Kisah tentang seorang agent BIN dan putri konglomerat yang suka membuat onar.
Ayah Zuin tiba-tiba ditangkap karena kasus korupsi. Namun dibalik penangkapan itu sang ayah ternyata bekerja sama dengan BIN meneliti sebuah obat yang diyakini sebagai virus berbahaya yang mengancam nyawa banyak orang.
Dastin Lemuel, pria tampan dengan sejuta pesona itu di percayakan oleh ayah Zuin untuk mengawasi gadis itu. Zuin sudah membenci Dastin karena dendam di night club malam itu. Tapi, bagaimana kalau mereka tiba-tiba tinggal serumah? Apalagi Dastin yang tidak pernah dekat dengan perempuan, malah mulai terbiasa dengan kehadiran Zuin, sih gadis pembangkang yang selalu melawannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Dastin tak berhenti-berhenti tersenyum. Ia sudah kembali ke sofa dan terus memikirkan wajah kesal Zuin. Lucu. Ia merasa gadis itu sangat lucu ketika sedang kesal bercampur malu. Dastin bisa lihat wajah Zuin yang memerah karena malu tadi. Kemudian senyuman itu menghilang dari wajah Dastin. Ia menjernihkan pikirannya. Kenapa dirinya malah memikirkan gadis itu? Pria itu lalu fokus lagi melihat laptop didepannya. Kembali mengklik tanda play untuk melanjutkan video yang tadi ia tonton.
Wajah Dastin berubah menjadi sangat serius. Ia memperhatikan video itu dengan teliti. Hampir sejam pria itu berkutat didepan laptopnya sampai jam menunjukkan pukul satu dini hari dan matanya mulai mengantuk. Dastin menguap lalu berdiri dari sofa. Kembali membuka kamarnya yang kini tertutup dengan perlahan.
Zuin sudah tertidur pulas. Gadis itu sudah memakai pakaian tidur dan tenang dalam mimpinya. Dastin tersenyum tipis, memandangi gadis itu sebentar, membenarkan letak selimut di tubuh Zuin, kemudian mengatur suhu ac, dan melangkah kebagian lemari. Mengambil pakaian ganti dan selimut yang lain. Setelah itu dia keluar dengan perlahan dan menutup pintu. Pria itu sangat berhati-hati agar Zuin tidak terbangun.
Paginya, Dastin sudah setia berada di dapur. Menyiapkan sarapan untuk dirinya dan gadis yang tinggal bersamanya tentu saja.
Sementara itu didalam kamar, Zuin membuka matanya yang terasa berat, lalu ia mengangkat tangan menutupi mata dan mengerang pelan. Sinar matahari yang menembus jendela kamar tidur menyilaukan matanya. Ia menguap lebar sambil merenggangkan lengan dan kaki dengan posisi yang masih terbaring di tempat tidur. Lalu ia memaksakan diri berguling turun dari tempat tidur, berjalan dengan langkah di seret-seret ke meja tulis di depan jendela untuk mematikan lampu meja yang masih menyala dan memandang ke luar jendela.
Menatap langit kota yang terlihat cerah. Zuin membuka jendela dan menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-paru dan seluruh tubuhnya yang masih lemas. Tiba-tiba matanya terarah ke jam kecil di atas meja dan ia pun terkesiap.
"Ya ampun,"erangnya. Ia berlari ke pintu kamar tidur dan membukanya dengan satu sentakan cepat, mengagetkan Dastin yang tengah duduk di dapur,
"Apa? Apa yang terjadi?" pria bertubuh jangkung, yang sedang mengenggam cangkir kopi dengan kedua tangan, menatap Zuin dengan alis terangkat heran.
"Aku terlambat, aku harus ada di acara jumpa fansnya pacarku!" kata Zuin panik sambil berlari ke meja makan dan mengambil apa saja yang ada diatas sana lalu cepat-cepat mengisinya ke mulut. Dastin hanya menatapnya.
"Aku tidak mau ketinggalan bertemu dengan suami masa depanku." lanjut Zuin dengan mulut penuh makanan.
"Memangnya kau punya pacar?" tanya Dastin heran. Seingatnya gadis itu tidak punya pacar, dan belum pernah sekalipun ia melihat Zuin bersama seorang pria selain laki-laki di club malam itu dan dirinya sendiri tentu saja.
"Kau kenal Jin BTS?" Zuin menatap Dastin semangat. Dastin sendiri terlihat berpikir. Siapa itu? Ah, ia ingat. Banyak remaja yang sering berbicara tentang nama itu. Kalau tidak salah dia salah satu idola terkenal dari Korea Selatan.
"Dia pacarku. Pokoknya aku harus mendapat tanda tangannya hari ini. Jarang-jarang dia datang ke Jakarta." kata Zuin lagi antusias. Dastin tertawa sumbang. Jadi semua yang dikatakan gadis itu hanyalah sebuah khayalan belaka. Dia pikir pacar yang disebut gadis itu memang benar. Percuma saja dirinya mendengar dengan serius. Tapi entah kenapa ia merasa lega. Sulit diartikan.
Dastin kembali menyesap kopinya, sesekali menatap Zuin yang masih setia mengunyah rotinya. Katanya tadi sudah terlambat, tapi masih santai-santai saja di sini tidak mandi-mandi juga.
"Katamu sudah terlambat. Cepat mandi sana, pacar khayalanmu itu pasti sudah menunggu." ucap Dastin masih setia meledek gadis itu.
"Cih," Zuin berdecih lalu membuang muka dan kembali masuk kamar. Nggak asyik ngobrol dengan pria itu.
Dalam kamar, gadis itu memilah-milah semua baju yang dia punya tapi masih belum puas juga. Dia hanya bawa sedikit pakaian ke sini. Semua pakaiannya yang bagus-bagus ada di rumah. Aduh, padahal dia ingin tampil secantik mungkin di acara jumpa fans itu. Mungkin saja kan Jin akan meliriknya. Zuin cekikikan sendiri ketika berkhayal tentang satu personil dari grup terkenal itu.
Akhirnya ia memilih memakai baju jumpsuit warna merah marun baru dibelinya bersama Ketty dua minggu yang lalu. Modelnya masih keluaran terbaru dan warna sangat cocok di kulitnya yang putih mulus. Setelah mandi, Zuin langsung berganti pakaian dengan baju yang dipilihnya tadi. Ia melihat penampilannya di cermin.
"Sempurna." gumamnya puas dengan penampilannya. Wajahnya hanya dipoles sedikit make up, bahkan tidak terlihat sama sekali kalau dia memakai make up. Kemudian yang terakhir ia memakai liptint agar membuatnya terlihat lebih segar. Zuin tidak sadar Dastin sudah berdiri sambil bersandar di depan pintu yang terbuka lebar itu dengan bersedekap dada dan terus mengamati gadis itu. Sampai gadis itu keluar, menyadari keberadaan pria itu, menatapnya sekilas, membuang muka lagi lalu berjalan pergi tanpa pamit padanya.
Dastin tidak peduli. Matanya fokus ke kekamarnya. Lantai dipenuhi dengan pakaian-pakaian gadis itu yang berserakan, kasurnya belum dirapikan dan lemarinya terbuka lebar. Astaga, apa kesalahan yang dia lakukan di masa lalu sampai harus dipertemukan dengan bocah urakan itu.
Dastin adalah tipe pria yang selalu rapi. Jelas saja itu sangat bertentangan dengan Zuin yang serampangan begini. Ia tahu gadis itu mungkin terbiasa dimanjakan oleh ayahnya. Mungkin di rumah ada pembantu yang merapikan tempat tidur dan semua sudut yang dibuat berantakan oleh gadis itu, tapi ini di rumah orang. Gadis itu tidak malu apa? Ckckck, dengan terpaksa Dastin merapikan kamar itu seperti sedia kala. Ia bahkan melongo tidak percaya saat membuka lemari pakaiannya dan mendapati seluruh pakaian Zuin telah tersusun tanpa diatur sama sekali bersama dengan pakaiannya didalam sana. Dastin menghembuskan nafas lelah. Sepertinya dia harus beli lemari baru.
Sementara itu, Zuin berlari kencang ketika turun dari mobil. Fan meeting Jin diadakan di sebuah mall, jadi ia buru-buru datang ke sana. Bersama Ketty tentu saja. Ketty memang bukan pecinta BTS, tapi dengan terpaksa ia menuruti keinginan Zuin hari ini. Ketty bahkan lebih dulu sampai dari Zuin. Ia sudah menunggu gadis itu di lobby mall.
"Kok lama amat sih? Kaki aku udah pegel banget tahu nggak." omel Ketty jengkel. Zuin malah menyengir lebar.
"Sorry, telat bangun." imbuhnya. Ketty menggeleng-geleng. Mereka kemudian memasuki mall besar itu yang sudah dipenuhi banyak orang.
"Gila, fansnya pacar aku banyak bangeet." Ketty menertawai Zuin. Dasar labil.
klo sudah tiada baru terasa
bahwa kehadiranmu sangat berharga
KAPOKKKKKK
Si Kyle /Grin/
ayo ayo /Smile/