Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 13
Setengah jam berlalu, tukang ojek yang Ravi pesan tadi benar-benar datang sambil membawa temannya sesuai plat nomor yang ia dapatkan dari rekaman kamera pengawas.
Setelah memberikan sejumlah uang yang ia lebihi dari jumlah normal, Ravi mengajak tukang ojek yang mengantar Leina pergi. Namanya adalah Pak Wardi.
Tidak ingin apa yang dilakukannya ketahuan oleh Leina, Ravi membawa Pak Wardi menjauh dari lingkungan hotel.
" Saya minta maaf ya Pak karena meminta Bapak datang dengan cara seperi in."
" Tidak apa-apa Den, kalau boleh saya tahu ada apa ya?"
" Tadi Pak Wardi nganterin seorang wanita kan, apa Bapak masih inget sama wajah wanita ini. Dia adalah istri saya, tadi pak Wardi nganterin dia kemana ya. Namanya Leina."
Pak Wardi diam sesaat, penumpang yang ia bawa bukan hanya satu atau doa orang saja. Tapi tidak lama kemudian dia langsung mengingatnya karena Leina memberikan uang yang lebih padanya sebagai ongkos,
" Ah Neng yang tadi ya, saya tadi nganterin ke rumah sakit Den. Saya juga diminta buat nunggu."
" Rumah sakit? bisa Pak Wardi antarkan saya?"
" Ya bisa, mari saya antarkan."
Pikiran Ravi sudah tidak karuan dan melalang buana kemana-mana. Jelas-jelas Leina tadi menolak keras untuk memeriksakan dirinya ke dokter, tapi mengapa dia sudah datang ke rumah sakit lebih dulu.
Ravi sama sekali tidak bisa menduga apapun untuk saat ini. Apa yang dilakukan Leina di rumah sakit, apa yang disembunyikan oleh istrinya itu, dan mengapa harus pergi secara diam-diam sampai berbohong seperti tadi?
Semua pertanyaan itu menggelayut dalam benaknya, ada rasa nyeri yang tiba-tiba menyerang. Rasa takut yang tiba-tiba ikut datang, sungguh isi kepala Ravi seakan kosong dan tidak mempu membuat prediksi sama sekali.
" Terimakasih Pak Wardi, ini untuk Bapak. Maaf sudah ganggu waktu kerja Bapak."
" Terimakasih Den, tapi ini terlalu banyak."
Ravi hanya tersenyum, dan sekali lagi mengucapkan terimakasih atas bantuan dari Pak Wardi.
Dengan penuh keraguan, dan jantung yang berdegup kencang, Ravi melangkahkan kakinya di rumah sakit yang katanya Leina datangi. Nama rumah sakit itu adalah Rumah Sakit Sehat Bersama. Ia sedikit bingung saat sampai di dalam, tempat semacam itu jarang sekali dia datangi karena belum pernah dalam keluarganya ada yang sakit hingga di rawat. Kalau hanya sekedar membesuk orang sakit, jelas Ravi pernah melakukannya.
Matanya menelisik ke seluruh tempat, yang ia pikirkan adalah apa yang dilakukan Leina di tempat ini tadi.
" Maaf Tuan, ada yang bisa saya bantu?"
" Ah ya, saya sedang mencari pasien. Apa Anda bisa membantu saya."
Salah seroang perawat membawa Ravi menuju ke bagian informasi, dan bagian informasi menghubungkan Ravi ke bagian pendaftaran.
Setelah hampir 15 menit akhirnya Ravi mendapatkan apa yang dia inginkan.
" Maaf Tuan, pasien yang Anda cari tidak melakukan rawat inap di sini. Nyonya Leina Shanum Dewantara hanya menemui dokter praktek saja."
" Siapa ya nama dokternya, apakah dokter umum atau dokter spesialis."
" Dokter Sapto Perwira, beliau adalah dokter spesialis neurologi."
" Apa?"
Ravi sangat terkejut, apa yang Leina lakukan dengan dokter spesialis neurologi. Sebagai orang awam yang dia tahu neurologi itu berhubungan dengan syaraf atau otak.
Ia langung meminta kontak pribadi sang dokter. Dan lagi-lagi dia harus mengungkapkan alasannya untuk itu, beruntung bagian informasi mau memberikan kontak pribadi dokter.
Saat itu juga Ravi langung menghubungi Dokter Sapto dan kebetulan sang dokter tengah beristirahat makan siang. Ravi pun mendatangi dokter itu di kantin rumah sakit.
" Saya Ravindra Faiwas William, suami dari salah satu pasien Anda Leina Shanum Dewantara."
" Aaah ... ."
Dokter Sapto nampak tercengang, dia tadi sebenarnya sudah terkejut saat seroang perawat menanyakan kepadanya perihal boleh atau tidak memberikan nomor pribadinya pada suami pasien. Tapi ternyata dia lebih terkejut saat melihat langung pria yang mengaku sebagai suami Leina.
Melihat tatapan keraguan dari si dokter, Ravi memperlihatkan foto pernikahan mereka berdua. Dan sekarang wajah Dokter Sapto terlihat lebih memercayai Ravi.
" Ada yang bisa saya bantu Tuan Ravi?"
" Istri saya, apa sakit yang diderita oleh istri saya?"
" Saya tahu ini adalah jawaban tidak sopan dari saya, tapi saya sungguh minta maaf karena tidak bisa menjawab karena ini berhubungan dengan kode etik dokter. Saya sarankan Anda bertanya langsung kepada Nyonya Leina. Dan saya harap Anda mendukung isti Anda, saya harap Anda selalu ada untuk istri Anda."
Meskipun jawaban yang diberikan oleh Dokter Sapto sangat ambigu tapi paling tidak Ravi tahu bahwa Leina sungguh sakit dan penyakitnya adalah penyakit yang serius.
Dan karena tidak mendapat jawaban yang ia inginkan, Ravi pamit undur diri dan kembali ke hotel.
Sepanjang jalan dia sudah membulatkan tekad untuk bertanya kepada Leina. Akan tetapi ketika beradu tatap dengan sang istri, niat Ravi pun luntur. Ada rasa sendu yang kini dia rasakan ketika melihat wajah yeng tersenyum itu.
Greb
" M-mas ... ."
Ravi memeluk Leina dengan erat, bahkan dia mencium pucuk kepala Leina. Meskipun belum tahu tentang penyakit Leina tapi rasa sedih dalam sudut hatinya sangat terasa. Dia pun bingung mengapa demikian.
" Mas, kamu kenapa?"
" Lei, kamu bisa ngandelin aku. Kamu bisa bersandar padaku karena aku suamimu."
Degh degh degh
Dada Leina berdegup dengan kencang. Ia bisa merasakan bahwa ucapan Ravi sangat tulus dan sungguh-sungguh dari hati. Meskipun dia tidak tahu mengapa tiba-tiba pria itu bersikap demikian.
" Iya iya aku tahu kok, kamu suami yang hebat dan bisa diandalkan Mas. Apa kamu sungguhan nggak tahu kalau kamu itu must wanted calon husband."
" Eleeeh apa-apan itu. Jangan ngadi-ngadi. Pokoknya kamu harus cerita ya kalau ngerasa badan kamu nggak enak. Jangan dirasain sendiri oke."
Leina mengangguk cepat, rasanya sungguh aman dan nyaman berada di pelukan Ravi saat ini.
Sedangkan Ravi, hatinya menjadi tidak karuan. Pikirannya bercabang kemana-mana. ia ingin to the point, tapi dia juga tidak ingin terburu-buru. Dia ingin Leina bicara jujur kepadanya tanpa paksaan.
" Aku akan nunggu Lei, nunggu kamunya ngomong sendiri ke aku," ucap Ravi dalam hati.
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍