Penyesalan seorang Alex Wijaya yang kehilangan wanita yang selama ini disiksa secara fisik dan mentalnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ini senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma
"halo Di, kesini sekarang juga aku tidak bisa ke kantor sekalian tolong panggilkan dokter Aris kesini, sekarang juga." alex langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari orang yang di telepon.
Alex tidak peduli Dio mengumpat di sebrang sana, yang di butuhkan saat ini adalah dokter.
.
.
15 menit setelahnya Dio sampai di rumah alex, setelah bertanya pada mbok Sumi ternyata alex sama sekali belum keluar dari kamarnya, Dio pun memutuskan naik ke atas takut terjadi apa - apa pada bos sekaligus sepupunya itu.
tok..tok..tok..
"lex.. Alex. . " panggil Dio dari depan kamar alex.
"masuk saja Di." jawab alex dari dalam dengan lemah.
"Apa kamu sakit sampai menyuruh ku memanggil dokter Aris?" tanya Dio memastikan, sebenarnya dia tahu kalau alex sedang tidak baik - baik saja terlihat dari wajahnya yang pucat.
"ck..banyak bertanya, sekarang mana dokter aris?" tanya alex dengan malas.
"dia masih dalam perjalanan, sabarlah sebentar." jawab Dio dengan malas melihat alex sudah sakit masih saja menyebalkan menurutnya.
.
.
tok..tok..
"permisi tuan, di bawah ada Dokter aris." kata mbok Sumi
"iya mbok, suruh ke atas ya mbok." jawab Dio dengan ramah.
"baik mas Dio, mbok permisi kalau begitu." pamit mbok Sumi setelahnya.
.
.
"siapa yang sakit." tanya dokter Aris begitu masuk ke kamar alex.
"itu manusia batu keras kepala." jawab Dio sambil menunjuk alex dengan dagunya.
"ck.. jangan gara - gara aku sakit kamu jadi seenaknya Di." balas alex dengan sengit.
"sudah.. sudah kalian tidak pernah berubah selalu saja ko bertengkar, sini biar aku periksa dulu." dokter Aris menengahi berdebatan antara bos dan asisten nya itu.
" Aku rasa semuanya baik - baik saja tidak ada yang bermasalah tekanan darahmu normal, suhu tubuhmu juga normal lex." ucap dokter Aris setelah selesai memeriksa alex.
"apa alatmu itu rusak hah? sudah jelas perut ku mual seperti di aduk - aduk sampai badanku lemah begini, tenggorokanku terasa pahit, kepalaku juga terasa berat." kata alex tidak terima ucapan dokter Aris yang mengatakan dia sehat padahal tubuhnya sedang tidak baik - baik saja.
" ck.. selalu saja merendahkan ku. baiklah aku akan memberimu vitamin untuk memulihkan tubuhmu, mungkin kamu kelelahan saja lex, karena dari hasil pemeriksaan ku memang semuanya baik - baik saja." ucap dokter aris, dia me ngalah saja berdebat dengan alex tidak akan ada habisnya.
"yasudah, taruh saja di atas meja. kalau sudah selesai pulang lah nanti bayarannya aku transfer." usir alex pada dokter aris.
"ck..dasar tuan muda arogan, tidak tahu terima kasih." kata dokter Aris.
"Sudah.. sudah ris, ayo aku antar kedepan tidak akan ada habisnya kamu berdebat dengan dia." Dio melerai berdebatan dua orang itu.
Dokter Aris adalah teman Alex dan juga Dio semasa kuliah dulu, jadi ketiganya sudah mengetahui karakter masing - masing. dokter aris dan Dio juga tidak pernah mengambil hati setiap perkataan Alex mereka sudah memaklumi sifat arogan dan keras kepala seorang Alex.
.
.
.
***
"Bu, Ameera pulang dulu ya terima kasih untuk makanan nya." pamit ameera pada bu Rosma.
"iya sama - sama, ini bayaran kamu selama seminggu ya." jawab bu Rosma sambil menyodorkan amplop pada meera.
"tapi bu, Ameera kan baru seminggu kenapa sudah di beri gaji apa Ameera di pecat." kata Ameera dengan suara bergetar menahan tangis.
"hust.. mana mungkin ibu memecat pegawai sebaik kamu, ibu sengaja memberi gaji padamu setiap minggu." ucap bu Rosma dengan tersenyum.
"terima kasih banyak bu, Ameera memang sedang membutuhkan uang." kata Ameera dengan mata berkaca - kaca sambil menerima amplop dari bu Rosma.
"iya, tapi maaf ibu hanya bisa memberi upah sedikit untukmu. semoga bermanfaat ya." jawab bu Rosma sambil tersenyum.
"ini sudah lebih dari cukup bu. sekali lagi terima kasih Ameera pamit pulang ya bu." pamit nya pada Bu Rosma, sampai akhirnya Ameera berjalan pulang.
Sebenarnya jarak antara warung bu Rosma dan rumah alex lumayan jauh, tapi Ameera sama sekali tidak mengeluh dia tetap berjalan dengan tersenyum. bisa saja dia naik angkot tapi ameera enggan. badannya akan bergetar setiap kali naik kendaraan roda empat seakan dia memiliki trauma berat pada kendaraan. Tempo hari saat Dio mengantarnya Ameera menahan mati - matian rasa trauma itu hanya demi menghargai Dio.
emang agak agak dodol si alex nih
garidho sumpah😭😭😭😭
ameera berasa sendirian di dunia ini😭
tp pas baca endnya ttep sama alex gatrima garidho thor😭
tp masih penasaran kisahnya
lagian si alex kenapa bego banget si
maen hakim sendiri ga menyelidiki dulu
malah manjain anak tiri
anak kandung bak anak pungut
mikir pakek otak napa
klo elu ntar tua ni yak kagak bisa ngapa²in
emang iya anak tiri lu mau gitu ngerawat elu
bego bego
kzl
banjir air mata😭😭😭