NovelToon NovelToon
[1] 5th Avenue Brotherhood

[1] 5th Avenue Brotherhood

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!

Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.

Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻‍♀️ update setiap hari Minggu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16 Cia

"Jes! Maafin gue!" teriak Wandra pada bayang-bayang Jesika yang sudah menjauh.

Gue harus ngapain lagi sih?! Sesulit itu ya buat maafin gue? (Batin Wandra).

***

Jam mata pelajaran pertama hari ini.

"Jes, plis maafin gue!" ucap Wandra dengan pelan agar tidak didengar oleh guru.

Jesika masih bergeming menatap guru yang sedang menjelaskan pelajaraan di depan sana.

Wandra menaruh sebuah kertas di atas meja Jesika. Bertuliskan, Jes maafin gue. Dalam hitungan detik, gadis itu meremuk dan membuangnya.

"Gue harus ngapain lagi sih biar lo maafin gue?" tanya Wandra.

Jesika menoleh padanya dan teringat sesuatu.

***

Sepulang sekolah, Jesika pergi lebih dulu meninggalkan kelas mereka. Sementara Wandra menggeser duduknya dan menatap Cia.

"Ci!" panggilnya membuat gadis itu terkejut dengan refleks menjauh. "Pulang bareng gue!" lanjut Wandra.

"Hah?! Mau ngapain? Gue kan udah nggak ada lagi urusan sama FAB. Mbels sekarang kan Jesika, bukan gue," balas Cia dengan nada ketakutan.

"Pulang bareng gue!" ucap Wandra menarik tangan gadis itu menuju parkiran, meski di sepanjang jalan Cia berusaha menolak, namun ia masih merasa tak berdaya jika berhadapan dengan member FAB.

"Naik!" perintah Wandra agar Cia menaiki motornya.

"Nggak bisa, Wan. Gue bawa motor sendiri!" bantah Cia.

"Tinggal motor lo. Ambil kuncinya!" perintah Wandra lagi.

"Hah?! Terus besok gue ke sekolah naik apa? Keluarga gue nggak melihara Buroq!"

"Gue jemput besok pagi. Kasih tau gue rumah lo di mana!"

Cia terdiam setelah mendengar kalimat tersebut. Tak tau harus memberikan respons yang seperti apa.

"NAIK SEKARANG!" teriak Wandra yang lagi-lagi membuat gadis itu terkejut dan benar-benar duduk di boncengannya.

Cia sangatmerasa kesulitan dibonceng Wandra yang notabene dulu sering membulinya.

"Belok mana lagi nih?" tanya Wandra di persimpangan.

"Kiri," jawab Cia singkat. "Nah itu yang ada pohon mangga."

Belum sempat Wandra memberhentikan motornya, terdengar suara hingar bingar dari balik rumah berwarna oranye tersebut. Cia buru-buru untuk turun.

"Makasih," ucapnya dan masuk ke dalam rumah.

Wandra masih berada di tempat yang sama demi mendengarkan bunyi apa yang berisik tersebut.

"EMANGNYA KAMU NGGAK GAGAL JADI BAPAK?! KERJA KAMU AJA CUMA JUDI! KAMU KASIH MAKAN AKU SAMA ANAK-ANAK AKU DUIT HARAM!"

"EH, LO KIRA DUIT HASIL LO JUAL DIRI ITU SUCI?! LONT* KAYAK LO HARUSNYA BERSYUKUR BISA GUE NIKAHIN!"

"AKU JUAL DIRI JUGA KARENA KAMU NGGAK BISA NYARI DUIT!"

"Assalamu'alaikum." Suara Cia yang terdengar hingga ke telinga Wandra.

"INI NIH ANAK LO HASIL JUAL DIRI! KENAPA NGGAK SEKALIAN LO AJARIN JUAL DIRI, BIAR BISA DAPET DUIT LEBIH BANYAK?!" Suara pria bernada rendah tersebut bisa diyakini oleh Wandra adalah suara ayah Cia.

"Apaan sih, Pak! Aku baru balik sekolah! Nggak malu apa didengerin tetangga?" bantah Cia.

"GUE LEBIH MALU NAMPUNG ANAK HARAM KAYAK LO!"

"KENAPA NAMPUNG? INI RUMAH AYAH AKU! WARISAN AYAH AKU! BAPAK YANG DATANG KE SINI CUMA BAWA DIRI! BAHKAN BAJU BAPAK AJA IBU YANG BELIIN!" teriak Cia membuat Wandra benar-benar menatap jendela rumah tersebut.

"Oh, berani kurang ajar ini anak sama gue!"

Setelah kalimat itu terucap, terdengar suara pukulan disertai teriak dan tangisan Cia.

Wandra turun dari motornya dan berniat untuk menghentikan kejadian tersebut, namun terbesit tanya di dalam benaknya, "Kenapa gue harus bantuin dia? Itu kan urusan keluarganya."

"KELUAR LO DARI RUMAH INI!" teriak sang bapak setelah mendengar Cia menjerit dengan hebat.

Dengan kesal Cia kembali menyandang tas sekolah dan keluar dari rumah. Tak lupa ia memasang masker di wajahnya. Berjalan sembari menangis namun langkahnya terhenti begitu melihat Wandra. Tangisan itu berusaha ia sembunyikan.

"Butuh tumpangan?" tanya Wandra.

"Ga, makasih!" jawab Cia dengan suara gemetar dan parau. Ia kembali melangkah tanpa tujuan.

Wandra meninggalkannya menuju markas FAB. Sore hari, sepulang Wandra dari sana, ia singgah ke sebuah mini market dan melihat Cia yang sedang memilih mi cup. Ia juga memasaknya di sana.

Cia duduk di salah satu tempat makan paling sudut dan belakang. Wandra membeli produk yang sama dengannya. Sembari menbayar di kasir, Wandra memerhatikan Cia yang membuka maskernya agar bisa makan dengan nyaman. Mata Wandra membesar sebab mengetahui alasan Cia yang sering pakai masker ke sekolah. Wajah gadis itu dipenuhi luka lebam. Ia menyuap makanan sambil menangis tanpa suara. Seolah-olah air mata itu keluar dengan sendirinya tanpa perasaan sedih. Wandra duduk di hadapan Cia dan membuat gadis itu kembali menahan tangisnya.

"Mau lo apa sih, Wan? Gue mau makan sendirian," ucap Cia.

Wandra tak memberikan jawaban, ia menatap mi milik Cia dan menukarnya. Seperti yang biasa ia lakukan selama Cia menjadi Mbels mereka. Kemudian pergi setelah menghabiskan mi tersebut.

Mi racikan Cia memang terlalu enak, hingga di waktu itu member FAB selalu berebutan untuk bertukar mi dengannya. Bahkan Toleh sering merampas mi milik Cia dan membiarkan gadis itu kelaparan di sekolah.

Cia juga menghabiskan mi milik Wandra yang terasa hambar sebab terlalu banyak air. Saat gadis itu mendorong pintu mini market, lagi-lagi ia dikagetkan dengan keberadaan Wandra dengan motornya.

***

"Jadi lo mau ke mana?" tanya Wandra pada sosok gadis di boncengannya itu sembari berkendara.

"Ke markas boleh nggak?" tanya Cia.

Wandra meluncurkan kuda besi hitamnya kembali ke markas FAB.

Di sana masih tersisa Toleh sendirian yang sedang bermain ponsel. Cia memang mengenal Toleh dari dulu, jauh sebelum pria itu menjadi pendiam. Cia sangat tau betapa kejam dan keji pria yang sedang fokus pada ponsel tersebut.

"Gue boleh numpang tidur siang bentar ga?" tanya Cia pada Wandra.

"Boleh, tapi sebelum lo tidur, gue mau minta masakin sesuatu soalnya gue laper," balasnya.

"Kan tadi udah makan ...."

"Mi doang mana kenyang!" Wandra memotong kalimat Cia.

"Tapi kan gue bukan Mbels di sini lagi! Kenapa sih gue harus berurusan sama anak-anak FAB lagi?" gerutu Cia sembari berjalan ke space khusus untuk mereka masak-masak di lantai atas.

"Lo memang bukan Mbels di sini, tapi kan lo mau numpang tidur, ya setidaknya anggap aja itu bayaran sewanya! Lo kan nggak punya duit, ya udah bayarnya pake tenaga!" balas Wandra yang mengikutinya menaiki anak tangga.

Sembari memasak, Cia menguap terus menerus. Ia juga merasa pusing dan pilek akibat menangis tadi. Selesai dengan masakannya, ia memberikan kepada Wandra yang berada di lantai bawah.

Toleh sudah tidak di sana lagi.

"Nih. Gue tidur bentar ya?" ucap Cia.

"Ehhh bentar! Lo lupa ya?!" omel Wandra.

Cia masih mengingatnya, tapi selalu ada doktrin bahwa dia bukan Mbels, sehingga tidak perlu melakukan yang biasanya dia lakukan sebagai Mbels. Dengan jengkel, Cia duduk di hadapan Wandra dengan wajah mengantuk.

Cia sudah sangat mengerti bahwa anak orang kaya yang satu ini sangat mengesalkan jika makan. Akan sangat lama seperti bikin candi.

"Plis, Wan. Gue udah ngantuk banget. Gue tidur di sini deh. Gue tidur, lo makan. Biar lo nggak kesepian. Lagian, manusia gila mana yang nggak suka makan sendirian? Tiap hari gue makan sendirian kok! Nggak ada tuh gue dimakan hantu!" oceh Cia merebahkan diri di atas sofa panjang yang pernah digunakan Jesika untuk tidur.

Cia tidak jadi tidur karena melihat ponselnya yang memunculkan satu notifikasi pesan dari sang ibu.

[Kamu jangan pulang dulu. Bapak kamu bawa temen-temennya mabok di rumah. Ibu juga ada calling-an sampe besok pagi.]

Cia menaruh ponselnya dan menenggelamkam wajah di atas sofa. Hidup begitu terasa berat.

Wandra membawa piring makannya dan duduk di sebelah gadis yang sedang berbaring itu. Ponsel Cia yang masih menyala menampakkan isi pesan ibunya. Wandra juga ikut membaca pesan tersebut.

"Lo nggak boleh tidur di sini ampe besok pagi!" tegas Wandra membuat gadis itu menoleh.

"Terus gue mesti ke mana? Biasanya kalo gue nggak disuruh pulang, gue tidur di sini," balas Cia.

"Itu dulu pas lo masih Mbels. Sekarang kan nggak!"

"Terus gue mesti ke mana?" tanya Cia lagi.

"Lo boleh nginep di rumah gue," jawab Wandra.

Cia mengubah posisinya menjadi duduk. "Orang tua lo gimana?!"

"Gue cuma nawarin. Lo nggak harus kepo sama keluarga gue!" bantah Wandra.

1
Iam-aam
Haris pawang ngadem
Iam-aam
tolol lo yg tolol bjir
Iam-aam
Berapa bang* kasar bjir le
Ciret
next kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!