memberi nafkah tak wajar sampai kadang kata-kata yang gak baik keluar dari mulutnya ketika marah.
Dan lebih parahnya lagi ketika aku membantunya bekerja, sudah tak di beri nafkah hasil gaji ku juga kadang di mintanya,belum lagi kalo stok bahan Pokok ada di rumah, mas Riyan selalu bawa ibu dan akhirnya di bawa semua belanjaan ku dan selalu mas Riyan bilang ( Berbagi dengan orang itu wajib, jangan pelit-pelit)
Dulu aku diam mas tapi setelah ini aku gak bisa diam.
Langkah ku terhenti ketika aku sudah sampai depan rumah Dina namun yang bikin aku heran kenapa ada ibu Salma di rumah Dina.
" Assalamualaikum Bu mba" ucapku yang langsung di barengi pandangan kedua wanita tersebut.
" Wa'alaikum salam nit" jawab ibu Salma ramah.
" Loh nit, kamu kok di sini gak ikut mertuamu kah?" tanya mba Dina heran melihatku yang berdiri di hadapannya.
" Gak mba" jawabku.
" Padahal ibu mertuamu tadi pinjam mobil di rumah mertua ku,suamimu yang menyewa katanya 4 harian.ku kira kamu ikut."
"Hemmm,,pantas tadi pagi buru-buru ternyata suamiku mau keluar kota sama ibu mertua selama itu," batinku.
" Gak mba" jawabku santai tak lupa ku tersenyum kecut.
" Padahal semua keluarga loh di bawa nit, Reni sama suaminya serta Yanti juga kulihat sama suaminya juga, soalnya tadi suamimu pinjam mobil katanya ingin bawa jalan-jalan kamu,bilang suamimu kamu yang minta antar ke kota B." jelas mba dina panjang lebar.
Nyeri di hati ya, setiap menantu yang tak di harap mana bisa ikut dalam kebahagiaan.
" Oh gak mba, kebetulan aku sengaja gak ikut soalnya mau cari tiket untuk kekampung." ucapku santai sambil ku duduk di samping ibu Salma, sedangkan Anwar sudah ikut bermain dengan Deni dan adiknya Raka di dalam rumah Dina.
"Oh pantes, lah kamu udah ada surat izin jalan jauh belum dari dokter?" tanya mba Dina.
" Belum mba makanya hari ini aku mau cek dokter sekalian cari tiket." jelasku ku.
" Kalo kamu mau jalan titipkan aja Anwar nit di sini gak apa." Tawaran mba Dina.
" Ya mba makanya aku kesini rencana begitu mau nitipkan Anwar sebentar." jelas ku alasan padahal tadi rencana cuma ingin bertamu ja, karena dengar kabar begitu ya sudah ku belokkan ja niat ingin bertamu jadi ingin menitip dan aku juga kudu memikirkan ucapan mas Riyan tadi pagi.
"Ya udah mba aku pamit dulu titip Anwar ya mba," kataku sebelum aku berlalu pergi.
"Santai aja nit." jawab mba Dina, setelah pamitan akupun pulang sebentar mengganti baju tak lupa ku isi data internet dulu sebelum jalan karena gak ada motor jadi pesan ojek online ja biar cepat.
Aku pun pulang dan bersiap-siap ke dokter kandungan di sebuah rumah sakit terdekat,setelah mendapatkan beberapa saran dari dokter dan surat bukti perjalanan aku pun langsung pulang dan langsung memesan tiket penerbangan ternyata ada di hari ini jam 3 sore, ku lihat jam di telpon genggamku, ternyata masih jam 9 pagi lebih sedikit.
" Hemmm, sepertinya sempat klo berangkat dari rumah jam 1 siang, perjalanan ke bandara tanah merah cuma memakan 40 menit. Sempat lah istirahat." kataku ke diri sendiri, ya aku putuskan pulang hari ini.
Sebelum pulang aku sengaja mampir sebentar membelikan buah tangan untuk anak-anak mba Dina,
Karena mas Riyan tasi sudah bersuara, jadi deh memilih pulang dulu mengurus sesuatu yang penting.
Dari pada menunggu mas Riyan pulang hasilnya juga sama jawabannya karena berat mengeluarkan ongkosku dan bakal ribut lebih baik ambil sekarang aja toh hasilnya sama aja.
jangan lupa saling dukunggg