"Berapa uang yang harus saya keluarkan untuk membeli satu malam mu?"
Erick Davidson, pria tajir dengan sejuta pesona, hendak menjebak seorang gadis yang bekerja sebagai personal assistan nya, untuk jatuh ke dalam pelukannya.
Elena cempaka, gadis biasa yang memiliki kehidupan flat tiba-tiba seperti di ajak ke roler coster yang membuat hidupnya jungkir balik setelah tuan Erick Davidson yang berkuasa ingin membayar satu malam bersama dirinya dengan alasan pria itu ingin memiliki anak tanpa pernikahan.
Bagaimana kisah cinta mereka? ikuti bersama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Park alra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GCTE | Bab 20
Malam ini merupakan malam yang istimewa. Clarissa memandang penampilan nya di cermin, memperlihatkan bayangan dirinya yang glamour dengan gaun pesta yang memperlihatkan belahan dadanya yang sedikit terbuka juga lekuk tubuhnya yang sintal. Riasan berupa anting dan kalung mewah yang pastinya sangatlah fantastis harganya ia dapatkan secara cuma-cuma dengan menjadi BA merek perhiasan tersebut, kini semakin membuat penampilannya terlihat anggun dan berkelas.
"Darling, apakah sudah siap?" tuan Edward, papahnya menghampiri Clarissa, nampak raut terkesima ketika ia melihat penampilan putrinya.
"Wow, tak di ragukan lagi, you look so gorgeous my princess."
"Thanks pap." Clarissa nampak tersipu.
"Ooh, aku masih tidak menyangka benarkah aku dan Erick? ... "
"Tentu saja darling," ucap tuan Edward memotong luapan kegembiraan putrinya.
"Papi dan pak Rey sudah merencanakan ini sebelum kedatangan kita kesini. Jauh-jauh hari, bukankah kau sangat senang?"
"Tentu saja pap, ini adalah impian ku. Sejak kecil aku sudah menyukai Erick, hingga setiap lamaran yang selalu datang aku tolak hanya demi untuk menunggu Erick datang padaku."
"Dan hari inilah saatnya, papi akan memastikan kebahagiaan untuk putri kesayangan papi ini."
"Thank you pap, kau yang terbaik!" Clarissa memeluk ayahnya erat. Terlampau bahagia ia rasakan kini. Setelah menanti selama bertahun-tahun akhirnya hari ini tiba juga.
"Sama-sama sayang." Tuan Edward mengusap rambut putri kesayangannya itu.
"Ayo jangan sampai keluarga Davidson menunggu calon menantu mereka."
Clarissa semakin melebarkan senyum karena ucapannya sang ayah, lalu keduanya berjalan beriringan menuju mobil yang akan membawa mereka ke pertemuan dua keluarga malam ini.
***
Dengan senyuman yang tak pernah luntur, Mona merapikan jas hitam yang di kenakan sang kakak, menambahkan aksesoris kecil berupa mawar merah yang di sematkan di saku kemeja pria itu. Sementara Erick menatap ke sekelilingnya dengan tanda tanya. Semuanya terjadi secara mendadak, setelah menghadiri acara pertemuan dengan klien, ayahnya meminta untuk pulang lebih awal, ia menurut, Mona adiknya memberitahukan jika mereka akan mengadakan pertemuan penting dan juga kejutan untuknya.
"Astaga, sejak kapan kakak ku ini terlihat semakin tampan?" puji Mona dengan sedikit bergurau. Erick hanya menggelengkan kepala.
"Memangnya kita akan bertemu dengan siapa hingga harus tampil ekslusif seperti ini?"
Mona tersenyum penuh arti. "Nanti juga kakak akan tahu." gadis itu mengedipkan sebelah matanya.
"Ayo, Daddy dan mommy sudah menunggu." Dengan riang Mona menarik tangan Erick menuju selasar teras tempat orang tua mereka sedang menunggu.
*
Di tempat lain, Elena sedang berkunjung ke panti asuhan tempatnya di besarkan yang selalu menjadi rumah kembali untuk nya. Di sana nampak sekali anak-anak riang menunggunya hingga selesai membuat hidangan untuk makan malam mereka.
Bu Ratna datang ketika Elena sedang mengaduk sup ayam di kuali besar, memasukan bumbu penyedap ke dalamnya.
"Masakan nya sudah jadi sayang? anak-anak sudah tidak sabar," kata bu Ratna diiringi kekehan.
"Sebentar lagi bun, semuanya sudah akan tersaji," kata Elena menengok sekilas.
Bu Ratna duduk di salah satu kursi dekat meja makan, memperhatikan Elena yang sedang memasak. tersenyumz bu Ratna memperhatikan Elena dengan lamat.
"Dengar nak, jikalau ada lamaran yang datang padamu, apa kau akan menolak?"
Sontak pertanyaan bu Ratna membuat Elena menoleh. "Lamaran?"
Bu Ratna mengangguk. "Iya nak."
Demi mendengar lebih jelas apa yang coba ibu asuhnya itu utarakan, Elena mematikan kompor meninggalkan sup ayam yang hanya tinggal di hidangkan saja lalu menduduki salah satu kursi di samping bu Ratna.
"Begini nak, tempo lalu ada satu keluarga yang datang rupanya dia salah satu anak asuh bunda yang sudah hidup mapan bersama orang tuanya yang kaya, dia datang dengan tujuan berniat untuk melamar mu, kenapa dia datang kesini? karena tahu kamu sering berkunjung kesini dan terbilang masih tanggung jawab hingga dia meminta bunda untuk membicarakan nya padamu."
"Kenapa bunda baru bilang sekarang?"
"Kamu kan sibuk jadi bunda tidak ingin mengganggu. Jadi sekarang lah bunda membicarakan nya padamu."
"Dia pria yang baik, mungkin jika kamu pernah ingat dia bilang pernah jadi teman sepermainan mu saat kecil sebelum akhirnya dia di ambil untuk di adopsi. Jika kamu mau kita bisa melakukan pertemuan untuk mendiskusikan ini."
"Elen perlu waktu bun, tidak segampang itu memutuskan pernikahan."
"Bunda tahu." Bu Ratna memegang bahu Elena. "Tapi coba pikirkanlah dulu, usiamu juga sudah matang untuk menjalani biduk rumah tangga, bunda hanya ingin ada yang melindungi mu nak."
Elena terenyuh, tak terasa air matanya jatuh. Bu Ratna mengenggam tangannya erat.
"Bunda sudah semakin tua, bunda juga ingin ada yang merawat panti asuhan ini suatu saat nanti jika bunda sudah tidak ada. Dan mungkin kamu lah yang akan menjaganya bersama suamimu nanti."
"Bun ... " Elena tercekat, nafasnya terasa sulit untuk di uraikan.
"Coba pikirkan lah dulu sebelum memutuskan. Bunda lihat dia pria yang baik, pekerjaan nya menjamin dan pastinya dia akan mencintai mu sepenuh hati."
**
Erick tak menduga jika pertemuan penting itu adalah pertemuan keluarga nya dengan keluarga Clarissa. Ayahnya sengaja membooking resort mewah nan berkelas untuk acara perjamuan dua keluarga ini.
Di sekat meja panjang di depan mereka, keluarga Erick dan keluarga Clarissa saling berhadapan. Pertemuan intim yang hanya di hadiri keluarga inti saja. Dari arah matanya memandang Erick melihat nampak wajah- wajah ceria di sekitarnya. Sepertinya mereka memliki sesuatu besar yang akan di bicarakan.
Pak Rey membuka suara untuk pertama kali setelah mereka menikmati hidangan mewah beberapa saat lalu, sementara Clarissa terlihat sangat berseri-seri Erick nampak sebaliknya, terlihat malas dan enggan. Pertemuan seperti ini dan wajah ceria mereka, ia sudah memiliki dugaan akan mengarah kemana.
"Nah pertemuan keluarga ini, bukan hanya bernostalgia kembali dengan kerabat kita yang sudah lama tidak bertemu tapi juga akan mengikat hubungan yang lebih erat."
"Clarissa ... " pak Rey memanggil nama wanita itu, Clarissa mengangkat wajah dengan nampak malu-malu.
"Iyah om ... " sahutnya dengan nada tersipu.
"Dengan ini keluarga Davidson meminta, maukah kau menjadi bagian keluarga kita?"
Nampak wajah terkejut di tampilkan Clarissa namun hanya sebagai gimmick karena setelahnya raut bahagia wanita itu tidak bisa di sembunyikan lagi, ia mengangguk dengan penuh semangat.
"Pah ... " Erick menjeda. Padahal sudah berulang kali ia katakan pada ayahnya untuk tidak merencanakan perjodohan untuk nya. Itu hal yang gila! ia ingin mencari sendiri pasangan hidupnya. Sesulit itukah ayahnya untuk mengerti.
"Shut up! dengarkan papah dulu Erick. Kau tidak bisa lagi menolak kali ini."
Tuan Edward nampak gusar karena protes Erick, ia pikir putra sahabatnya itu akan langsung menerima karena putrinya lah yang akan menjadi calon pria itu kali ini. Raut kekecewaan juga nampak terlukis di wajah Clarissa namun sebisa mungkin ia menutupi. Ia percaya pada rencana om Rey untuk meyakinkan Erick.
"Perjodohan kali ini bukan tentang bersatunya dua orang saja Erick, tapi juga tentang bersatunya dua perusahaan besar. Jadi papa meminta kau tidak akan menolak lagi kali ini!" tegas pak Rey pada putranya.