Aqila Prameswari dan Qaila Prameswari adalah saudari kembar yang lahir dari pasangan suami istri Bayu Sucipto dan Anggi Yulia. Dua gadis cantik nan ramah ini menjadi buah bibir di sekolahnya, SMK Binusa, seakan tiap laki-laki memimpikan kedekatan dengannya.
Namun, walaupun penampilan mereka begitu sama, bak pinang dibelah dua, ada satu hal yang membedakan mereka: sifat mereka. Qaila Prameswari, adik kembar Aqila, memiliki karakter yang sangat berbeda dari kakaknya.
Bagai langit dan bumi, perbedaan sifat antara Aqila dan Qaila menjadi satu fenomena menarik di kalangan teman-teman sekolah mereka. Sementara Aqila dikenal sebagai sosok yang hangat dan penuh semangat, Qaila memiliki pesona misterius yang mengundang rasa penasaran dan takjub sekaligus.
Aqila, seorang gadis cantik yang telah memiliki kekasih, yaitu seorang mahasiswa di universitas terkemuka di kotanya. Sementara itu, Qaila - sang adik kembar, sama sekali tak tertarik berpacaran dan bahkan tak memiliki teman laki-laki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
" Gimana hubungan kamu sama qaila?" Tanya papa dino.
" Baik" balas gavi, yang saat ini aedang bwrada di kantor.
" Beneran? Kamu gak bohongin papa kan?" Tanya papa dino penuh selidik.
" Buat apa gavi bohong? Bahkan sekarang qaila lagi sibuk sama cita cita nya." Ucap gavi.
" Maksudnya?" Tanya papa dino tidak mengerti.
" Papa jangan bilang siapa siapa tapi, nanti qaila marah sama gavi." Cicit gavi.
" Sebenarnya qaila sekarang ini udah kerja pa, qaila suka desain. Dan kemarin dia ikut lomba desain ternyata lolos dan sekarang dia di kontrak sama pihak butik terkenal." Ucap gavi.
" Bagus dong?" Balas papa gavi yang bangga dengan menantu nya.
" Kalo kamu sampe sia sia in dia, berarti kamu bodoh." Ucap papa dino.
" Papa ngomong apa sih!" Balas gavi mendengus kesal.
" Inget, wanita yang mau di ajak susah itu jarang. Kalo dia mau bekerja keras karena inisiatif diri nya sendiri, kamu patut pertahankan dia gav."
" Papa yakin dia bukan perempuan yang akan banyak nuntut kamu nanti nya." Lanjut papa dino.
" Iss papa bawel banget sih!" Kesal gavi.
" Kamu ini di omongin orang tua gak mau denger, biar aja nanti kalo kamu nyesel papa bakal sukurin kamu." Balas papa dino.
" Bukan gak di dengerin papa." Ucap gavi pasrah.
" Udah lah, percuma paoa ngomong sama kamu. Tuh kerjain kerjaan kamu, gak malu apa kalo nanti penghasilan kamu lebih kecil dari pada istri kamu." Ucap papa dino yang langsung meninggal ka gavi di ruang kerjanya.
" Astaga pa! Sama anak sendiri aja begitu!" Gerutu gavi.
Setelah kepergian papa dino, bukannya langsung mengerjakan pekerjaan nya gavi malah melamun.
Kembali teringat dan memikirkan ucapan papa nya. Gavi menghela nafasnya, bingung dan merasa belum bisa berpikir saat ini.
Tapi setidaknya yang membuat gavi lega adalah, dirinya dan qaila yang sudah lebih baik walau pun harus di mulai menjadi teman.
Dan juga gavi bisa melindungi wanita itu yang notabene nya tidak di kenal banyak orang.
Setelah cukup lama melamun, akhirnya gavi segera tersadar jika dirinya harus segera menyelesaikan pekerjaan nya. Karena saat ini gavi sudah memiliki tanggung jawab kepada qaila.
°°°°
Malam harinya, qaila yang baru saja selesai memasak mie pun langsung mendudukan dirinya di meja makan.
Gavi yang melihat qaila sehari hari hanya memakan masakan instan pun menghela nafasnya.
" Gak ada makanan sehat lain kah, perasaan mie mulu?" Ucap gavi membuat qaila hanya mengangkat bahu nya acuh.
" Lo setiap hari sibuk sama kerjaan, tapi lo lupa sama kesehatan lo sendiri." Lanjut gavi kini mendudukan tubuh nya di samping qaila.
" Gue gak mau ribet gav, lagian gue juga males keluar beli makanan." Balas qaila lalu menyendokan mie ke dalam mulutnya.
" Gak usah mie mulu!" Gavi merebut paksa mangkok mie yang ada di depan qaila.
" Balikin, gue tu laper banget udahan." Ucap qaila menatap tajam gavi.
" Kita cari makan di luar, lagian lo kan bisa goofood." Ucap gavi mendengus kesal.
" Gue gak ada kuota, lagian gue udah laper banget." Balas qaila.
" Siap siap, kita cari makan di luar." Ucap gavi tak ingin di bantah.
" Tapi jangan lama, gue maish banyak kerjaan soal nya." Cicit qaila.
" Hemm." Balas gavi.
Qaila yang duduk di bonceng gavi menggunakan motor pun menikmati suasana malam hari yang sejuk dan dingin sampai menusuk ke tulang nya.
Tapi qaila sama sekali tak protes dengan laki laki itu, qaila merasa kepalanya terasa begitu tenang dan perasaan nya juga nyaman.
Mungkin karena terlalu fokus dengan pekerjaan nya membuat qaila sampai tidak memiliki waktu untuk menyenangkan dirinya sendiri, qaila terlalu fokus untuk masa depannya.
" Mau makan apa?" Teriak gavi dari balik helm fullface nya.
" Apa?" Balas qaila sambil memiringkan kepalanya.
" Lo mau makan apa?" Teriak gavi lagi.
" Apa aja." Balas qaila.
" Nasi goreng?" Ucap gavi lagi.
" Enggak deh, takut perut gue perih kalo makan nasi goreng malem malem." Balas qaila.
" Ya terus apa?" Ucap gavi.
" Apa aja." Balas qaila membuat gavi kesal.
Gavi yang melihat di depannya ada penjual pecel lele pun langsung membelokkan motor nya kesana.
Setelah sampai di warung tersebut, gavi membuka helmnya dan membalik badannya menatap kearah qaila.
" Pecel lele gimana?" Tanya gavi.
" Yaudah, kan udah parkir disini juga." Balas qaila lalu turun dari atas motor gavi.
" Lo ditanya mau makan apa, lo bilang apa aja. Gue gak tau lo sukanya apa?" Ucap gavi.
" Gue suka semuanya, tapi kalo nasi goreng gue gak bisa makan malam malam, perut gue suka perih." Ucap qaila menjelaskan.
" Yaudah, ayok pesen. Keburu malem." Ujar gavi yang langsung berjalan masuk ke tenda warung makan tersebut, sedang kan qaila mengikuti nya dari belakang.
" Lo mau apa?" Tanya gavi.
" Lele aja, sama es jeruk minum nya." Ucap qaila.
Setelah memesankan makanan untuk mereka berdua, gavi kembali duduk di samping qaila. Gavi melirik kearah qaila yang sedang memainkan ponselnya, gavi bisa melihat jika qaila bukan hanya sekedar bermain main saja melainkan qaila sedang melihat beberapa desain pakaian yang ia simpan di ponsel nya.
" Pekerjaan lo lancar?" Tanya gavi tiba tiba.
Qaila menatap kearah gavi lalu menyimpan ponselnya dan menjawab, " lancar!"
" Bagus deh!" Balas gavi.
" Oh iya, gue mau ngomong sama lo." Ucap qaila dan gavi langsung menatap qaila dengan serius.
" Gue mau lanjut kuliah setelah lulus nanti, gue harap lo gak ngelarang gue dan gue juga gak bakal minta biaya ke lo kok." Ucap qaila.
" Gue udah punya penghasilan sendiri, dan uang itu lebih dari cukup untuk biaya gue ke depannya."
Mendengar ucapan qaila membuat gavi seolah tertampar dengan kata kata gadis itu, baru siang tadi dirinya di ceramahi oleh sang papa. Dan malam nya langsung di ulti oleh qaila.
Memang benar, kalau wanita punya penghasilan sendiri dia tidak akan merepotkan laki laki nya tapi di balik itu semua malah membuat gavi merasa tidak berguna sebagai suami disini.
" Gue gak akan ngelarang lo untuk gapai cita cita lo, dan selama lo masih jadi istri gue semua kebutuhan lo gue yang tanggung." Ucap gavi membuat qaila menatap laki laki itu.
" Gue udah kerja qai,gue juga punya penghasilan." Ucap gavi yang tau apa isi pikiran qaila saat ini.
" Lo kerja apa?" Tanya qaila yang memang belum tahu apa pekerjaan gavi.
" Gue kerja di kantor papa, bahkan jauh sebelum gue nikah sama lo. Jadi kalo untuk biaya gue mampu buat biayain lo."
Qaila menghela nafasnya, bukan tidak suka mendengar ucapan gavi barusan. Saat ini dirinya memang sudah menjadi tanggung jawab gavi dan gavi wajib untuk membiayai hidupnya.
Tapi yang membuat qaila merasa tidak enak adalah karena sebagai istri dirinya saja belum bisa memberikan hak nya kepada suaminya sendiri, qaila tidak ingin pusing dan di tuntut apa pun nanti jika mereka berpisah.