( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 - Luluh
Ting tong
Ting tong
Suara bel yang terus menggema di sebuah apartemen mewah membuat pemiliknya terpaksa harus terbangun dari tidur lelapnya. Dia melirik jam diatas nakas yang menunjukkan waktu pukul satu dini hari.
"Siapa yang datang malam-malam begini?" gumamnya lalu turun dari tempat tidur empuknya.
Pria pemilik apartemen menekan tombol di layar dan nampaklah seorang gadis yang sejak tadi menekan bel di apartemennya. Pria itupun membukakan pintu untuk si gadis yang sepertinya sedang kacau.
"Kak Rasya!" Si gadis langsung menghambur memeluk pria pemilik apartemen yang adalah Rasya.
"Clara? Apa yang terjadi? Kenapa malam-malam begini kau datang kemari?"
Rasya membawa Clara untuk duduk di sofa.
"Kak, izinkan aku untuk tinggal disini sementara waktu."
"Heh?!" Rasya terkejut.
"Aku bertengkar dengan bang Shady karena kakak iparmu!" cerita Clara.
Rasya memijat pelipisnya pelan. "Ini sudah malam. Sebaiknya kau istirahat saja dulu. Akan kusiapkan kamar tamu."
Clara mengangguk. Rasya beranjak dari duduknya dan menuju ke kamar tamu. Ia merapikan sedikit tempat tidur yang memang jarang di tempati.
"Clara, masuklah ke kamar. Besok saja kau ceritakan jika kau memang ingin cerita."
"Terima kasih banyak, Kak. Maaf jika aku merepotkan kakak."
Rasya mengangguk kemudian kembali menuju kamarnya.
#
#
#
Keesokan harinya di rumah keluarga Hutama,
Dea membuka mata dan kembali merasakan sesuatu yang berat menimpa perutnya. Dea melihat sekelilingnya dan melihat hal yang berbeda.
"Ini bukan kamar Naura!" batin Dea.
Dea berbalik badan dan melihat wajah Shady yang sedang tertidur lelap di sampingnya.
"Apa?! Sejak kapan aku tidur dengan Mas Shady? Bukankah semalam aku jelas-jelas tidur di kamar Naura?" Kembali Dea membatin.
Dea menatap Shady yang masih terpejam. Ia lepaskan perlahan lengan Shady yang memeluknya.
"Andai saja kemarin kau terlihat damai seperti ini, Mas. Sekarang bagaimana kondisi mbak Clara? Kamu tega sekali, Mas." Dea bergumam lirih namun di dengar oleh Shady.
Pergerakan tubuh Dea membuat Shady terbangun. Shady membuka mata dan melihat Dea yang menunduk sedih.
"Maafkan aku..." Lagi-lagi Dea mendengar kata maaf dari Shady.
"Mas sudah bangun?" Dea mendelik dan segera beranjak.
"Dea, aku mohon maafkan aku. Aku tahu aku salah sudah menampar Clara."
"Syukurlah kalau Mas menyadari kesalahan Mas." Dea melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.
"Maaf juga semalam aku menggendongmu kemari. Aku ... aku merasa nyaman saat memelukmu. Aku sudah bilang jika aku membutuhkanmu tadi malam. Tapi kau tetap pergi ke kamar Naura. Jangan salahkan aku jika aku akhirnya tetap membawamu kemari."
Dea menatap Shady tak percaya. "Apa yang sebenarnya terjadi denganmu, Mas?" tanya Dea.
"Entahlah. Aku ... hanya merasa nyaman saja denganmu. Aku suka wangi tubuhmu."
Dea tertegun mendengar ungkapan Shady. Ia masih tak percaya sebelum Shady benar-benar membuktikannya.
"Jika Mas memang menyesal, maka Mas harus meminta maaf lebih dulu pada Ibu Mas." Dea kembali berbalik badan.
"Tapi aku ingin mendapat maaf dari istriku lebih dulu."
Jantung Dea seakan terhenti. Istri? Apa benar Shady menganggap Dea sebagai istri?
Dea kembali menatap Shady. "Jangan mempermainkan aku, Mas. Sudah cukup semua yang kamu lakukan padaku!"
"Dea, aku serius!" balas Shady yang masih berada di tempat tidur.
"Jika kamu serius, maka buktikan!" tegas Dea kemudian benar-benar berlalu dari pandangan Shady.
Shady menghela napasnya. Dia sudah banyak membuat salah pada Dea selama ini. Dan sekarang dia juga membuat salah pada ibu dan adiknya.
#
#
#
Sarapan pagi kali ini hanya berteman dengan sepi. Hanya ada Dea dan Shady saja di meja makan. Nilam memilih untuk makan di dalam kamarnya.
"Sebaiknya kamu temui Ibu, Mas. Minta maaflah padanya. Aku akan mencoba menghubungi mbak Clara. Siapa tahu dia mau menerima panggilan dariku," ucap Dea.
Shady hanya mengangguk dan menuruti semua perintah Dea. Saat ini Shady seolah luluh dengan pesona Dea. Dia tidak ingin makin dibenci oleh keluarganya sendiri.
Sementara itu di apartemen Rasya, Clara tengah menyiapkan sarapan untuk Rasya.
"Selamat pagi, Kak," sapa Clara.
"Pagi. Apa yang kau lakukan di dapur?"
"Hmm, aku sedang menyiapkan sarapan. Silakan duduk, Kak."
Rasya duduk di meja makan. Ia hanya memperhatikan Clara yang sepertinya mulai pandai memasak.
"Sejak kapan kau terbiasa berada di dapur?" tanya Rasya.
"Tidak sering sih. Hanya memperhatikan saat bibi memasak di dapur." Clara membawa dua piring omelet telor dan meletakkannya di atas meja.
"Hmm, sepertinya lumayan. Aku cicipi ya!" ucap Rasya yang langsung melahapnya.
Usai makan pagi, Rasya mengajak Clara mengobrol.
"So, apa yang terjadi denganmu dan Shady?" tanya Rasya yang tak suka berbasa basi.
Clara menceritakan semuanya pada Rasya mengenai insiden penamparan dirinya terhadap Vanessa. Rasya tersenyum seringai mendengarnya.
"Kak Vaness memang sengaja ingin mendekati Shady," timpal Rasya.
"Aku juga sangat yakin jika wanita ular itu..." Clara menutup mulutnya.
"Maksudku kak Vanessa ingin mendekati bang Shady. Entah kenapa aku sangat yakin dia akan melakukan cara licik untuk mendapatkan bang Shady."
Rasya tersenyum miring. "Ya, dia akan melakukan hal yang sama lagi seperti halnya yang dia lakukan kepada kakakku."
"Maaf, Kak. Tapi aku yakin jika kali ini kak Vanessa tidak akan berhasil." Clara mengusap lengan Rasya.
"Oh ya? Kau yakin? Dia itu wanita licik, Clara."
"Ya, aku yakin. Karena bang Shady sudah menikah. Dan aku yakin bang Shady tidak akan berpaling dari istrinya."
"Apa? Menikah? Jadi, Shady sudah menikah lagi?"
"Eh?!" Clara melotot mendapati dirinya yang sudah salah bicara. "Ah, itu... Tidak, Kak. Aku hanya asal bicara."
Clara segera beranjak dari duduknya. "Kak, sebaiknya aku pulang. Aku yakin ibu sangat khawatir denganku." Clara menuju kamar tamu dan mengambil tasnya.
"Terima kasih karena sudah memberiku tempat untuk menginap ya, Kak. Bye!" Clara segera pergi dari apartemen Rasya.
Sementara Rasya diam menatap kepergian Clara.
"Jadi, Shady sudah menikah? Tapi siapa istrinya?" gumam Rasya lalu meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Eksa, tolong selidiki tentang pernikahan tersembunyi Shady! Aku butuh informasinya secepatnya!"
Rasya menutup panggilannya kemudian tersenyum penuh arti.
#
#
#
Dea menemui Clara di sebuah kafe. Dea berusaha membujuk Clara agar mau kembali ke rumah.
"Mas Shady ingin meminta maaf. Kumohon pulanglah!" pinta Dea.
Clara masih diam. Ia masih marah dengan kakaknya itu.
"Mbak, tolong maafkan Mas Shady. Aku yakin dia tidak bermaksud melakukan itu pada Mbak." Dea memegangi kedua tangan Clara.
Sepertinya Clara juga mulai luluh dengan kelembutan hati Dea.
"Baiklah. Aku akan pulang. Tapi kau harus membelaku jika bang Shady berkata kasar lagi padaku."
"Tentu saja. Aku pasti akan membela Mbak," jawab Dea dengan mengulas senyum.
"Bagaimana hubunganmu dengan bang Shady? Apa sudah ada kemajuan?"
Pertanyaan Clara membuat wajah Dea bersemu merah.
"Eh? Itu..." Dea seakan tidak bisa menjawabnya.
Clara mengetahui dari gelagat aneh Dea. Pastinya telah terjadi sesuatu diantara kakaknya dan Dea.
"Baiklah. Ayo kita pulang!" Clara mengajak Dea pergi dari kafe. Clara merangkul bahu Dea dengan terus menggodanya.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengambil gambar kedua gadis itu dari kejauhan.
B e r s a m b u n g
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus