Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20 - Bedah Pertama
Rendra kini sedang memeriksa keadaan Rory di sebuah kamar. Lelaki itu terkena luka tembak di kaki kanan dan perut.
Keadaan Rory terlihat sangat lemah. Darah terus mengucur deras dari luka tembaknya.
"Kita harus membawanya ke rumah sakit! Kenapa kalian tidak membawanya langsung ke rumah sakit?!" seru Rendra. Dia menatap nyalang ke semua orang yang berdiri di sekelilingnya. Kenapa semua orang itu tidak membawa Rory ke rumah sakit dan malah memilih menunggu Rendra?
Dari semua orang di sana, ada juga Audy yang melihat kejadian genting sekarang. Tatapannya terus tertuju pada Rendra. Jujur saja, dia masih bingung apakah dirinya akan berada di pihak Rendra atau Vino.
"Bang Rory akan di penjara kalau dia dibawa ke rumah sakit! Ini permintaannya sendiri, Ren! Dia ingin diobati oleh kau saja!" ujar Endah.
"Apa?! Aku ini masih belum jadi dokter sepenuhnya! Pengalamanku masih minim!" sahut Rendra.
Namun tanpa diduga, tangan Rory bergerak dan mencengkeram lengan Rendra. Dengan suara yang masih tersisa, dia meminta pertolongan Rendra.
"Aku... Tidak mau di penjara... Alya punya siapa kalau aku tak ada..." lirih Rory.
"Alya?" Dahi Rendra berkerut.
"Alya adalah anak semata wayang Bang Rory!" ungkap Lilly.
Rendra menatap Rory. Dia melihat keadaan lelaki itu semakin kritis. Jika dirinya mengulur waktu terus, maka kemungkinan nyawa Rory tidak bisa diselamatkan.
"Ya sudah! Aku akan mencoba dengan peralatan seadanya. Ambilkan aku pisau tajam, alkohol, dan perlengkapan jahit!" ucap Rendra serius. Ia tak punya pilihan lain selain menjadi orang yang menyelamatkan Rory. Terlebih semua orang berharap padanya.
"Kau tidak perlu itu! Aku sudah membawakan semua perlengkapan medis untukmu! Semua ada di sini!" imbuh Aji sembari memamerkan sebuah koper kecil. Dia langsung menaruh koper itu ke dekat Rendra, lalu membukanya.
Benar saja, ada peralatan medis lengkap di dalam koper yang dibawa Aji. Rendra sebenarnya penasaran dari mana Aji mendapat semua barang itu, tetapi dia tak punya waktu untuk bertanya. Yang terpenting, ada peralatan yang mendukung Rendra untuk mengobati luka Rory.
Tanpa basa-basi, Rendra segera memeriksa luka tembak di tubuh Rory. Setelah memperhatikan, luka di bagian perut Rory lebih berbahaya. Mengingat lokasi luka tembak berada di posisi usus kecil. Rendra takut peluru yang bersarang di perut Rory semakin masuk ke dalam.
Jantung Rendra sekarang berdegup sangat kencang. Mengingat ini adalah pembedahan pertama yang dia lakukan. Terlebih semua ini dirinya lakukan secara ilegal.
Namun Rendra tak bisa memikirkan alternatif lain. Toh jika Rory dibawa ke rumah sakit, sepertinya akan terlambat. Lelaki tersebut pasti akan meninggal dalam perjalanan. Jadi satu-satunya jalan adalah melakukan pembedahan.
Rendra memejamkan matanya sejenak. Lalu mengenakan sarung tangan lateks.
Sebelum melakukan pembedahan, Rendra suntikkan cairan bius terlebih dahulu. Otaknya mengingat jenis pembuluh darah, saraf, dan organ yang ada di area perut. Semua itu langsung tergambar dalam bayangannya. Rendra juga memperkirakan dimana letak peluru sekarang bersarang. Setelah itu, barulah Rendra langsung melakukan sayatan dengan pisau bedah.
"Aku mohon, beri aku privasi. Aku ingin beberapa orang tetap di sini untuk membantuku," kata Rendra seraya fokus melakukan pembedahan pertamanya.
Aji mengangguk. Dia berdiri dan memekik, "Tolong untuk yang tidak berkepentingan keluar dari kamar!"
Beberapa orang lantas beranjak keluar dari kamar. Sekarang yang tersisa hanyalah Aji, Endah, Edho, dan Susan. Sedangkan Audy, diam-diam berusaha melihat dari ambang pintu.
Endah duduk di dekat Rendra. Dia mencoba membantu Rendra sebisa mungkin. Termasuk mengelap keringat yang bercucuran di pelipis lelaki itu.
...***...
*Guys, kalian mau up berapa chapter per hari? Kasih tahu othor 😆
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya