"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 32
beberapa saat kemudian, setelah perdebatan yang panjang.
"paman, aku tidak main-main, aku sekarang sudah dewasa dan aku juga sudah tahu hidup seperti apa yang aku inginkan, aku sudah tumbuh besar, tapi kenapa paman masih saja menganggap aku sebagai anak kecil."ujar Alena sambil menatap wajah narendra.
"sudah dewasa apanya..? Kelakuanmu itu masih seperti anak-anak, kamu bilang jika kamu mau menikah dengan sahabat baikmu, lalu apakah sahabat baikmu sudah setuju..? Jika seperti itu, ini juga tidak adil untuknya kan...?"ujar Narendra.
"kalau begitu tentu saja dia bisa mendapatkan gadis yang dia inginkan, aku akan dengan senang hati mendoakannya."ujar Alena sambil tersenyum.
"nah itu dia, jika situasinya sudah jadi seperti itu lalu kamu bagaimana...? Apa kamu pernah memikirkannya...?"ujar narendra.
"ya sudah kalau begitu, aku menikah dengan orang lain saja, bukankah sama saja."ujar Alena sambil tersenyum.
"Alena, kenapa pandanganmu terhadap pernikahan jadi seperti ini...?"ujar narendra dalam hatinya.
"ah...sudahlah, paman tadi beli apa aja...? Aku mau pergi untuk melihatnya, apakah malam ini aku bisa makan makanan yang enak...?"ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"Alena, kita bicara sebentar ."ujar narendra sambil meraih tangan Alena.
"ah...paman, kamu kenapa serius banget sih..!"ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"aku mau lihat ada makanan yang enak gak."ujar Alena sambil menarik tangannya dari genggaman tangan Narendra.
setelah itu Alena kemudian langsung berjalan keluar dari dalam kamarnya.
"Alena."ujar narendra.
Akan tetapi Alena sama sekali tidak menjawab atau menoleh ke arah Narendra.
"anak ini, sudah tidak penurut seperti dulu lagi."ujar narendra dalam hatinya sambil menatap kepergian Alena.
Mata narendra kemudian kembali menatap ke arah baju tidur seksi yang tergeletak di lantai.
"aku dan Geri Tidak punya hubungan seperti yang paman pikirkan,Geri itu adalah sahabat baikku."tiba-tiba saja Narendra kembali memikirkan ucapan Alena.
"kalo dia dan Alena Tidak punya hubungan yang seperti itu, Lalu kenapa dia pergi ke sini dengan membawa barang ini...?"ujar Narendra dalam hatinya sambil mengambil baju tidur seksi itu dari atas lantai.
"apakah itu mungkin jika Alena yang menyeluruh Geri untuk membawa barang ini ke sini..? atau jangan-jangan."ujar Narendra dalam hatinya sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karena wajahnya memerah.
"ah...! Yang benar saja."ujar narendra sambil menggelengkan kepalanya.
Setelah itu Narendra kemudian langsung berjalan ke arah dapur.
"paman, ayo segera masak, aku sudah sangat lapar."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"Baiklah."ujar Narendra sambil membuka mantel yang di pakainya.
setelah itu Narendra kemudian langsung menggulung lengan bajunya.
setelah menentukan menu makanan yang akan di masak, Alena kemudian langsung membantu narendra mengiris dan memotong semua bahan yang akan di masak.
Hachu...!
Terdengar suara Alena bersin.
Narendra kemudian langsung menatap ke arah Alena.
"Alena kamu kenapa...? kenapa kamu bersin-bersin terus...?"ujar narendra.
"aku sepertinya terkena flu, tapi gak apa-apa kok paman, di kotak p3k ada obat flu, nanti sehabis makan aku minum obat dan langsung tidur, besok pasti aku sudah sembuh."ujar Alena sambil mengusap hidungnya.
Narendra kemudian langsung mendekati Alena, setelah dekat narendra kemudian langsung memegang kening Alena.
Wajah Alena tersipu.
"apanya yang baik-baik saja, kamu sudah demam."ujar narendra sambil menatap wajah Alena.
Narendra kemudian langsung menuangkan air hangat ke dalam gelas dan langsung memberikan ke pada Alena.
"apakah tenggorokanmu terasa tidak nyaman...?"ujar Narendra.
"sepertinya tidak paman."ujar Alena.
"nanti kita pergi cek sebentar, cek apakah demammu itu di sebabkan oleh flu atau karna luka yang ada di kepalamu."ujar Narendra sambil mengusap kepala Alena.
"ah...! Aku gak mau, gak perlu juga kali."ujar Alena.
Akan tetapi Alena Tidak bisa mengelak karena Narendra menatap tajam ke arahnya yang tandanya Narendra tidak mau di bantah.
"oke, oke, baiklah aku akan menurut."ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
setelah beberapa saat kemudian, terlihat beberapa makanan sudah tersusun rapi di hadapan Alena.
"wah...! paman, masakanmu ini benar-benar bikin ngiler...! Aku juga sudah sangat lama tidak makan masakan paman."ujar Alena sambil melihat semua makanan yang di sajikan oleh narendra.
"kalau begitu makanlah...!"ujar narendra sambil tersenyum lebar.
Alena kemudian langsung mengambil salah satu makanan yang berada di atas meja dan langsung memakannya.
"umh...! super duper lezat."ujar Alena.
"huh...! Dasar kucing kecil."ujar Narendra sambil tersenyum lebar.
Narendra kemudian berniat membelai rambut Alena lagi.
Akan tetapi Alena langsung mengelak.
"tunggu dulu paman...!"ujar Alena sambil mengelak.
"kenapa...?"ujar narendra.
"paman aku bukan anak kecil lagi Lo...! Jadi paman Jagan mengusap kepalaku lagi ya."ujar Alena.
Narendra kemudian tersenyum lebar dan langsung mengurungkan niatnya untuk membelai rambut Alena.
"iya maaf, Alena sekarang sudah benar-benar dewasa ya."ujar Narendra.
Alena dan Narendra kemudian langsung memakan makanan yang berada di hadapannya.
Sesaat kemudian setelah selesai makan.
"paman, bukankah kamu sedang dinas ya...? Lalu kapan kamu akan pergi rapat...?"ujar Alena pelan.
"kamu tidak perlu mencemaskan paman."ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.
"hahahaha...! Iya, iya, aku hanya khawatir paman Tidak cukup beristirahat, hotel paman tidak jauh dari sini kan...?"ujar Alena sambil tertawa.
"aku tidak tinggal di hotel, aku mau tinggal di sini saja...!"ujar Narendra ketus.
"eh...! tapi itu sepertinya kurang baik paman, kamarku cuman ada satu, bagaimana jika paman tinggal di hotel saja ..?"ujar Alena berusaha untuk membujuk narendra agar tinggal di hotel.
"tidak mau, dan itu tidak perlu, nanti malam aku tidur di kursi saja."ujar narendra.
"mana bisa seperti itu...? Sofanya juga sangat kecil bagaimana paman akan tidur dengan nyenyak...! lebih baik paman tinggal di hotel aja ya...?"ujar Alena.
"sudah cukup Alena, sebentar lagi aku akan pergi keluar untuk membeli barang, kamu tinggal sendiri di rumah, nanti Jagan biarkan orang yang tidak di kenal masuk ke dalam rumah..!"ujar narendra sambil menatap tajam ke arah Alena.
"tenang saja paman, aku tahu itu kok...!"ujar Alena sambil tersenyum lebar.
setelah selesai merapikan meja, Narendra kemudian langsung meraih mantel nya dan kemudian langsung memakainya.