Maya Cantika Putri, seorang wanita cantik dan sederhana. Yang kehidupan awalnya berasal dari sebuah panti asuhan. Karena kegigihannya Maya bisa menjadi seorang dokter spesialis. Setelah dewasa secara tidak sengaja ketemu dengan ayah kandungnya, berkat bantuan seorang CEO tampan yang tidak sengaja dikenalnya. Akankah Maya bahagia dengan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Suram
Sampai sore, Maya belum ada kabar. Yasmin sudah kelimpungan mencari Maya kemana-mana. Demikian juga Prof. Abraham.
Dirgantara Grup.
"Don, gimana penyelidikan yang kuperintahkan beberapa hari lalu?" Mayong berlalu kembali ke ruangannya setelah rapat dengan diiringi Doni. Dalam lift, Mayong kembali mengulang pertanyaannya "gimana?"
Doni menoleh, "perintah yang mana?" Doni pura-pura lupa (ini mah lagunya kotak..he..he..).
Mayong menjitak Doni. Dalam lift hanya ada mereka berdua.
"Siap melaporkan tuan, tapi nanti kalau sudah masuk ke ruangan tuan Mayong saja laporannya"
"Sinta, tamu-tamu yang mau ketemu hari ini pending setelah makan siang aja ya" perintah Mayong ketika di depan meja sekretarisnya.
"Siap tuan Mayong" jawab Sinta sambil berdiri. (Di sini tidak ada cerita sekretaris menggoda tuannya yaa..he..he...belum tau kalau part-part selanjutnya).
Sinta sangat menghormati tuannya itu. Jangankan ingin menarik perhatian tuannya, lihat tatapan matanya aja sudah dibuat merinding, saking dinginnya. Sinta kadang meragu, apa tuannya itu suka sesama jenis, tak pernah sekalipun Sinta melihat membawa cewek ke ruangannya. Tidak seperti novel-novel online yang dibacanya, di mana seorang CEO tampan berganti-ganti pasangan. Sinta menjitak keningnya sendiri, bisa-bisanya berpikir seperti itu.
Di ruangan Mayong, Doni berbicara serius ke Mayong.
"Begini tuan, setelah diselidiki kedua orang yang melakukan mark up pengadaan alat kesehatan di rumah sakit Suryo Husada ternyata ada kaitannya dengan tuan David dari Samudera Grup" terang Doni.
"Tapi sampai sekarang kita baru punya sedikit bukti untuk mengaitkan mereka" Doni melanjutkan laporannya.
Samudera Grup, perusahaan milik Tuan James kakak mama Clara. Sekarang diteruskan David, kalau hubungan dua keluarga ini baik, seharusnya Mayong merupakan sepupu David. Tapi dari awal papa Suryo mendirikan Dirgantara Grup, Samudera Grup merupakan saingan dari perusahaan yang dirintis papa Suryo. Bagaimana semua ini ada kaitannya dengan perusahaan mereka. Mayong terdiam, sambil mengernyitkan alisnya. Dia nampak berpikir keras. Kalau untuk bersaing mendapatkan tender, kerjasama dengan perusahaan lain bagi Mayong itu sudah biasa dilakukan dengan David. Meski sering dimenangkan oleh Mayong. Tapi ini, mereka sudah berani memasukkan orang-orangnya ke perusahaan-perusahaan di bawah Dirgantara Grup. Mayong harus meningkatkan kewaspadaannya.
Di kos an Maya, Yasmin masih mondar-mandir mencoba menghubungi teman-teman Maya. Barangkali ada yang tau keberadaan Maya sekarang. Melalui kontak yang ada di ponsel Maya, Yasmin mencoba menghubungi satu persatu. Dan tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan Maya. Yasmin mulai gelisah. Hari sudah sore menjelang maghrib. "Maya kamu di mana, ayolah May cepet hubungi aku" Yasmin hampir menitikkan air matanya. Apa coba kuhubungi kak Bara aja yaa? Yasmin mencoba menghubungi Bara.
"Kak" suara Yasmin begitu telpon tersambung.
"Maya sudah pulangkah?" suara Bara terdengar di sambungan telpon.
"Lah, aku mau nanya malah ditanya duluan" Yasmin sebel.
"Maya belum kelihatan dari pagi kak, aku mulai was-was ini" terang Yasmin.
Bara terdiam mendengar apa yang disampaikan Yasmin. Hari ini Bara begitu sibuk dengan jadwal operasi orthopedi dan trepanasi. Bahkan untuk melihat ponselnya pun tak sempat.
"Kak Bara" Yasmin setengah teriak, setelah yang diajak bicara di seberang hanya terdiam tidak ada respon.
"Oke.. oke.. aku kesana Yasmin. Kita cari Maya bersama-sama" Bara bersiap.
"Oke, aku tunggu di kos an Maya" Yasmin menutup telponnya.
Yasmin menunggu kedatangan Bara.
Di tempat penculikan.
Maya masih berpikir keras bagaimana cara melarikan diri dari para penculik ini. Maya masih diikat tangan dan kakinya. Semenjak dari toilet sebelumnya, Maya tidak mendengar suara-suara obrolan lagi. Mereka pada ke mana, batin Maya.
Maya menajamkan pendengarannya, seperti suara langkah seseorang mendekat.
"Bos, sebaiknya kita apakan dokter itu?", suara itu seperti orang tadi yang ngasih aku makanan, gumam Maya.
"Nunggu perintah dariku selanjutnya saja, jangan kau apa-apakan dia. Dokter itu akan aku selesaikan sendiri. Cukup kamu berdua menjaganya saja jangan sampai melarikan diri. Jelas!!!!!" terang orang itu.
"Siap bos" terdengar dua orang yang menjawab serempak.
Siapa mereka, jelas-jelas mereka tau aku seorang dokter. Kalau mereka tau aku seorang dokter, apa ada kaitan dengan pasien-pasien yang kutangani. Maya mencoba mengingat-ingat. Maya belum menemukan jawabannya, seingatnya pasien yang ditangani tidak ada yang aneh. Semua sudah sesuai prosedur dan kompetensinya.
Pintu gudang tempat Maya disekap terbuka. Maya memicingkan matanya, karena silau dengan cahaya terang dari pintu itu.
"Selamat malam dokter, apa kabarmu?" sapa orang itu. Apa mungkin dia yang dipanggil bos itu? tanya Maya dalam hati. Maya tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang itu.
"Ha..ha..." orang itu tertawa keras sambil mendekat ke Maya.
"Tunggu besok pembalasanku dokter, aku ingin melihat dulu dokter tersiksa di tempat ini"
Maya hanya terdiam tanpa menimpali orang itu. Maya masih berusaha membaca situasi tentang apa yang terjadi, yang sampai sekarang masih remang-remang dalam pikirannya. Maya masih belum bisa menemukan jawaban kenapa dia di tempat ini sekarang.
Akhirnya Maya bicara " Tuan, apa aku punya salah padamu?" tanya Maya berusaha tenang.
"Banyak dokter, sekarang belum waktunya aku ngasih tau kamu. Aku ingin kamu merasakan seperti yang aku rasakan dokter Maya yang cantik" jawab orang itu. Bahkan dia tahu namaku Maya.
Orang itu keluar dari ruangan Maya yang sempit.
"Besok aku balik ke sini, jangan lupa kasih makan tu dokter. Jangan sampai dia kelaparan, biar aku besok puas membalaskan dendamku padanya" terdengar suara langkah sepatu menjauh.
Aku harus mencari cara secepatnya untuk melarikan diri.
#Maturnuwun yang sudah mengikuti cerita ini, yang sudah nge-like, kasih komen, kasih jejak dan kasih bunga untuk othor#niat hati ingin up semalem, apalah daya ada panggilan cito. Alhamdulillah akhirnya bisa up juga hari ini# untuk part selanjutnya juga masih on going ni di benak othor..he..he...
Lope..lope..untuk semua 🥰🥰🥰😘