Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Terong Dan Kacang
Farel langsung tertawa.
"Kenapa Zi, kok kamu kayaknya kaget gitu? Emangnya gak boleh ya kalau aku suka sama kamu?"
"Ya boleh sih pak." Zizi langsung tersenyum meringis.
"Lah trus? Aku pria dan kamu wanita. Jadi bagus 'kan?"
Zizi tak ingin memberikan lagi responnya. Takutnya jadi melebar kemana-mana padahal ia adalah wanita yang sudah menikah. Ia pun melanjutkan menyeduh secangkir kopi dan membawanya ke hadapan Farel.
"Eh, silahkan diminum kopinya pak."
"Makasih banyak ya Zi. Kamu duduk sini dong."
"Tapi saya harus mengerjakan banyak pekerjaan di sini pak. Saya bahkan belum menyapu."
"Bentar saja. Gak apa-apa kalau ditunda dulu. Ayolah."
"Baiklah pak. Tapi jangan lama-lama ya. Langsung habiskan kopinya satu kali teguk saja."
"Hahahaha. Mana mungkinlah kalau kopinya masih panas seperti ini." Farel kembali tertawa.
Zizi pun menurut dan duduk di hadapan pria itu.
Farel menyeruput kopinya kemudian menatap wajah Zizi yang cantik meskipun tidak memakai make up.
"Tau gak? Kalo pak Bos itu datang kembali ke Perusahaan dan memberiku banyak pekerjaan?"
"Pak Bara?"
"Iya. Siapa lagi. Orangnya sok berkuasa gitu. Padahal pak Hasan, dulu gak pernah seperti itu lho. Orangnya slow aja dalam memimpin."
"Oh gitu ya pak? Pantas." Zizi ikut menimpali karena suaminya itu memang bossy banget. Suka marah-marah saja kerjaaannya.
"Pantas kenapa Zi, apakah pak Bos juga sering marah dan merintah-merintah kamu?"
Zizi langsung tak enak hati. Bagaimana pun juga Bara adalah suaminya sekarang. Ia tak boleh mengumbar aib pria itu sesuai pesan ibunya.
"Iya pak. Tapi itu karena saya yang salah juga, hehehe."
Farel langsung tersenyum kecut. Ia pikir ia akan ada teman untuk meng ghibah sang bos.
"Aku pusing dan butuh hiburan nih Zi. Pak Bos itu minta semua laporan di divisi aku. Aku stres pengen hiburan."
Zizi hanya bisa menghela nafasnya. Memang sih kalo kerja dengan Bara rasanya sport jantung terus. Pria itu sangat disiplin dan tak suka menunda-nunda pekerjaan. Ia jadi kasihan juga sama Farel.
"Mau gak kamu nemenin aku sebentar malam Zi?"
"Hah? Nemenin ngapain pak? Bikin laporan?"
"Hahaha ya enggaklah. Masak sama cewek cantik kayak kamu berdua aja bikin laporan, rugi lah."
"Lah trus? Nemenin ngapain pak?"
Farel tersenyum kemudian kembali menyeruput kopinya khidmat.
"Ya nemenin semalaman tapi yang jelasnya bukan untuk bikin laporan. Kita mungkin bisa berpacaran dan jalan ke Club atau kita jalan ke tempat-tempat hiburan. Rasanya stress banget kerja dibawah bos yang sangat disiplin seperti itu."
"Ekhem!"
Zizi yang baru mau menjawab langsung kaget karena tiba-tiba saja Bara muncul di tempat itu.
Mulutnya yang sudah terbuka cepat-cepat ia tutup dengan telapak tangannya.
Ekspresi Bara yang sedang menatapnya benar-benar sangat menakutkan baginya. Farel pun sama. Pria itu langsung berdiri dari duduknya dan membungkukkan badannya hormat.
"Pak Farel ngapain di dalam pantry?" tanya Bara dingin.
"Anu pak. Saya ngantuk di ruangan, jadi pengen minum kopi." Farel menjawab dengan wajah ia tundukkan.
"Apa harus di tempat ini pak Farel? Lagipula sekarang belum waktunya istirahat. Ini masih jam kerja."
"Ah iya pak. Maaf, saya akan kembali ke ruangan saya," ucap Farel meminta maaf, setelah itu ia menatap Zizi dengan tatapan tak biasa hingga membuat Bara seperti kebakaran jenggot, padahal gak punya jenggot.
"Makasih banyak ya Zi. Bentar kita lanjut lagi. Aku akan jemput saat pulang kerja."
"Eh?" Wajah Zizi langsung berubah warna. Ia semakin tak nyaman dengan kata-kata pria itu di depan suaminya.
Setelah berkata seperti itu, Farel pun langsung pergi dari Pantry dengan langkah cepat. Sedangkan Zizi hanya bisa meremas jari-jarinya dengan gugup.
"Jadi begini cara kamu menggoda para pria heh?!" sarkas Bara.
"Eh?"
Zizi mengangkat wajahnya dan menatap suaminya yang tiba-tiba ngomong tak jelas.
"Udah tahu aturan kamu?"
Zizi tak menjawab . Ia masih fokus dengan kata-kata Bara sebelumnya.
"Tak ada karyawan yang bisa bebas ke dalam pantry seperti tadi. Kalau butuh, mereka hanya bisa meminta lewat bel atau pesan suara!"
"Maaf pak. Saya belum tahu aturan itu. Dan Pak Farel tadi..."
"Kalian asyik berdua? Apa saja yang sudah kalian lakukan sampai ada janji dijemput heh?"
Zizi tak mampu menjawab.
"Dan kamu bahkan tidak mendengar kalau aku pesan makanan untuk sarapan?"
Zizi kembali meringis dan merasa bersalah. Ia mungkin terlalu serius dengan Farel tadi sampai ia tidak mendengar bunyi bel ataupun pesan suara dari sang bos.
"Maaf pak." Zizi menundukkan wajahnya semakin dalam. Dalam hal pekerjaan ia sudah lalai. Dalam hal sebagai istri pun ia juga seperti itu. Seharusnya, pagi-pagi tadi ia siapkan sarapan untuk pria itu sesuai pesan ibunya.
"Aku akan belikan makanan yang bapak mau kalo gitu," lirih Zizi.
"Bawakan terong bakar balado ke ruangan aku!"
"Hah?"
Kedua mata bulat indah Zizi langsung membola dan membuat dada Bara berdebar hebat.
Wanita ini kenapa jadi sangat cantik dengan ekspresinya seperti itu?
"Kenapa? Kok kaget gitu?" tatap Bara dengan satu alis terangkat.
"Terong bakarnya 'kan ada sama bapak?" balas Zizi dengan ekspresi polosnya.
"Jadi saya balado in aja?"
"Zizi!" geram Bara berubah kesal.
"Siap pak!" jawab Zizi dan berniat kabur dari tempat itu tapi tangan Bara langsung meraih pinggangnya dan merengkuhnya merapat ke dalam tubuhnya.
Tubuh Zizi membeku. Ia tak menyangka kalau ia bisa sedekat ini dengan pria sombong yang merupakan musuhnya.
"Apa otakmu hanya kepikiran dengan terong aku hem?" bisik Bara pas di kuping gadis itu dan alhasil membuat kulit Zizi meremang. Dada gadis itu pun berdegup kencang seperti bunyi drum yang sedang dipukul bertalu-talu.
"Ayo jawab, apakah di kepalamu hanya terong aku saja yang kamu pikirkan heh?" tanya Bara lagi masih dengan bisikan. Bibirnya sampai menyentuh cuping telinga Zizi dan berhasil mengantarkan gelombang listrik tak kasat mata untuk keduanya.
Zizi merinding. Tubuhnya benar-benar merespon dengan sangat baik. Apalagi kulit mereka bahkan semakin bersentuhan dan bergesekan.
"Pikiranmu kotor Azizah Khumairah?" lanjut Bara dengan tangan semakin merapatkan pinggang Zizi ke dalam tubuhnya.
"Ya iyalah pak. Mataku kan udah ternoda dengan terong lepek bapak," ucap Zizi cepat untuk menghalau perasaan gugupnya.
"Jadi otakku pun ikutan kotor."
Pletak!
"Awwww!"
Zizi meringis. Dahinya tiba-tiba saja kena sentilan jari Bara.
"Sakit pak!" protes Zizi dengan bibir cemberut.
"Masih mikir terong kamu?"
"Iya pak."
Pletak!
"Awww!"
Zizi kembali mengeluh sakit.
"Ke ruangan aku sekarang juga!" titah Bara seraya melepaskan rengkuhan tangannya pada gadis itu.
Bisa-bisa ia khilaf kalau posisi mereka seperti itu terus.
Padahal tempat itu kan di Pantry.
"Ngapain pak? Katanya mau disiapkan sarapan!"
"Aku akan tunjukkan terong ku yang siap ngulek dan butuh kacang!"
"Hah?"
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀