Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ceper
Keesokan harinya
Pagi-pagi sekali Iyan sudah datang ke rumah Tristan. Ia membawa dua porsi bubur ayam. Tristan yang saat ini sedang berolahraga di depan rumahnya melihat kedatangan Iyan. Iyan menenteng bubur ayam tersebut dengan tersenyum senang.
"Tumben ke sini pagi banget dan bawa makanan, biasanya numpang makan!" Sindir Tristan.
"Ish, mulutnya tajam banget kayak silet, Bos! Ini namanya perubahan, Bos!"
"Perubahan apa ada udang di balik batu?"
"Hehe... anda terlalu cerdas untuk dibohongi! Biarkan aku berusaha, Bos! Siapa tahu rezeki anak sholeh!"
"Ya, ya, terserah kamu! Bawa masuk sana!"
Iyan pun masuk ke dalam rumah. Salwa dan Kayla sedang berada di dapur.
"Om Iyan, apaan itu?"
"Bubur ayam, Ira mau?"
"Nggak deh! Ira nggak suka, rasanya aneh!"
"Nurun Bapakmu!" Batin Iyan.
Khumairah pun naik ke atas.Tidak lama kemudian Salwa dan Kayla muncul.
"Eh ada Kak Iyan! Tumben pagi banget?"
"Iya, Nonya Bos! Kan, nanti mau nyari tempat kost-an!" Iyan melirik Kayla.
"Apa itu, Kak?"
"Oh ini bubur ayam, katanya Nyonya Bos suka!"
"Siapa yang bilang?"
"Pak Bos!"
"Makasih ya, Kak! Eh nanti uangnya aku ganti!"
"Nggak usah Nyonya Bos! Anggap saja traktiran, hehe..."
"Sekali lagi terima kasih! Aku tinggal dulu ya, mau ngasih minumannya Mas Tristan!"
Salwa meninggalkan Iyan dan Kayla berdua. Ia membawa nampan yang berisi minuman coklat dan roti bakar isi coklat.
"Mas, diminum dulu!"
"Oke, Sayang!"
Mereka berdua duduk di kursi taman menikmati matahari terbit.
Sementara di ruang tengah, Kayla sedang minum teh hangat yang sudah ia bikin bersama Salwa.
"Ehm..ehm... Key, aku nggak ditawari minum nih?" Ujar Iyan sok akrab.
"Ah iya lupa, memangnya Kak Iyan mau minum apa?"
"Seperti punyamu juga boleh!"
"Sebentar ya, aku ke dapur dulu!"
Iyan pun duduk di sofa menunggu minumannya.
Beberapa menit kemudian Kayla datang membawa minuman untuk Iyan.
"Ini, Kak!"
"Terima kasih, calon istri!"
"Ish, ngarep!"
"Ya, siapa tahu ada malaikat lewat dan mengamini ucapanku!"
Kayla hanya bisa menggelengkan kepala.
"Key, katanya kamu mau cari kost-an? Gimana kalau nanti kamu ikut denganku mencarinya?"
Tiba-tiba Salwa dan Tristan masuk ke ruang tengah.
"Nggak usah cari kesempatan dalam kesempatan, Yan! Mau gajinmu aku potong?" Tristan menimpali.
"Ya ampun, Bis! Tega banget! Dikit-dikit potong gaji! Nggak kawin-kawin nanti kalau gajiku dipotong terus!"
"Nikah, Yan! Nikah! Baru kawin!"
"Hehw... iya, itu yang aku maksud!" Iyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Salwa mengambil piring untuk menikmati bubur ayam yang Iyan bawa.
"Ayo, Key! Kita makan bubur ayamnya! Mumpung masih anget, nanti nggak enak!"
Salwa dan Kayla pun menikmati bubur ayam tersebut.
Siang harinya.
Saat jam istirahat, Iyan berangkat melihat tempat kost yang sudah ia lihat-lihat melalui situs sosial media.
Sampai di tempat, Iyan sengaja Mengambil rekaman beberapa kamar kost untuk ia tunjukkan ke Kayla.
"Hallo, Bos! Boleh minta nomernya Nyonya Bos?"
"Jangan macem-macem kamu, Yan! Ngapain minta nomer istriku?"
"Ish, sensi amat punya Bos! Aku mau nunjukin tempat kost yang sudah aku lihat nih!"
"Oh.. iya, iya! Kirain untuk apa!"
"Tenang, Bos! Aku nggak akan ngerebut istrimu! Bisa-bisa dicincang hidup-hidup aku kalau sampai kejadian."
"Ya sudah, tutup dulu! Aku kirim!"
Iyan pun menutup panggilannya. Dan beberapa detik kemudian Tristan mengirim nomer Salwa kepadanya.
Iyan segera menyimpan nomer Salwa. Dan mengirim vidio kepadanya.
Dua menit kemudian Iyan menelpon Salwa.
"Assalamu'alaikum, Kak!"
"Wa'alaikum salam! Nyonya Bos, sudah dilihat vidio yang aku kirim barusan?"
"Sudah, Kak! Ini lagi mau nunjukin ke Kayla!"
"Oh, iya! Kalau begitu mematikan dulu telponnya! Nanti tolong segera kabari!"
Iyan pun mampir sebentar di warung nasi Padang yang tidak jauh dari tempat kost. Tidak lama kemudian ada telpon masuk.
"Siapa nih? Nomer baru!" Lirih Iyan.
Ia pun yerpaksa mengangkat telpon itu karena Handphone-nya berdering berkali-kali.
"Hallo, Assalamu'alaikum!"
"Wa-wa'alaikum salam!"
Iyan gagu karena insecure dengan suara yang sepertinya ia kenali.
"Kak, aku suka vidio yang ke-dua! Aku ambil yang itu saja!"
Benar dugaan Iyan, suara Kayla.
"I-iya, Key! Nanti aku langsung deal-kan saja ya? Masalah harga,tidak perlu khawatir! Bos yang nanggung!"
"Lho, Kak! Aku punya uang kok! Sudah, jangan membantah! Anggap saja rezeki anak sholehah!"
"Mana ada anak sholeha kabur dari rumah, Kak! Haha.. ada-ada saja nih orang!"
"Ya, kan kamu pasti punya alasan untuk itu! Eh ini nomer kamu , kan? Boleh dong disimpan?"
"Iya, Kak! Silahkan! Asal jangan dijadikan nomer tombokan"
"Haha, kamu ini lucu juga! Oke, terima kasih!"
"Aku yang terima kasih, Kak!"
"Ya sudah! Aku tutup dulu! Nanti hubungi lagi! Ini mau melanjutkan transaksi sama Ibu kost ya?"
Setelah menutup telponnya, Iyan membayar nasi dan kembali ke tempat kost untuk melakukan transaksi. Setelah mendapatkan kuncinya, ia segera bergegas kembali ke kantor.
Sore harinya.
Iyan pun mengantar Bosnya pulang ke rumah.
"Ngapain ikut masuk, Yan? Biasanya juga langsung pulang!"
"Kan, ada perlu sama Kayla, Bos! Ini mau ngasih kunci!"
"kamari, sini kuncinya! Biar aku yang menyampaikan nanti!"
Iyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Punya Bos nggak pengertian amat! Nggak tahu apa aku kan, lagi cari kesempatan dalam kesempitan." Batin Iyan.
"Nggak usah ngedumel! Nanti cepat tua!"
Iyan membelalakkan matanya. Ia heran karena Bos-nya bisa menebak isi pikirannya.
"Oh iya, Yan! Kamu susah sebarkan undangan Ira, kan? Acaranya kan, besok?"
"Sudah beres semua, Bos! Orang EO juga sudah, besok pagi-pagi mereka akan ngedekor."
"Bagus, terima kasih!"
"Sama-sama, Bos! Aku pulang dulu!"
"Iya, hati-hati."
Salwa menyambut kedatangan suaminya. Ia pun membawakan tas suaminya. Rasa lelah Tristan hilang begitu saja saat melihat senyum istrinya.
"Sayang, kamu sudah siapkan kado untuk Ira besok?"
"Sudah dong, Mas!"
"Oh iya, ini kunci dari Iyan untuk Kayla!"
"Kunci?"
"Kunci kos-an! Iyan sudah membayarnya tadi! Aku yang kasih uangnya."
"Masyaallah.. berapa, Mas? Biar aku yang ganti!"
"Tidak usah! Anggap saja itu rejekinya Kayla!"
"Terimakasih, Mas! Semoga Allah yang membalas!"
Sontak Salwa meluk suaminya, memberikan kecupan di pipi kanan dan pipi kiri suaminya.
Tristan terkejut, tumben sekali istrinya begitu. Biasanya ia malu-malu. Namun Tristan sangat senang.
Salwa pergi ke kamar tamu untuk memberikan kunci kepada Kayla. Kayla pun sangat senang.
"Key, apa orang tuau tidak mencari?"
"Entahlah! Kan aku sudah memakai nomer baru! Yang lama aku buang biar tidak terlacak! Lagian dari Jakarta ke Surabaya itu lumayan jauh! Mereka masih punya anak yang dibanggakan bukan sepertiku! Jadi mungkin mereka sudah tidak peduli ada atau tidaknya aku!"
Salwa mencerna setiap kalimat yang dilontarkan Kayla.
Bersambung.....
...----------------...
Maaf ya kak kalau ceritanya kurang greget, author masih sangat sibuk, jadi idenya masih kebawa angin 😁
Author nulis karena hoby dan mengisi waktu senggang, jadi author punya pekerjaan yang memang wajib author laksanakan. Jadi mohon maaf jika kurang maximal untuk up ceritanya.
Terima kasih sudah selalu support ya kak😍🤗
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗