Cerita cinta Aira yang berujung balas dendam, menjadi saksi bisu untuk dirinya. Kematian sang ibunda, bukanlah hal yang mudah dilalui gadis desa itu.
Ia disered paksa diperjual belikan oleh sang ayah, untuk menikah dengan seorang CEO bernama Edric. Lelaki lumpuh yang hanya mengandalkan kursi roda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Terekspos secara nyata.
"Aira, ayolah. "
Wanita berbulu mata lentik dengan alis tebalnya, hanya menggenggam erat ujung Lingerie, ia merasa tak pede ketika Edric terus memanggil menyuruhnya mendekat pada ranjang tempat tidur.
"Mm, an-u. "
Melihat tingkah Aira membuat Edric mengangkat kedua alis, tersenyum kecil dan berkata. " Sudah sini, tak usah takut. Kita kan suami istri. "
Apa yang dikatakan Edric memang benar, kenapa juga Aira harus takut, karena semua ini sudah menjadi kewajibanya sebagai seorang istri yang harus rela memberikan seluruh tubuhnya.
"Hem, Aira. Sayang. "
Edric tahu jika Aira juga merasakan hal yang sama dengan dirinya. "Tenang saja aku tidak akan berbuat macam macam pada kamu, jika kamu belum siap. "
Mendengar perkataan suaminya, Aira kini melangkahkan kaki secara malu malu, kedua pipinya memerah melihat Edric yang sekarang hanya memakai kaos oblong. Perlahan Aira duduk pada ujung kasur, membuat Edric berucap. " Aira, jika saya tidak lumpuh mungkin saya sudah menghampirimu. Mendekatlah, apa setakut itu kamu dengan namanya laki-laki, kamu tenang saja saya hanya ingin mengenalmu terlebih dahulu. "
Mendengar kata kata Edric, membuat Aira berusaha naik ke atas kasur, perlahan mendekat dan duduk di sebelah sang CEO.
Pertama kalinya Edric menatap seorang wanita sedekat ini, mengusap lembut rambut yang terurai panjang, merapikan ke belakang. "Wangi."
Senyum terlukis dari bibir Edric, sedangkan Aira masih dengan rasa takutnya. Takut dengan bayang bayang perkataan temannya. Jika malam pertama akan menyakitkan.
"Boleh saya memeluk kamu? "
"Eh, memeluk?"
Edric yang tak bisa menahan gelora dalam jiwa menarik tubuh Aira sampai kepelukkannya. "Begini saja dulu, saya mengenal kamu Aira. Saya tahu kamu belum siap. "
Tubuh Edric begitu hangat, saat besentuhan dengan Aira yang hanya memakai Lingerie. Tidak ada sentuhan lainnya, Edric begitu tenang. "Saya ingin mengenal lebih jauh dengan kamu Aira. " Edric menutup kedua matanya, saat pelukkan itu belum juga terlepas. Aira hanya bisa diam tak merespon kata-katanya.
Sampai beberapa menit kemudian, ada rasa yang berbeda menusuk sukma jiwa, membuat getaran dalam dada. Pelukan yang terlalu lama, mampu membangkitkan h*srat pada kedua insan.
Edric masih belum paham bermain, ia takut jika pasangannya belum siap. Sampai titik kebangkitan keperjakaanya ia tahan, dan melepaskan Aira dalam pelukannya.
"Ayo kita tidur, sudah malam. "
Merebahkan tubuh, mencoba memposisikan tidur dengan kedua kaki lumpuhnya, ada rasa sesal menjalar dalam jiwa. Membuat ia menyadari kekurangannya sendiri.
Aira yang melihat perubahan sikap Edric membuat ia tak mengerti, dengan perlahan menarik selimut menutupi tubuhnya yang begitu terlihat menonjol.
Saat pelukan itu begitu lama, Aira merasakan ada sesuatu yang berbeda pada tubuhnya, sesuatu yang baru ia rasakan.
Aira tidur dengan membelakangi tubuh Edric, wanita yang kini sudah menjadi istri ceo muda itu seakan malu jika terlalu dekat dengan suaminya sendiri.
Menarik napas, ada rasa tak menyangka dalam diri Aira. Edric begitu baik dan memahami dirinya yang belum siap menjalankan ritual malam pertama.
Jam sudah menujukkan pukul tujuh pagi, Edric sudah bangun lebih awal. Sedangkan Aira masih terlelap dalam tidur dengan rasa lelah yang membuat posisi tidurnya tak menentu. Selimut yang ia pakai semalam terjatuh ke atas lantai, membuat tubuh Aira tepapang nyata terlihat oleh Edric.
Aira yang memakai lingerie membuat Edric semakin tak kuat menahan nafsu, sesekali membuang muka. Tapi Aira begitu membuat dirinya tergoda.
Perlahan bibir yang telihat sedikit tebal itu, mencoba mendekat ke arah bibir mungil Aira. Edric ingin merasakan ciuman pertama kalinya dengan wanita yang ia nikahi.
Bibir yang kini sudah mendarat dekat dengan bibir Aira, membuat jam kecil pada meja bersuara. Edric dengan terburu buru bangkit, untuk duduk di atas kursi rodanya, sedangkan Aira malah mengeliat di atas kasur, memperlihatkan lekuk tubuh indah itu semakin menggoda. Membuat Edric hampir hilang kendali.
Menutup mulut yang terbuka lebar dengan telapak tangan, Aira kini bangkit untuk duduk, melihat jam yang terus bersuara membuat ia mematikannya seketika. Tangan mulusnya perlahan menggaruk rambut yang begitu berantakan,
Aira tak sadar dari bangkitnya ia tidur, ada dua pasang mata memperhatikanya.
Edric tersenyum melihat tingkah Aira yang baru saja bangun tidur. Tanpa polesan make-up yang menempel. Wajah Aira tetap saja terlihat cantik dan natural.
Bagaimana bisa seorang wanita desa bisa menjaga kecantikanya yang begitu sedap dipandang kedua mata Edric. Padahal kebanyakan Edric melihat wanita selalu cantik dengan riasan Make-up setiap hari walau tipis atau tebal.
Tapi tidak dengan Aira, saat tidak memakai make-up pun wajahnya tetap sama saat pertama kali Edric melihatnya.
Aira yang belum sadar sepenuhnya saat bangun tidur, kini menyadari jika Edric berada di dalam kamar. Melihat ke arah belakang, Edric tengah tertawa dengan duduk di atas kursi rodanya.
Dengan tergesa gesa Aira bangun, berlari ke kamar mandi.
"Heh, Aira kamu kenapa? "
Teriakan Edric tak mampu dijawab oleh Aira, ia berlari dengan cepat, merasa malu saat dirinya baru saja bagun tidur.
"Aira."
Teriakan Edric diiringi dengan ketukan pintu, " Ada apa? " Aira mulai membalas teriakan Erdric dengan bertanya.
"Cepat mandi, sebentar lagi kita sarapan. "
"Iya."
Tak terdengar lagi suara Edric, Aira mulai membersihkan wajah. Begitu banyak butiran mutiara mengelilingi matanya, "memalukkan. " itulah yang dikatakan Aira di depan cermin.
Padahal semalaman ia tak bisa tidur, karena merasakan getaran aneh pada badannya, menahan dan malah membuat dirinya gelisa. Sesekali melirik pada Edric ia terlihat tertidur pulas.
"Ayolah Aira, apa yang kamu pikirkan. "
Masih terbayang pelukan dan ciuman mesra pada jidat Aira, yang dilayangkan oleh Edric, seperti sebuah awal perkenalan.
Tok .... Tok ....
Ketukan pintu terdengar kembali, Aira sadar jika dirinya terlalu lama berada di kamar mandi, membuat Edric tentu saja datang lagi dan mengetuk pintu.
Dengan terburu-burunya Aira keluar dari kamar mandi, hanya memakai handuk yang melingkari tubuhnya. Baru saja Aira keluar dari kamar mandi, ya dikejutkan dengan Edric yang sudah berada di hadapannya.
Kedua mata Edric berusaha tak menatap istrinya yang hanya memakai handuk saja, dia mencoba memalingkan ke arah lain. Agar dirinya tak tergoda, apalagi percikan air menggenang pada kulit putih dan bersih aira. Membuat Edric ingin sekali membersihkan semua percikan air yang berada pada kulit putih dan mulus istrinya itu.
"Aira, ini aku siapkan baju baru untukmu. "
"Terima kasih. "
Saat langkah kaki mulus Aira mulai melangkah keluar dari kamar mandi, saat itulah handuk yang melingkari tubuhnya. Seketika terlepas, dimana ujug handuk terjepit pintu dan membuat semua teekspos secara nyata.
"AI-R-A."
crrita carlos ma welly terus