Jihan Lekisha, seorang gadis cantik yang mempunyai rasa sosial tinggi terhadap anak-anak. Ia selalu membantu anak korban kekerasan dan membantu anak jalanan. Karena kesibukannya dirinya sebagai aktivis sosial , pekerja paruh waktu dan seorang mahasiswa ia tidak tahu kalau kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Hingga suatu hari ia melihat sang kekasih tidur dengan sahabatnya. Karena hal itu ia sampai jatuh sakit, lalu dirawat ibu bos tempatnya kerja. Tetapi ujian hidup tidak sampai disana. Siapa sangka anak bosnya maalah merusak kehormatannya dan lari dari tanggung jawab. Tidak ingin nama baik keluarganya jelek di mata tetangga, Rafan Yaslan sang kakak menggantikan adiknya menika dengan Jihan.
Mampukah Jihan bertahan dengan sikap dingin Rafan, lelaki yang menikahinya karena kesalahan adiknya?
Lalu apakah Jihan mau menerima bantuan Hary, lelaki yang menghamilinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Buruk
Dalam kamar Hary masih belum bisa memejamkan mata, dadanya masih terasa kesal karena Jihan selalu menyebutnya berandalan.
Batas kesabaran Hary mulai menipis, selalu ditekan dan dihina terus ia sangat marah. Sementara Jihan merebahkan tubuh dan mulai menutup pintu dan merebahkan tubuh di ranjang. Tiba-tiba ia merasa ada seseorang meraba kakinya dan memegangnya kuat.
"Ah ..lepas! Lepas!" Jihan mencoba membrontak. Ia merasa sudah mengarahkan seluruh tenaganya dan merasa berteriak keras. I
Hary juga merebahkan tubuh samar-samar ia mendengar suara tangisan. Ternyata itu dari kamar Jihan.
“Jihan? Apa dia menangis? Ah sudahlah nanti dia akan marah-marah lagi.” Hary tidur lagi, tapi hatinya tidak tenang. Ia bergegas mengetuk kamar Jihan tapi tidak ada sahutan, Hary meminta bantuan tetangga kamarnya dan mereka terpaksa merusak pintu kamar melihat Jihan hampir mati. Ia mengalami mimpi buruk tubuhnya seolah-olah ditiban dan dicekik.
“Jihan, Jihan!” Hary membangunkannya tapi Jihan menangis seperti dikejar-kejar seseorang. Dalam mimpinya seorang wanita berpakaian putih berambut panjang mengejar-ejarnya. Lalu menyeret kaki Jihan ke dalam air dan menahannya di sana. Ia terus melawan mencoba mengeluarkan kepalanya dari air untuk bernapas. Namun wanita berwajah hancur itu semakin menekannya
“Sepertinya dia mimpi buruk, coba bang bacakan ayat pengusir setan dan ciprat pakai air ini.”
Hary dengan cepat Hary membacakan Surah Al-Mu'minun dan membasuh wajah Jihan dengan air. Wanita hamil itu tiba-tiba terbangun seperti keluar dari dalam air, Ia ketakutan dan memeluk Hary dengan erat, tubuhnya basah bermandikan keringat dan bergetar karena takut.
“Bang kamar ini, memang tidak pernah ada yang mau , karena selalu digangguin,” ujar pemilik kamar sebelah.
“Aku takut,” ujar Jihan masih memeluk tubuh Hary.
“Sudah bang ceweknya di kamarmu saja kasihan kakak ini ketakutan,” usul tetanggangnya sembari menguap.
Mereka masuk ke kamar masing-masing, sementara Jihan masih memeluknya dengan erat.
“Wanita menyeramkan ingin membunuhku.”
“Itu hanya mimpi. Kamu mau di sini, apa dikamarku?” tanya Hary dengan tenang ia sangat dewasa menghadapi sikap keras Jihan.
“Dikamarmu. Kamu tidak takut di sini?” tanya Jihan. Ia melepaskan pelukannya.
“Tidak, pergilah.”
Jihan ke kamar Hary dan lelaki itu di kamar Jihan. Tubuhnya masih bergetar, jangankan untuk tidur, duduk saja ia masih takut. Hary ternyata bukan tipe lelaki penakut. Ia malah menantang setan peganggu itu untuk bertatap muka dengannya. Penurut pengakuan penghuni kamar di sebelah Hary. Dulu katanya ada wanita penghuni kost dibunuh kekasihnya dalam kamar karena dia hamil, sepertinya setan wanita itu yang mencoba menganggu Jihan.
“Kalau kamu ingin menganggu. Lakukan padaku,” ucap Hary, lelaki itu tidur terlentang dan menjadikan sebelah tangannya jadi batal dan mulai tidur. Tapi ketukan pintu membangunkan dirinya kembali. Jihan berdiri di sana dengan kedua lengan memeluk tubuh sendiri.
“Aku tidak mau tidur sendirian,” ucapnya dengan tatapan memelas.
“Apa nanti kata orang melihat kita tidur satu kamar.”
“Aku tidak perduli dengan omongan orang. Apa kamu tidak tahu kalau orang hamil itu sering diganggu setan?” ujar Jihan.
“Baiklah.”
Hary mengalah ia kemabli ke kamarnya dan meminta bumil itu untuk tidur diranjang, sementara ia memperbaiki laptop Jihan yang rusak. Jihan menatap wajah Hary yang serius meperbaiki laptop.
‘Dia lelaki yang sangat sopan dan tau bagaimana menghargai wanita. Lalu kenapa semuanya menyebutnya berandalan?’ Jihan masih terus memanadangi wajah Hary dari sisi samping. Sadar dirinya ditatap sama Jihan ia menoleh. Tapi Jihan pura-pura tutup mata.
“Kalau kamu tidak bisa tidur jangan dipaksakan,” ucapnya tanpa mengalihkan wajahnya dari pekerjaan di depan matanya.
“Kenapa kamu tidak pulang ke rumah orang tuamu? Aku dengar selama ini kamu memang tidak pernah tinggal di sana.”
“Apa sekarang kamu tertarik dengan kehidupan pribadiku?” Hary balik bertanya, sepertinya ia tidak suka masalah pribadinya dibahas.
“Lupakan saja kalau kamu tidak ingin menjawab,” ujar Jihan.
Jihan tidak ingin berdebat, ia hanya diam dan membalikkan posisi tubuh membelakangi Hary. Tapi saat ia melihat ke jendela lagi-lagi ia dikagetkan dengan bayangan yang tiba-tiba melintas.
“Astagfirulahaladzim.” Jihan duduk sembari memegang perut dan mengusap-usapnya dengan kaget.
Hary menoleh. “Kenapa?”
“A-aku melihat sosok putih melintas di jendela.”
“Jihan setan tidak ada.”
Jihan bagun, ia duduk di dekat Hary. “Aku tidak bohong, untuk apa aku bohong aku melihat bayangan putih melintas di jendela. Aku takut tidur. Kita tidak usah tidur kita bergadang saja.”
“Terserah.” Hary tidak menolak, ia selalu mengalah. “Tapi aku tidak ingin kamu menyebutku berandalan cabull jika kita tinggal satu atap malam ini,” tegas Hary.
“Iya.” sahut Jihan tidak iklas.
“Baiklah, mungkin Bang Rafan akan menghajarku.”
“Apa maksudnya.”
“Mungkin dia sudah tahu kalau kita tinggal di kost yang sama.”
Hary mengatakan kemungkinan Rafan sudah mengetahui Jihan sudah datang ke Jakarta hanya saja ia tidak ingin memaksa. Ia hanya akan terus mengawasi dan memantau. Semakin ia mengenal Hary semakin banyak yang pertanyaan dalam hatinya.
Wajah JIhan serius, ia tidak yakin kalau Rafan tahu kalau dirnya t“Artinya dia sudah tahu kalau aku hamil?”
“Hal itu aku tidak tau. Tapi aku bisa pastikan kalau dia tahu kita tinggal bersama di sini.”
“Kenapa kamu bisa yakin begitu?”
“Saat pertama kali aku keluar dari rumah, dia selalu mengawasiku dan membantu diam-diam.”
“Apa kamu sayang padanya?”
“Tentu saja kami suadara,” ujar Hary.
“Saudara tidak dianggap,” ujar Jihan asal.
Mendengar hal itu wajah Hary terlihat berubah jadi murung. “Maksudku karena kamu pembrontak dan nakal,” ucap Jihan.
“Iya, kamu benar mereka tidak pernah menganggapku.”
“ Maksudku karena kamu berbeda dengan Rafan. Mereka berpikir lelaki itu baik kalem, penurut. Tapi … aku tidak pernah menyukai Rafan dia dingin seperti es.”
Jihan menjelek-jelekkan Rafan di depan adiknya tetapi lelaki itu membela sang Kakak menyebut Rafan lelaki yang baik hanya saja selalu menyimpan semuanya dalam hati. Ia tidak pernah mengatakan hal yang jelek mengenai Rafan. Padahal Rafan dan keluarganya selalu menyebutnya Brandalan pembangka.
“Kenapa kamu berbeda dengan Rafan? Dia lelaki yang sopan dan kamu-”
“Kamu mau bilang aku brandalan lagi?” potong Hary menatap Jihan tajam.
“Memang iya kan?”
Lelaki itu menarik napas panjang dan berkata, “aku tidak seburuk yang kamu pikirkan Bu Jihan. Malam itu tidak seharusnya aku pulang ke rumah itu. Tadinya aku ingin berbaikan dengan ayah, makanya aku pulang ke rumah, aku sudah bilang tidak ada niat melakukannya Jihan. Aku menyesal pulang ke Jakarta hari itu," jelas Hary menjelaskan semuanya.
Bersambung.
Bantu Vote, like, dan komen juga ya terimakasih
tapi kenapa mereka semua gk mengizinkan jihan & hary hidup bersama.
dan jelas hary itu ayah kandung aqila.
kalo emg takdir nya sama hary,jngn muter² lg dech crita nya.