Aku tidak mengira kedatangan adikku ke rumahku, menjadi Mala petaka di rumah tanggaku.Dia yang polos,dia yang sederhana,dia yang sangat peduli kepadaku ternyata menyimpan rasa iri yang sangat dalam kepadaku.
Hancur sudah perasaan ku saat aku tau semua kebusukannya dan juga suamiku,hancur dan kecewa perasaan ku,akan kah aku melepaskan suamiku dan membiarkan dia bahagia dengan adikku atau aku bertahan dengan suami yang sudah sangat kotor bagi ku??
ikuti kisah sedih ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustina Pandiangan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 ~ Menutup mata ~
Salma menutup tokonya,semua kariawan nya masuk ke kamar masing-masing dia memang sengaja menyediakan kamar untuk kariawan yang ingin tinggal di rumah sekaligus tokonya.
Ruko itu memiliki tiga lantai dan lantai dua dipakai untuk tempat tinggalnya,sementara lantai tiga untuk kariawan nya.Salma keluar dari ruang kerjanya lalu menemui menantunya ke kamar yang biasa mereka pakai kalau mereka sedang menginap di rumahnya.
Salma membuka pintu kamar,dia berdiri di depan pintu sambil menatap menantunya yang sedang melamun entah apa yang dia pikirkan,Salma semakin percaya kalau menantu dan anaknya sedang terlibat dalam masalah keluarga.
"Raisa katakan kepada ibu,apa yang terjadi ibu yakin kamu dan Irwan sedang ada masalah." Tanya mertuanya,wanita paruh baya itu duduk di samping Raisa sambil menatap wajah Raisa.
Raisa termasuk wanita yang beruntung,selain kaya raya Irwan memiliki banyak harta dan ibunya seorang wanita sukses yang memiliki tiga cabang toko pakaian yang sangat besar.
Walaupun mertuanya kaya raya dan anaknya seorang polisi berpangkat perwira dia tidak pernah angkuh atau sombong kepada Raisa, walaupun Raisa hannya anak orang miskin dan sekolahnya pun hannya tamat SMA.
"Raisa ayo jujurlah kepada ibu,apa yang terjadi hingga kamu seperti ini,ibu tidak pernah melihat mu seperti ini,tubuhmu kurus dan kamu selalu melamun." Ucap Salma kembali sambil menepuk pundak memantaunya.
Raisa takut untuk jujur kepada mertuanya,apalagi mertuanya memiliki riwayat sakit jantung,dia takut jantung mertuanya kambuh kembali saat dia cerita nanti.
"Bu...Aku tidak ada masalah apa pun,belakangan ini pikiranku terlalu pusing memikirkan mas Irwan,dia semakin lama dia semakin tidak peduli kepada ku mungkin saja ini hannya perasaan ku." ucap Raisa.Walaupun dia sudah tau kalau suami dan adiknya ada hubungan dia tidak mau terus terang karena dia takut sesuatu terjadi kepada mertuanya.
Selama ini mertuanya begitu baik dan perhatian,Raisa mengira dia wanita yang paling sempurna menemukan pria hebat dan mertua yang menerimanya apa adanya.
"Jangan terlalu banyak beban pikiran,kalau sedang hamil memang pasti banyak beban yang kita pikirkan curiga terus-menerus dan kita juga malas melakukan apa pun,kamu jangan menuruti semua pikiran mu itu kendalikan diri mu dan jadilah wanita kuat,sekali pun Irwan selingkuh mana tau kamu tidak boleh terlalu merendahkan dirimu di hadapannya kita wanita berhak bahagia apalagi kamu istri seorang polisi seorang anggota polri tidak bebas untuk selingkuh kamu berhak atas suami mu,kalau Irwan selingkuh kita sama-sama menghancurkan wanita itu." Ucap Salma,Raisa menoleh kepada mertuanya lalu memeluk mertuanya.
"Terima kasih ibu sudah menganggap ku seperti putri mu sendiri,ijinkan aku Bu untuk tinggal bersama ibu untuk beberapa hari ini,aku ingin menenangkan pikiran ku." Ucap Raisa sembari memeluk tubuh ibu mertuanya.
"Ibu sangat senang mendengar kata-kata mu,mungkin kamu butuh waktu untuk menenangkan pikiranmu."Ucap Salma.Mereka berdua keluar dari dalam kamar menuju dapur mereka ingin makan malam.
****
Sementara itu di rumah Raisa,Naila berlagak seperti nyonya besar dia duduk di meja bersama Irwan sementara ibunya melayani mereka berdua.Saat Deden ibunya membawa makanan dari dapur,tiba-tiba dia melihat Naila dan Irwan saling menatap,dia merasa aneh dengan sikap menantu dan juga putri keduanya itu.
"Aahh...Tidak mungkin mereka ada hubungan apa pun,tidak mungkin Naila melakukan hal yang tidak terpuji terhadap Irwan."Ucapnya dalam hati berusaha menenangkan pikirannya.
"Mari kita makan,ibu akan melayani kalian dengan baik.Kenapa Raisa tidak kamu jemput nak,ibu khawatir dia kelaparan."
"Sudah lah Bu,kenapa ibu terlalu peduli dengan Raisa kalau ibu terlalu peduli dengannya silahkan ibu menjemputnya dari rumah mertuanya." Ucap Naila dengan wajah kesal.Deden menarik napas berat untung sekali Irwan tidak marah atas sikap tidak sopan Naila.
Mereka makan dengan suasana mencekam,karena wajah Naila terlihat masam terus membuat Deden merasa takut.
Setelah selesai makam malam,Deden segera menyusun piring-piring kotor lalu dia kembali menghampiri Naila dan juga Irwan.
"Naila kita ke depan,mungkin nak Irwan akan segera istrahat,kita tidak bisa menganggunya." Ucap Deden dia langsung menarik tangan Naila meninggalkan tempat itu.
Walaupun Deden sudah berumur,dia masih bisa melihat gerak-gerik seseorang dia curiga Naila sedang berusaha untuk menggoda Abang iparnya.
Mereka berdua pergi masuk ke dalam kamar,untungnya Irwan bisa mengerti dan tidak tersinggung.
Di dalam kamar,Deden ingin menegur Naila tapi Deden takut karena belakangan ini Naila semakin emosian yang membuat Deden selalu takut dengannya.
"Kenapa ibu terlihat gelisah apa yang salah,ibu kepikiran sama Raisa?"
"Naila...Dia itu kakakmu kamu bisa lulus sekolah itu karena kakak mu selalu menyuruh Abang ipar mu untuk membayar uang sekolah mu." Deden mulai membuka suara sekalian karena Naila memulai obrolan.
"Bodoh amat,kalau dia keberatan bilang sama ku,aku tidak peduli dengan nya." Ucap Naila lalu menarik selimut dan menutup tubuhnya lalu dia bermain ponsel.
Irwan,duduk di ruang tamu,tidak melihat keberadaan istrinya di rumah malam ini membuat perasaanya ada yang kurang,Irwan mengambil ponselnya, lalu menghubungi Raisa melalui panggilan video tapi dia beberapa kali menghubunginya Raisa tidak merespon panggilannya membuat perasaanya sedikit kecewa.
"Hayo apa yang kamu pikirkan,kamu pasti sedang memikirkan aku ya." Tiba-tiba Naila memeluknya dari belakang lalu menciumi bibir Irwan.
"Kamu kenapa keluar memangnya ibu sudah tidur?" Tanya irwan dia sangat kaget saat melihat Naila yang begitu nekat menciuminya disaat mertuanya sedang tinggal bersama mereka.
"Sayang....Apa yang perlu kamu takutkan,kalau ibu tau itu jauh lebih baik karena tidak mungkin kita menutupi semua ini selamanya dari keluarga,ingat mas kamu harus menikahi ku secepat mungkin jangan coba-coba untuk m mempermainkan aku mas kalau kamu ingin hidup aman,bahkan kalau Raisa sudah melahirkan kamu harus menikahi ku,kamu tidak bisa mengelak." Ancam Naila.Irwam menelan saliva nya,ada sedikit rasa kesal di hatinya terhadap Naila yang selalu memaksa keinginannya.
Lama sekali Irwan terdiam setelah mendengar ancaman dari Naila,untuk saat ini tidak ada pikirannya untuk menikah dengan Naila dia hannya ingin bermain-main dengan Naila tanpa ada niat menikahinya.
"Mas...."
"A_a..Iya...iya aku tau itu." Jawab Irwan lalu dia beranjak dari ruang tamu karena moodnya memburuk saat Raisa mengabaikan panggilannya dan Naila malah ingin menguasai dirinya.
"Kamu mau kemana mas?" Irwan membalikan badannya lalu menatap Naila yang masih duduk di sopa.Ternyata cinta karena nafsu dan cinta karena hari sangat jauh bedanya dan dia baru menyadari itu.
🌺🌺🌺Bersambung 🌺🌺🌺