Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Hiks... hiks ... Kenapa dia jahat sekali."
Mendengar samar ada tangis seseorang di dalam tangga darurat rumah sakit, Rane memberanikan diri mengintip.
Astaga, itu Sia, istri Billy. Menangis tersedu-sedu, duduk memeluk lutut dengan rambut acak - acakan. Nampak kacau dan menyedihkan.
"Seenak nya dia minta cerai dengan alasan hanya menyayangi ku sebagai adik. Hiks, hiks, bilang saja kalau Rane mu sudah kembali. Itu ... tidak adil. Hiks ... hiks ... "
Shiiit, wanita itu memegang scalper atau pisau bedah medis kecil yang ketajamannya sangat membahayakan.
Jangan bilang, akan memutuskan urat nadinya?
Beeesss...
"Hei, kau gila?!" Rane membuka lebar pintu emergency itu, lalu berlari ke Sia yang sudah berhasil menyayat sekali pergelangan nya.
Cairan merah menetes ke lantai.
Rane segera merebut benda tajam itu dan melempar nya asal.
"Kau siapa?" Sia tersenyum yang menyerupai seringai yang tak sedap dipandang. Tatapannya kosong. Bisa diprediksikan Rane, wanita ini mengalami gangguan mental.
"Hais, kau bisa kehilangan banyak darah. Ayo ..." Rane tak tega melihat wanita menyedihkan itu semakin pucat. Ia berusaha memapahnya keluar dari emergency lantai dua.
"Tolong!"
Teriakan Rane mengundang orang yang berada di lantai dua itu.
Suster segera membantu. "Ya ampun, dia kenapa?"
"Dia mencoba memotong pergelangan tangan nya." Rane menjelaskan singkat.
Melihat ada keributan yang tak jauh dari ruang rawat Sia, Marc yang baru tiba, mendekati penasaran tiga punggung wanita yang salah satunya ia kenali adalah Sia.
"Shiiit..." Marc mengumpat melihat tangan Sia terluka. Begitu mudah ia meraup tubuh itu dan membawa nya masuk ke dalam ruangan.
Rane terpaku di depan ruangan menyaksikan kepanikan Marc terhadap istri Billy.
"Di-dia siapa nya Billy?" gumam nya penasaran dengan langkah gontai pergi, terganggu dengan kata -kata Sia yang ia dengar dengan sangat baik. Billy mengajukan perceraian pasti karena pertemuan mereka kembali.
Rane merasa bersalah pada Sia jika alasannya memang seperti itu.
"Rose..."
Mendengar suara Marc yang berseru memanggil, Rane berbalik.
"Terimakasih. Kata suster, kau telah menolong adik ku."
Adik?
Hais, ternyata kakak ipar Billy. Dan Rane tidak suka bersangkutan dengan apapun yang menjadi kehidupan Billy.
"Aku hanya tidak sengaja melihat nya di tangga emergency. Apa dia baik baik saja?"
Marc mengangguk. "Sudah diberi obat penenang. Syukur sayatannya telah tidak terlalu dalam."
Rane lega mendengar itu. Ia hendak pergi tapi di tahan oleh Marc dengan cara menyentuh pergelangan tangan nya.
"Oh, maaf." Gegas Marc menarik kembali tangan nya saat Rane melirik tak suka. "Aku cuma mau mentraktir mu makan sebagai bentuk terimakasih ku. Mau kan?"
"Tidak!"
Kali ini, Marc tidak bisa menahan kepergian Rane. Lagi lagi hanya bisa menatap punggung itu menjauh.
Senyuman Marc mengembang. "Dia sangat berbeda. Kebanyakan wanita mencari kesempatan untuk mendekati ku, dia justru sebaliknya." Marc makin tertantang menaklukkan hati itu.
Saat nya menemui Billy.
Braak...
Sialan, ada dokter William dan satu suster yang menyaksikan membuka pintu ruangan dengan kasar.
"Hari ini, Tuan Billy sudah boleh pulang. Namun disarankan untuk melakukan cek rutin. Permisi."
Setelah bayangan Dokter dan suster itu ditelan pintu, Marc baru bertanya dingin, "Barusan Sia menyayat pergelangan tangan nya. Kau pasti menyinggung perasaan nya."
Dasar wanita gila. Merepotkan sekali.
"Katakan, apa yang kau perbuat pada nya?"
"Kau selalu menyalahkan ku. Makanya, jaga baik-baik adik mu."
"Brengsek, kau lah yang berkewajiban untuk menjaga nya sebagai suami!"
Billy tertawa mencemooh. "Kau tau persis, aku dipaksa oleh kalian semua."
Rahang Marc mengeras marah. Namun, lagi lagi ia menahan emosi nya untuk tidak melukai Billy atas nama Sia. "Sampai Sia menceritakan penyebab dia melakukan kenekatan barusan dan bersangkutan dengan mu. Maka awas saja!"
Billy tak peduli dengan ancaman itu. Ia justru sibuk merapikan diri untuk mempersiapkan kepulangannya.
"Kau harus menemani Sia!"
"Aku tidak mau. Kata Dokter, aku tidak boleh terlalu capek dulu."
Kepalan tangan Marc mengepal erat. Rasanya ingin sekali meninju mulut Billy, namun ia memilih untuk pergi.
"Jaga baik-baik. Jangan sampai adik ku keluar dan berkeliaran dalam keadaan tidak stabil."
"Baik, Bos."
Marc memutuskan menaruh dua anak buah nya di depan ruangan Sia.
***
"Kau terlambat, Tuan Marc. Rose sudah ada yang menyewanya. Satu bulan berturut-turut."
Sialan, ternyata ada rival yang gila-gilaan mengajak nya bersaing mendekati Rose. Siapa orang itu, sampai satu bulan sendiri menyewa jasa Rose? Jika waktu lama begitu, pasti orangnya suka pada Rose bukan?
"Mereka di ruangan VVIP berapa?"
Madam berdesis lirih. "Maaf, itu privasi pelanggan kami."
Meski mendapat tatapan dingin, Madam tetap bungkam. Namun jujur, Madam ngeri melihat Marc merogoh kantong di balik jasnya.
Oh, kirain akan mengambil senjata untuk memaksanya bicara. Dompet ternyata. Dan sekarang malah dilemparkan satu platinum card.
"Satu bulan berikutnya aku yang menyewanya. Tentukan nilainya sendiri namun harus pasti."
Madam tersenyum girang menerima card pembayaran tersebut. Ekspektasi nya terhadap Rane ternyata melebihi yang ia pikirkan. Bukan cuma primadona biasa, tapi sangat sangat luar biasa di Skybar nya yang menghasilkan pundi-pundi dari pelanggan VVIP.
"Keputusan nya tidak melayani naik ke ranjang cukup tepat. Banyak yang penasaran padanya termasuk Tuan Marc." Madam bergumam cukup kagum dengan taktik Rane yang sebelumnya sangat disayangkan oleh Madam.
"Tuan, masukkan pin card mu ... Oke, sudah sukses pembayaran untuk Rose di bulan berikutnya. Ini kartu mu. Terimakasih. Ah, sedikit info. Jangan capek-capek membuka satu persatu pintu VVIP ataupun kamar yang ada di lantai tiga karena Rose tidak menari di klub malam ini. Dia dibawa keluar."
Marc meradang mendengar info itu yang sebenarnya memang sudah berniat ingin mencari Rose. Ia sangat penasaran siapa orang yang menyewa Rose sampai sebulan full.
kasihan rane nanti