NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah

Terpaksa Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ririn Yulandari

Kara sangat terkejut saat Ibunya tiba-tiba saja memintanya pulang dan berkata bahwa ada laki-laki yang telah melamarnya. Terhitung dari sekarang pernikahannya 2 minggu lagi.

Karna marah dan kecewa, Kara memutuskan untuk tidak pulang, walaupun di hari pernikahannya berlangsung. Tapi, ada atau tidaknya Kara, pernikahan tetap berlanjut dan ia tetap sah menjadi istri dari seorang CEO bernama Sagara Dewanagari. Akan kah pernikahan mereka bahagia atau tidak? Apakah Kara bisa menjalaninya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Yulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Pertama Sesungguhnya

"Mas aku udah siap..."

Mas Saga tak bergeming menatapku, dia masih dalam keadaan syok, pun aku rasanya ingin menghilang saat ini dari hadapannya. Tapi sudah terlanjur dia melihatku, dan berkata seperti itu tidak mungkin aku langsung lari lagi ke kamar mandi itu berganti pakaian lalu berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Sayang?"

"Aku udah siap, Mas," ucapku sekali lagi.

Mas Saga lalu menarikku ke atas kasur, ku pikir dia akan langsung memangsa ku, ternyata dia malah menyelimuti tubuhku hingga pakaian kurang bahan yang aku pakai sudah tak terlihat lagi. Dia juga memelukku erat, menatap wajahku dan aku nampak kebingungan dengan tingkahnya itu, apakah perkataan ku belum jelas bahwa aku sudah siap untuk menjadi istrinya yang sesungguhnya.

"Kenapa berpakaian seperti itu?"

Aku terperanjat. "Buat senangin Mas..."

Mas Saga mengecup pipiku. "Kamu ga nyaman sayang, berpakaian seperti ini, jangan lakukan kalau itu ga nyaman buat kamu. Mas tetap suka dan senang dengan penampilan kamu apa adanya," dia menjeda ucapannya. "Tapi, Mas ga bohong kalau kali ini Mas suka dan senang sekali," lanjutnya tersenyum padaku.

Dia mengelus pinggangku pelan lalu kembali berkata dengan senyum hangat di wajahnya. "Kamu benaran udah siap? Mas ga mau kalau kamu terpaksa, dan lakuin itu dengan masih belum terima Mas. Mas akan nunggu sampai kamu benar-benar siap.

Dengan gugup aku menjawab. "A-aku udah siap Mas, aku udah pikirin ini semua. Aku ga terpaksa dan ini atas dasar kemauan aku sendiri yang udah mulai terima Mas."

Mas Saga menatapku. "Apa boleh kita mempunyai anak secepatnya? Tapi, kalau kamu mau nunda dulu, gapapa."

"Iya, Mas. Aku udah siap kalau kita punya anak."

Mendengar perkataanku membuat senyum Mas Saga langsung mengembang. "Jadi, kamu udah beneran siap?"

Aku menunduk lalu mengangguk. "Iya, Mas," sahutku malu. Jantungku berdegup dengan kencang.

Tak berkata lagi Mas Saga melepas selimut yang melilit di tubuhku, lalu setelahnya aku dan Mas Sag pun melakukan hal yang seharusnya sudah lama terjadi. Malam, ini aku benar-benar sudah menjadi istri Mas Saga seutuhnya, aku sudah memberikan hidupku untuk Mas Saga.

...Ω...

Aku terbangun saat merasakan seseorang mengelus perutku sambil bergumam pelan lalu mencium perutku yang hanya tertutupi selimut.

"Cepat tumbuh yaa, nak," samar-samar aku mendengarnya. Dengan perlahan aku membuka mataku, hal pertama yang aku lihat adalah Mas Saga yang kini menghadap padaku dengan senyum mengembang di bibirnya.

Dia sudah berpakaian rapi dan muka segarnya, seperti laki-laki itu sudah selesai mandi.

"Pagi, sayang," sambut Mas Saga tersenyum sumringah.

Pipi ku langsung bersemu malu membayangkan kami berdua telah melakukannya sepanjang malam, sampai-sampai saat ini rasanya seluruh badanku pegal semua, seperti sudah di gebukin.

Aku seketika menyembunyikan wajahku di dada Mas Saga, saat laki-laki itu terus menggodaku dan kini tangannya sudah memelukku erat.

"Kenapa merah gitu pipinya?" tanya Mas Saga, padahal dia sudah tau kenapa pipiku bersemu merah begini, dia hanya sengaja menggodaku saja.

"Malu," cicitku pelan tak berani menatap matanya balik.

Mas Saga ku dengar tertawa pelan. "Kenapa malu? Mas malah senang," sahutnya mengecup keningku. "Ayo mandi sayang, berangkat ke kantor kan hari ini? Atau kamu mau izin ga masuk aja?"

Aku langsung memundurkan tubuhku, hingga tercipta jarak di antara kami berdua, ku tatap Mas Saga. "Ke kantor, Mas. Buat apa izin, aku ga sakit."

Mas Saga menaikan alisnya. "Benaran gapapa berangkat kerja hari ini?"

Aku mengangguk untuk meyakinkan dirinya. "Iya, Mas, aku sehat gini kenapa malah mau izin ga masuk coba," kataku ingin duduk dan saat selimutnya melorot karna aku duduk. Mataku langsung melotot kaget, baru menyadari di balik selimut aku tidak memakai apa-apa.

"Mas, jangan liat kesini!" seruku menarik selimut agar kembali menutupi tubuhku.

Mas Saga yang semuanya rebahan, kini juga ikut duduk di sampingku dengan tertawa pelan. "Biarpun ditutupin, Mas udah liat dan ingat semuanya sayang."

Sontak ucapannya membuat aku melotot."IH MAS! MALAH DI PERJELAS!!" seruku kesal, ingin buru-buru masuk ke kamar mandi agar dia tidak terus menggodaku.

"Bisa ja...lan?"

Belum selesai Mas Saga selesai berbicara, aku sudah terlebih dahulu mengaduh kesakitan saat mencoba untuk berjalan, yaampun kenapa ini. Kenapa rasanya perih.

"Shh," ringisku pelan.

Panik melihatku mengadu kesakitan, Mas Saga dengan sigap langsung mendekat kepadaku. "Kenapa, sayang? Apanya yang sakit?" tanyanya menatapku dengan muka paniknya.

Aku langsung memalingkan wajahku, terlalu malu untuk menatapnya juga. "Ih, Mas! Jangan kesini!"

"Apa sayang, Mas mau bantuin loh, susah jalannya? Mas bantu ya," ujar Mas Saga sudah menggendong ku ke kamar mandi sebelum aku belum bersuara untuk menolak.

Mas Saga menurunkan aku. "Bisa ga mandinya atau sekalian mau Mas mandiin sayang?" tanyanya dengan muka polos.

"Mas keluar!!" pekikku menunjuk pintu, apa-apaan itu barusan tawarannya.

"Kenapa, ga mau di bantuin sama Mas mandinya?" tanya Mas Saga mengerjap pelan.

"Ih, Mas! Aku malu keluar cepatt!!" kataku berkata yang sejujurnya.

Mas Saga pun mengangguk, akhirnya dia keluar dan menghilang dari balik pintu.

Aku bernafas lega dan buru-buru menutup pintu kamar mandi tak lupa menguncinya. Jaga-jaga Mas Saga malah mengintipku, walaupun dia suamiku dan kami sudah saling lihat, tapi tetap saja aku masih merasa sangat malu.

Perlahan aku lepaskan selimut yang melilit tubuh, dan bertapa terkejutnya aku saat menatap ke cermin. Sekitaran dada dan leherku di penuhi oleh bercak merah karya Mas Saga semalam.

Rasanya ingin meneriaki namanya itu, tapi tak dapat ku sanggah bahwa rasanya kupu-kupu sedang berterbangan di perutku saat kembali mengingat kegiatan kami semalam. Pipiku juga kini bersemu merah yang tak dapat ku tutup-tutupi.

1
Keyla Fatimah Az-zahra
sangat bagus saya suka
Lutfi_NL
good👍👍
Lutfi_NL
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!