Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan Jeni
Tidak lama setelah kepergian Julian, Juliette datang dan menghampiri Jeni. Wanita itu membawa sekantong camilan untuk Jeni dan langsung memberikannya kepada Jeni.
Tentunya itu adalah ulah Josua, pria itu takut jika Jeni tidak jajan karena tidak memiliki uang. Jadinya dia membelikan banyak camilan dan juga beberapa minuman kaleng.
"Jeni, elu mikirin apaan sih? Kok ngelamun aja? Gue dateng aja elu ampe nggak sadar loh!" sapa Juliette.
Jeni memang sedang asyik melamun, dia masih memikirkan apa yang sudah dikatakan oleh Julian kepada dirinya. Namun, setelah mendapatkan teguran dari Juliette wanita itu langsung menolehkan wajahnya ke arah wanita itu dan tersenyum.
"Ngga apa-apa, gue nggak mikirin apa-apa kok."
"Oh, gitu. Gue takutnya elu banyak pikiran gitu, kalau ada apa-apa cerita sama gue," ujar Juliette.
"Oke, oiya. Ini apa?" tanya Jeni.
"Camilan, bokap gue yang beli. Buat elu ngemil di rumah," jawab Juliette.
"Terima kasih," ujar Jeni yang langsung menerima kantong plastik itu dan menyimpannya di kolong meja. Karena saat ini dia tidak sedang ingin banyak bicara.
Julian ternyata belum pergi dari sana, dia berada di luar ruangan kelas dan masih memperhatikan apa yang dilakukan oleh Jeni. Tentu saja pria itu terlihat begitu marah ketika Jeni menerima apa yang diberikan oleh Juliette.
"Cih! Bener dugaan gue, pasti si Jeni udah ngerasain miliknya si om itu tuh. Dia pasti udah ngerasain duitnya om itu, dasar munafik! Murahan!" ujar Julian pelan tapi penuh penekanan.
Beberapa jam kemudian.
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, jam kuliah sudah berakhir. Juliette yang dijemput oleh sopir sempat menawarkan diri untuk mengantar Jeni, tetapi gadis itu menolaknya.
"Nggak usah, Jul. Gue mau naik ojek aja, pulangnya pan bawa barang, baru gue naik taksi."
"Ini udah sore loh, takutnya nanti malah elu kenapa-kenapa." Juliette nampak menghawatirkan sahabatnya itu.
"Aih! Gue udah biasa pergi sendiri, elu ngga usah khawatir." Jeni tersenyum menenangkan.
"Oke deh, tapi kalau ada apa-apa telpon gue ya?" ujar Juliette.
"Iya," jawab Jeni.
Juliette akhirnya pulang ke kediaman William, sedangkan Jeni pergi menuju toko tempat biasa dia belanja. Sebenarnya Jeni bisa saja minta dikirim barang langsung ke rumahnya.
Namun, Jeni selalu ingin memastikan kualitas dari bahan-bahan dagangan yang dia jual. Jangan sampai barang yang dia jual tidak sesuai dengan harapan, maka dari itu Jeni memilih barang dagangannya sendiri ke toko itu.
"Oke, jadinya aku mau ini, ini dan yang ini."
Setelah satu jam memilah-milah baju setelan dan juga daster, akhirnya Jeni memutuskan untuk membeli barang-barang yang menurutnya berkualitas.
"Siap, langsung kita kemas kaya biasanya."
Pemilik toko itu langsung meminta anak buahnya untuk merapikan semua barang-barang yang dibeli oleh Jeni, sedangkan Jeni nampak membayar semua barang yang dia pilih.
"Terima kasih karena selalu percaya kepada toko kami," ujar pemilik toko.
"Sama-sama," ujar Jeni.
Setelah selesai melakukan transaksi, Jeni memesan taksi online, dia ingin segera sampai di rumah karena sudah sangat lelah. Dia ingin makan malam terus tidur.
Tiba di kediamannya, Jeni langsung meminta pak sopir untuk memasukkan semua barang yang sudah dia beli ke dalam ruangan khusus tempat dia jualan online.
"Terima kasih, Pak," ujar Jeni setelah pak sopir menyimpan barang-barang miliknya.
"Sama-sama, Neng" ujar pak sopir.
Setelah pak sopir pergi, Jeni nampak melangkahkan kakinya menuju dapur. Dia membuka lemari pendingin dan memasukkan camilan yang diberikan oleh Josua.
"Si Om tau aja camilan yang sehat buat aku," ujar Jeni.
Setelah semua makanan yang diberikan oleh Josua masuk ke dalam lemari pendingin, Jeni mengambil satu buah apel dan terlihat hendak memakannya.
"Makan apel kayaknya enak," ujar Jeni seraya menutup pintu lemari pendingin
Namun, saat dia hendak membalikkan tubuhnya, dia begitu kaget karena ternyata di sana ada Julian. Pria itu sedang bersedekap dada seraya menatap wajahnya dengan tatapan yang begitu sulit untuk diartikan.
"Elu? Kenapa elu ada di rumah gue?" tanya Jeni.
"Ck! Tentu saja gue mau nemuin elu, mau minta ditemenin bobo malah kalau boleh."
Plak!
Kembali Julian mendapatkan tamparan dari Jeni, sungguh wanita itu benar-benar merasa direndahkan dengan apa yang dikatakan oleh Julian. Julian mengusap pipinya, lalu dia tertawa sini ke arah Jeni.
"Ngga usah munafik deh, gue tau elu pasti udah sering bobo bareng sama tuh om-om. Makanya pas dikasih makanan sama dia mau aja, ngga kaya dikasih makanan sama gue, NOLAK!" ujar Julian.
"Elu ngomong apaan sih, Julian? Mending elu pulang deh, gue ngga nyaman ada elu di rumah gue." Jeni sungguh takut ketika melihat tatapan mata pria itu.
Jeni juga tiba-tiba merasa aneh karena pria itu tahu alamat rumahnya, padahal setahunnya yang sudah mengetahui alamat rumahnya hanyalah Josua dan juga Juliette.
"Bilang aja elu mau buka harga berapa? Kalau untuk bobo sama elu satu malam aja, gue juga sanggup bayar. Berapa tarif elu, Jen?"
"Gila! Elu gila, Julian! Gue bukan Jallang, jangan sembarangan ngomong. Pergi sana!" usir Jeni seraya mendorong pria itu agar pergi dari rumahnya.
Bukannya pergi, Julian malah kembali mendorong tubuh Jeni. Tubuh wanita itu sampai terpentok ke tembok, lalu pria itu mengunci pergerakan tangan Jeni.
"Lepasin gue, brengsek!" pekik Jeni.