NovelToon NovelToon
Derita anakku

Derita anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda
Popularitas:387.4k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Sepeninggal suami, Nani terpaksa harus bekerja sebagai seorang TKW dan menitipkan anak semata wayangnya Rima pada ayah dan ibu tirinya.

Nani tak tau kalau sepeninggalnya, Rima sering sekali mengalami kekerasan, hingga tubuhnya kurus kering tak terawat.

Mampukah Nani membalas perlakuan kejam keluarganya pada sang putri?

Ikuti kisah perjuangan Nani sebagai seorang ibu tunggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemalangan Ziva

Ziva mengurung diri di kamar, dia mengingat kejadian mengerikan yang baru saja dia alami.

Sekolah tadi pulang lebih awal karena para guru akan mengadakan rapat.

Clarisa dan gengnya menagih janji Dini untuk mengajak mereka makan di Mall baru. Dini pun tak lupa mengajak Ziva.

Di sana seperti yang sudah di takutkan oleh Ziva, dia menjadi bahan bulan-bulanan sindiran dan cacian Clarisa dan teman perempuan yang lainnya.

Hanya Romi dan Aldo saja yang sibuk dengan permainan di ponsel mereka.

"Bahkan kamu kini tak memiliki hp? Menyedihkan!" ketus Clarisa.

Ziva sudah tak sanggup mendengar hinaan dan sindiran dari Clarisa dan teman-temannya. Dia lantas berlalu meninggalkan mereka tanpa kata.

Tak lama ternyata Dini menyusulnya. Napas gadis itu terengah-engah karena lelah mengejar Ziva.

"Hei, tunggu aku Va!" Dini menyentuh bahu Ziva.

Ziva menangis dan menutup dengan kedua tangannya.

"Ayo pulang ke rumahku," ajak Dini saat mobil pesanannya sudah berada di depan mereka.

Ziva masih menangis selama perjalanan ke rumahnya. Dini tak mengganggu Ziva untuk mengeluarkan sesak di dadanya.

Sedangkan sang sopir melirik ke spion tampak iba.

"Temannya ngga papa neng?" tanya sang sopir khawatir.

"Ngga papa Pak, biasalah putus cinta," dusta Dini.

Sang sopir hanya mengangguk dan membiarkan penumpangnya menangis.

Sesampainya mereka di rumah Dini, rumah itu tampak sepi.

"Orang tua kamu ke mana Din?" tanya Ziva dengan suara yang masih sesenggukan.

"Kerja!" jawab Dini malas.

"Ayo masuk, kita ke kamar aja!" ajak Dini lalu masuk ke kamarnya.

Kamar dengan pernak pernik yang sangat menyegarkan mata Ziva. Sungguh gadis itu sangat iri dengan Dini.

Ziva yakin semua di dapatkan Dini dengan kerja yang tadi di tawarinya. Dalam hati gadis itu ia sangat dendam dengan ejekan Clarisa dan teman-temannya.

Dia akan bekerja seperti Dini agar bisa mencukupi kebutuhannya sendiri.

Ziva terkejut kala melihat Dini menghisap sebatang sigaret. Dia tak pernah menyangka gadis itu bisa melakukan hal yang tak pernah di pikirkannya.

"Din, ka-kamu," ucap Ziva tercekat.

"Kenapa? Kamu baru tau? Santai aja kali, bukan cuma aku, Clarisa juga ngerokok kok," jelasnya.

Lagi-lagi fakta baru mengejutkannya, dia tak menyangka gadis manja yang mengklaim diri sebagai ketua geng mereka itu juga seorang perokok, sebab dia tak pernah melihatnya secara langsung seperti Dini.

Ziva berusaha tak memedulikan kelakuan Dini. Ada hal penting yang harus dia lakukan sekarang.

"Aku mau kerja Din!" ucapnya yakin.

Dini menoleh setelah mengepulkan asap putih dari mulutnya. Sungguh gadis yang sangat mahir, batin Ziva.

Dini tersenyum remeh pada temannya, "yakin kamu mau kerja kaya aku? Nanti nyesel," cibirnya.

Ziva terkejut, tapi dia sudah bertekad tak ingin lagi di hina, sudah lelah gadis itu meminta pada sang ibu untuk memenuhi keinginannya.

Jika memang sang ibu tak peduli padanya, maka dia akan memenuhi sendiri kebutuhannya, pikir Ziva.

"Enggak, tapi tunggu dulu, emangnya kerja apa?" tanya Ziva gugup.

"Kerja enak, yang pasti dapat duit banyak dengan mudah, mau?" tawar Dini dengan senyum menyeringai.

"Sanggup Din? Kapan aku bisa kerja? Terus kerja di mana?" tanya Ziva beruntun.

"Terserah kamu, kalau kamu butuh duit cepet ya bisa sekarang," tawar Dini.

Hah, sekarang? Emang kerja apa ya? Bodo ah yang penting dapet duit terus beli hp.

"Ya udah ayo!" segah Ziva tak sabar.

"Ck! Serius kamu jangan mundur ya!" ancam Dini.

Ziva mengangguk patuh, setelah itu Dini meminta Ziva membersihkan diri dan akan membelikan dia pakaian baru.

Ziva yang mendengar pakaian baru tentu sangat senang.

Tak terbesit sedikit pun akan pekerjaan apa yang akan di lakukannya nanti. Terlebih lagi saat Dini mengajaknya kembali ke Mall dan membelikannya pakaian yang terbaik.

Gaun biru muda selutut sangat pas di tubuh Ziva. Dini menelisik penampilan Ziva yang sudah cukup pas menurutnya, manis itulah yang dipikirkan Dini.

Keduanya lalu datang ke hotel dengan diantar sopir pesanan Dini.

Ziva kembali heran karena temannya mengajak ke hotel. Dia memikirkan pekerjaan apa yang akan di lakukannya dengan gaun indah di hotel ini.

Benaknya berpikir mungkin Dirinya akan bekerja sebagai penyambut tamu hotel.

Gadis bau kencur yang tidak paham akan derita yang sedang menanti masa depannya itu hanya mengedikan bahu tak peduli.

Dia berpikir karena dirinya yang sudah berpenampilan cantik dan menarik pasti akan bekerja dengan posisi yang bagus.

Mereka datang ke sebuah kamar, sampai di sini Ziva masih belum paham akan apa yang akan di kerjakannya.

Di dalam kamar, sudah menunggu lelaki paruh baya dengan perut buncit. Membuat bulu kuduk Ziva meremang.

Dini lantas memberikan dirinya sebuah pil untuk segera di minum.

"Ini apa Din?" tanya Ziva pada pil berbentuk putih kecil itu.

"Itu Vitamin, biar kamu kuat bekerja," jelas Dini datar.

Dini sendiri mengenakan pakaian kasual dengan celana jeans panjang dan kaus putih, penampilannya layaknya anak remaja pada umumnya.

"Gimana om?" tanya Dini pada lelaki yang menatap Ziva penuh minat.

"Good, oke nanti om kirim uangnya," jawab lelaki itu dengan senyum menyeringai.

"Ngga bisa, harus sekarang!" tolak Dini lantas menarik Ziva ke belakang tubuhnya.

Ziva bingung dengan apa yang sedang kedua orang itu perdebatkan.

"Din sebenarnya ada apa ini?" tanya Ziva cemas.

"Kamu kan bilang mau kerja buat dapat uang cepat ya beginilah!" ucap Dini ketus.

"Maksudnya?" tanya Ziva masih bingung.

"Kamu layani om itu, nanti kamu pasti akan dapat uang banyak, mengerti?" keduanya berbicara dengan berbisik.

Lelaki paruh baya itu tengah sibuk dengan ponselnya mengetik di M-Bankingnya, dia merasa sudah tak tahan ingin menikmati tubuh Ziva yang di yakini Dini masih perawan.

"APA!" pekik Ziva dengan tubuh bergetar.

Gadis itu hendak melarikan diri dari kamar hotel yang akan membuat masa depannya hancur.

Dini mencekal Ziva dan menatap tajam gadis itu. "Kamu ngga bisa kabur sekarang, ingat! Tadi kamu yang maksa sama aku buat kerja, sekarang terima nasibmu!" ujar Dini tajam.

Air mata Ziva mengalir deras, bukan pekerjaan seperti ini yang dia inginkan, sungguh dia menyesal telah meminta bantuan Dini. Ternyata Dini lebih kejam dari pada Clarisa.

"Lepas Din, aku mau pulang, aku ngga mau," rengeknya.

Dini menghela napas, dia tak bisa mundur, nyawa mereka taruhannya, karena lelaki paruh baya ini bukan orang sembarangan.

"Ada apa Din?" tanya lelaku paruh baya itu khawatir.

"Ngga papa om. Om tenang aja, biasalah anak baru," jawab Dini dengan senyuman manis.

Dini kembali menatap Ziva, "kalau kita keluar dari sini tanpa menyenangkan om Baron, aku yakin kita pulang tanpa nyawa!" ancamnya.

Ziva tak peduli, dia menggeleng, tetap menolak, dia tak mau pekerjaan menjijikkan seperti ini.

"Ya udah, kamu mau kita mati kan? Ayo kita temui Om Baron lalu menolak!" ujar Dini ketus.

Ziva menghentikan langkah Dini, "aku juga ngga mau mati Din, tapi aku ngga mau kerja begini," lirihnya.

Dini mengusap rambut Ziva seperti seorang ibu menenangkan anaknya.

"Tenang aja, pulang dari sini kita bisa beli iPhone seri terbaru," bujuk Dini.

Ziva bingung, tapi bayangan ponsel canggih dengan harga dua digit itu menggelantung di kepalanya.

Apa bayaran sebagai wanita penghibur sebesar itu? Pikir Ziva.

Ziva yang masih termenung, sangat syok saat lelaki yang sudah membelinya berada di belakangnya dengan memegang kedua bahunya.

Tubuhnya bergidik ngeri saat lelaki paruh baya itu mengendus rambutnya yang tergerai indah.

"Sudah ya om," ucap Dini pada pelanggannya.

Dia lalu menatap Ziva, "tenang, aku jemput kamu nanti," setelah mengatakan itu Dini meninggalkan Ziva

Ziva hanya bisa bergeming dengan tubuh bergetar, baru saja Dini menutup pintu terdengar jeritan Ziva di dalam sana.

Namun Dini tersenyum menyeringai, tak ada sedikit pun rasa iba di hati gadis remaja itu, baginya ini juga waktunya membalas sakit hatinya pada Ziva yang dulu juga sering mengabaikannya.

Dini bertekad akan membalas semua perlakuan orang-orang yang sering menghinanya.

.

.

.

Tbc

1
Nyai Omi
/Shy/
Nyai Omi
lanjut
Nyai Omi
/Smile/
Nyai Omi
iya ksian skli sllu d jahati
Nyai Omi
jahat skli mereka
Nyai Omi
g ada akhlak nya tu ibu tri nani
Muji Lestari Tari
Budi oh budi
Muji Lestari Tari
manusia aneh
Muji Lestari Tari
aduh bikin emosi
Muji Lestari Tari
aduh main dukun
Muji Lestari Tari
jangan mau nin
Muji Lestari Tari
keluarga toxic nggak ada lawan
Muji Lestari Tari
Dibyo gila
Muji Lestari Tari
makin nggak jelas ni orang
Muji Lestari Tari
Dibyo bodoh
Muji Lestari Tari
Yanti ni pelakunya
Muji Lestari Tari
kapok
Muji Lestari Tari
mada sih Anan SMP dah berani gituan
Muji Lestari Tari
keluarga toxic
Muji Lestari Tari
Yanto gila
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!