Bagaimana jadinya jika seorang wanita yang dulunya selalu diabaikan suaminya bereinkarnasi kembali kemasalalu untuk mengubah nasibnya agar tidak berakhir tragis. jika ingin tau kelanjutannya ikuti cerita nya,,!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon clara_yang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Langit sore berubah menjadi warna keemasan ketika Keyla keluar dari gedung kantornya. Tubuhnya terasa limbung sejak membaca pesan terakhir itu—nama yang seharusnya telah terkubur, nama yang tidak boleh lagi muncul ke permukaan: DIRA.
Nama yang membuat seluruh hidup barunya terasa rapuh seketika, seperti bangunan kaca yang siap retak hanya karena satu bisikan.
Keyla benar-benar ingin pulang lebih awal, bersembunyi di balik selimut, menenangkan diri sampai rasa takut itu hilang… tapi ia tahu itu tidak mungkin. Karena ketakutan itu bukan berasal dari pikirannya, tapi dari seseorang di luar sana—yang mengawasi setiap gerakannya.
Saat ia berjalan menuju lobi, ia merasakan hembusan angin dingin menyapu tengkuknya. Bukan angin alam. Rasanya… seperti tatapan. Seperti ada mata yang menembus punggungnya, mengikuti setiap langkah ringan yang ia buat.
Ia menoleh perlahan.
Tidak ada apa-apa di belakang.
Tapi perasaannya mengatakan sebaliknya.
Dengan langkah terburu-buru, Keyla memasuki lift dan menekan tombol turun ke basement parkir. Nafasnya terasa berat. Telepon genggamnya ia simpan rapat-rapat dalam tas, seolah menyentuh layar saja akan memunculkan pesan baru dari orang itu.
Tenang, Keyla. Tenang…
Tapi mantra itu tidak memperbaiki apa pun.
Lift terbuka.
Sunyi.
Hanya suara dengung lampu dan langkah kecil sepasang heels-nya sendiri.
Ia melangkah cepat menuju mobil yang disiapkan oleh Kenny. Namun sebelum ia sempat mendekati pintu mobil, suara langkah lain terdengar.
Pelan. Berat. Pasti.
Keyla langsung berhenti. Seluruh tubuhnya menegang.
Seseorang ada di belakangnya.
Ia tidak berani menoleh, hanya menggenggam tasnya erat-erat sampai jari-jarinya memutih.
“Keyla.”
Suara itu membuatnya membeku.
Lembut. Nyaris seperti bisikan.
Tapi ia tidak mengenal suara itu. Bukan Kenny. Bukan staf kantor. Bukan siapa pun dari lingkaran hidupnya sekarang.
Keyla menelan ludah, lalu perlahan menoleh.
Lampu basement redup, tapi dari jarak beberapa meter, ia melihat sosok pria berdiri di antara bayangan tiang parkir. Wajahnya tidak terlihat jelas. Tubuhnya tinggi. Bahunya tegap. Namun yang paling mencolok adalah caranya menatap—tajam, penuh rasa ingin memiliki sesuatu. Sesuatu yang bukan miliknya.
Dirinya.
Keyla mundur setapak.
Pria itu tidak bergerak, tapi suaranya kembali terdengar.
“Akhirnya… aku menemukanmu.”
Jantung Keyla serasa berhenti berdetak.
Ia tahu suara itu.
Ia mengenalnya dari masa lalu—masa kelam yang seharusnya telah hilang bersama nama lamanya. Masa yang ia hindari seumur hidupnya.
Namun sebelum pria itu melangkah, suara keras memotong keheningan.
“HEY!”
Keyla dan pria itu sama-sama menoleh.
Salah satu bodyguard Kenny berlari mendekat, napasnya terengah tapi wajahnya tegang. “Nyonya Keyla! Anda baik-baik saja?”
Saat bodyguard itu mendekat, pria asing tersebut melangkah mundur ke dalam bayangan, lalu menghilang seolah ia tak pernah ada.
Keyla ingin berteriak. Ingin mengejar. Ingin tahu apakah itu benar-benar dia—orang yang seharusnya tidak lagi hidup dalam memorinya.
Tapi tubuhnya membeku.
“Nyonya Keyla?” bodyguard itu memegang bahunya, khawatir. “Anda pucat sekali.”
Keyla membuka mulut, tapi suara tidak keluar. Hanya satu kata yang terngiang: Dirinya… menemukan aku.
Bodyguard itu menunduk, memeriksa sekitar. “Tadi saya melihat seseorang berdiri di sini. Apa dia mendekati Anda?”
Keyla menggeleng dengan ragu. “A-aku tidak—aku tidak tahu…”
Ia tidak bisa menceritakan apa yang baru terjadi. Tidak sekarang. Tidak sebelum ia mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
“Baik, Nyonya. Kita ke mobil sekarang.”
Keyla mengangguk, dan mereka berjalan cepat menuju mobil yang sudah menunggu. Bodyguard itu memasukkannya ke dalam mobil sebelum mengunci pintu dari dalam. Hatinya masih berdebar keras.
Saat mobil melaju keluar dari basement, Keyla menoleh ke jendela.
Bayangan itu sudah hilang.
Tapi ia tahu—orang itu belum pergi.
Dia hanya menunggu.
Dan Keyla tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
Rumah Kenny malam itu lebih sunyi dari biasanya.
Keyla duduk di sofa spesial warna krem di ruang tengah, memeluk bantal kecil sambil menunggu kedatangan suaminya. Biasanya, suara jam dinding terdengar normal. Tapi malam ini, bunyinya seperti pukulan keras yang mengusik.
Tik. Tik. Tik.
Detik demi detik berlalu, tapi Keyla hanya menatap kosong ke arah meja kaca. Pikirannya dipenuhi potongan-potongan wajah pria itu. Sosok masa lalu yang muncul lagi di masa kini.
Ia menggigit bibirnya saat memikirkan pesan itu.
"Sampai jumpa, DIRA."
Fakta bahwa dia tahu nama itu—nama yang hanya diketahui oleh segelintir orang—membuatnya nyaris gila ketakutan.
Suara pintu depan terbuka.
Kenny pulang.
Langkahnya terdengar tegas dan cepat, berbeda dari biasanya. Seolah ia langsung menuju Keyla tanpa mampir ke mana pun.
“Keyla.”
Keyla berdiri refleks. “K-Kenny…”
Kenny menghampirinya dengan dahi berkerut. “Apa yang terjadi hari ini?”
Pertanyaan itu menusuk tenggorokannya.
“Kenapa kamu tanya begitu?” Keyla mencoba tersenyum, tapi bibirnya kaku.
Kenny menatapnya tajam. “Bodyguard melapor bahwa dia melihat seseorang mendekati kamu di basement kantor.”
Keyla menahan napas.
“Dan itu bukan pertama kalinya dia melihat pria itu di sekitar kantor dalam seminggu terakhir.”
Tubuh Keyla melemah.
“Mereka bilang kamu tampak shock. Ketakutan.”
Keyla mundur setapak. “Aku… hanya terkejut. Aku pikir itu orang asing yang kebetulan lewat.”
Kenny tidak percaya.
Ia mendekat, tangannya menggenggam rahang Keyla dengan lembut namun tegas, mengangkat wajahnya.
“Keyla. Sayang. Kamu tremor sekarang.” Kenny menunjuk jemarinya yang gemetar. “Apapun itu, kamu takut. Dan aku ingin tahu apa.”
Air mata menggenang. Ia ingin bercerita. Ingin jujur. Ingin memohon perlindungan Kenny.
Tapi… jika ia mengatakan kebenaran, maka ia juga harus menceritakan masa lalunya. Semua.
Tentang Dira.
Tentang hidup lamanya.
Tentang kematian lamanya.
Tentang rahasia besar yang tidak pantas diketahui siapa pun.
“Aku cuma… stres,” Keyla berbohong sambil memalingkan wajah.
Kenny menghela napas panjang, menahan amarah dan frustasi. “Keyla… kamu tidak perlu melindungi aku dari sesuatu. Aku suamimu.”
Setelah itu ia melepaskan rahangnya, kemudian memutar badan sejenak. Saat ia kembali menatap Keyla, matanya gelap—penuh kemarahan terpendam.
“Aku sudah meningkatkan keamanan di kantor dan rumah. Mulai besok, dua bodyguard akan selalu mengikuti kamu. Tidak ada pengecualian.”
Keyla membuka mulut, ingin menolak. Namun Kenny mengangkat tangan.
“Bukan untuk pengawasan.” Tatapannya lembut. “Untuk perlindungan.”
Perlindungan. Kata itu membuat dada Keyla serasa ditusuk. Ia butuh perlindungan… tapi tidak ingin membahayakan Kenny.
“Kalau orang itu muncul lagi…” suara Kenny terdengar lebih rendah, dingin, dan berbahaya, “…aku pastikan dia tidak akan pernah menyentuhmu. Tidak selagi aku hidup.”
Ketegasan itu membuat Keyla terisak.
Ia menutupi wajahnya, tubuhnya bergetar hebat. Tak sanggup menahan rasa takut dan lega sekaligus.
Kenny menariknya ke dalam pelukan.
“Sshh… aku di sini,” bisiknya. “Aku janji, apa pun yang mengejarmu, tidak akan menyentuhmu."
Keyla memejamkan mata.
Ia ingin percaya itu. Ia ingin merasa aman.
Tapi tatapan mata dalam bayangan basement tadi kembali muncul dalam kepalanya. Tatapan penuh obsesi dan ancaman.
Dan Keyla tahu… ini baru permulaan.
Orang itu akan datang lagi.
Dan ketika ia datang, dunia Keyla akan runtuh.