Karenina, gadis cantik yang periang dan supel. Dia hidup sebatang kara setelah kehilangan seluruh keluarganya saat musibah tsunami Aceh. Setelah berpindah dari satu rumah singgah ke rumah singgah lainnya. Karenina diboyong ke Bandung dan kemudian tinggal di panti asuhan.
Setelah dewasa, dia memutuskan keluar dan hidup mandiri, bekerja sebagai perawat khusus home care. Dia membantu pasien yang mengalami kelumpuhan atau penderita stroke dengan kemampuan terapinya.
Abimanyu, pria berusia 28 tahun yang memiliki temperamen keras. Dia memiliki masa lalu kelam, dikhianati oleh orang yang begitu dicintainya.
Demi membangkitkan semangat Abimanyu yang terpuruk akibat kecelakaan dan kelumpuhan yang dialaminya. Keluarganya menyewa tenaga Karenina sebagai perawat sekaligus therapist Abimanyu.
Sanggupkah Karenina menjalankan tugasnya di tengah perangai Abimanyu yang menyebalkan? Apakah akan ada kisah cinta perawat dengan pasien?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Pergi
“Kak Abi!!!”
Seorang gadis muda masuk ke dalam rumah sambil memanggil nama Abi. Dia adalah Keysha, sepupu jauh Abi. Cucu dari adik kakeknya Abi. Sang empu nama tak menggubris panggilan gadis itu. Dari arah dapur muncul Nina membawa piring berisi potongan buah untuk Abi.
Keysha menghampiri Abi kemudian duduk di pangkuan Abi. Nina menghentikan langkahnya melihat adegan pangku memangku di ruang tengah. Ada perasaan tak suka menjalari hatinya, Nina cemburu. Abi melihat kesal pada Keysha. Kalau saja tidak ada Nina, dia sudah membawa tubuh Keysha dan menceburkannya ke kolam renang. Abi mendorong Keysha turun dari pangkuannya.
Tapi gadis ini tak menyerah. Turun dari pangkuan Abi, tangannya menggelayut manja di leher Abi. Tanpa malu dia mencium pipi Abi.
“Keysha!! Jangan kurang ajar kamu!!” teriak Abi.
Dengan kesal Keysha melepaskan pelukannya. Kemudian dia melihat ke arah Nina yang masih diam berdiri sambil memegang piring. Keysha mendekati Nina.
“Ini buat kak Abi kan? Sini biar aku yang suapin.”
Keysha langsung merebut piring dari tangan Nina. Kemudian berjalan menuju Abi.
“Kak Abi makan buah dulu. Aaaa..”
Abi tak mempedulikannya. Dia memutar kursi roda hendak menuju kamarnya. Keysha meletakkan piring di meja lalu mengejar Abi.
“Kak Abi! Kenapa sih kak Abi selalu cuek sama aku? Kurang apa sih aku?”
Abi tak mempedulikannya. Dia terus menjalankan kursi rodanya.
“Aku cinta kak Abi!! Sampai kapan kak Abi akan mengacuhkan aku?!” teriak Keysha.
“Bahkan cintaku lebih besar dari Fahira!!!” tambahnya.
Mendengar kata Fahira, Abi berhenti kemudian berbalik menatap Keysha. Matanya memancarkan amarah.
“Kenapa kak Abi ngga pernah melihatku? Cintaku lebih besar dari Fahira. Kenapa kak Abi harus memilih Fahira? Bahkan perempuan itu mengkhianati cinta kak Abi berselingkuh dengan Vicko!”
“Keysha!!!” teriak Abi. Juna dan Sekar segera turun ke bawah mendengar teriakan Abi.
“Kenapa? Kak Abi masih belum menerima kenyataan tentang Fahira? Perempuan pengkhianat itu ngga pantes buat kak Abi! Bagus dia mampus bareng si Vicko.”
PRANG!!
Dengan marah Abi mengambil vas bunga lalu membantingnya ke lantai. Keysha juga Nina terkejut melihatnya.
“Jangan pernah kamu sebut-sebut nama perempuan terkutuk itu!! Pergi kamu!!”
Abi memutar kembali kursi rodanya, dia kembali ke kamarnya. Tak lama terdengar benda-benda terbanting dari dalam kamar. Nina yang merasa khawatir dengan keadaan Abi segera menyusulnya. Kini tinggal Juna dan Sekar yang menatap Keysha dengan pandangan membunuh.
“Aku sudah bilang jangan pernah menyebut nama Fahira lagi di rumah ini!! Apa kamu mengabaikan peringatanku Keysha?!!”
Keysha terdiam, baru kali ini dia melihat Juna mengeluarkan taringnya. Kepalanya menunduk.
“Pak Tatan!!” panggil Juna. Tatan datang tergopoh-gopoh.
“Ya den.”
“Bawa keluar perempuan ini. Dan ingat jangan pernah ijinkan dia menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Dan Keysha! Aku akan membuat papamu membayar semua perbuatanmu hari ini!!”
Tatan segera membawa Keysha pergi.
“Maafin aku kak Juna. Tolong jangan libatkan papa kak,” mohon Keysha.
Namun Juna tak menggubrisnya. Dia benar-benar marah, karena ulahnya Abi kembali terluka. Butuh usaha dan waktu bagi Juna membantu Abi keluar dari masa lalunya yang menyedihkan. Tapi kini Keysha menghancurkan kerja kerasnya dengan sekejap mata.
Sementara itu di kamar, setelah puas melampiaskan kemarahannya dengan membanting barang-barang, Abi duduk di sisi ranjang. Dadanya turun naik menandakan emosinya yang belum stabil. Perlahan pintu terbuka, muncul Nina. Gadis itu terkejut melihat kamar Abi yang sudah seperti kapal pecah. Nina menghampiri Abi, berjongkok di depannya seraya memegang tangannya.
“Mas Abi ngga apa-apa?” tanyanya hati-hati.
Abi hanya diam. Matanya masih penuh dengan kilatan amarah. Tak ada tanggapan darinya, Nina berdiri hendak membereskan barang-barang.
“Biarkan saja!” cegah Abi.
“Aku ambilkan minum dulu mas, supaya mas tenang.”
Nina berbalik namun dengan cepat tangan Abi menyambar tubuhnya. Nina terjatuh duduk di pangkuan Abi.
“Jangan pergi,” pinta Abi.
Dia memeluk Nina erat. Abi membenamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu. Terasa nyaman. Aroma tubuh Nina begitu menenangkan. Untuk sesaat mereka terdiam.
Abimanyu Pov
Aku masuk ke kamar dengan penuh amarah. Bisa-bisanya Keysha menyebut nama Fahira lagi. Kebencianku pada perempuan pengkhianat itu tak berujung. Bahkan untuk sekedar mendengar namanya membangkitkan kemarahanku. Kulampiaskan kemarahanku pada barang-barang di dalam kamar. Tak hanya itu, kutendang kursi roda sialan itu hingga terjungkal.
Setelah puas membuat kamarku seperti kapal pecah. Aku duduk di sisi ranjang. Emosiku masih belum reda. Tiba-tiba pintu terbuka, lalu muncul wajah yang entah kenapa saat melihatnya membuat amarahku mereda. Dia berjongkok di depanku, memegang tanganku. Namun aku hanya diam membisu.
Saat dia akan pergi, refleks kutarik tubuhnya duduk di pangkuanku. Kupeluk dirinya erat-erat. Tanpa sadar aku membenamkan wajahku di ceruk lehernya. Aroma tubuhnya benar-benar menenangkanku. Tak ada kata-kata yang keluar. Hanya degup jantung kami yang bersahutan. Ya, ternyata jantungnya berdebar keras sama sepertiku.
Perlahan kuangkat kepalaku, hidungku menyusuri leher jenjangnya. Kemudian pandanganku jatuh pada bibirnya. Bibir bawahnya yang terlihat bergelombang benar-benar membangkitkan keinginanku untuk me**matnya. Kupejamkan mataku. Kemudian dengan setengah hati aku mendorong tubuhnya turun dari pangkuanku.
“Pergilah. Aku ingin sendiri.”
Sejenak dia melihat padaku, tak mengerti dengan perubahan sikapku. Tapi kemudian dia berjalan keluar dari kamarku. Aku menghembuskan nafas dengan kesal. Kenapa aku tak bisa mengendalikan diriku saat berdekatan dengannya.
Abimanyu Pov End
Nina keluar dari kamar Abi. Sejenak dia terdiam bersandar pada dinding. Memegangi dadanya yang berdentum tak karuan. Wajahnya terasa panas. Lalu dia melihat Juna berjalan ke arahnya. Dengan cepat Nina masuk ke dalam kamarnya.
Juna membuka pintu kamar Abi. Dia ingin mengetahui keadaan adiknya. Juna sempat terkejut melihat kamar Abi. Namun dia lega mengetahui keadaan adiknya sudah mulai tenang. Juna duduk di samping Abi.
“Kamu ngga apa-apa?” Abi tak menjawab.
“Lupakan tentang Fahira. Menyimpan dendam dan amarah hanya akan menyakitimu. Kedua orang itu sudah menerima ganjarannya. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah melanjutkan hidup. Membuka hatimu menerima orang baru yang mencintaimu sepenuh hati,” nasehat Juna.
“Sepertinya kematian adalah hukuman yang ringan untuk mereka. Harusnya mereka tetap hidup dan merasakan penderitaan seumur hidupnya.”
“Jangan membelenggu hatimu dengan kebencian. Nantinya kamu akan sulit membuka hatimu. Kamu masih muda Bi. Masih banyak perempuan di luar sana yang layak mendapatkan cinta darimu. Harus kamu ingat kalau kami semua menyayangimu. Jangan buang waktumu untuk dendam dan kebencian tak berujung. Kamu sudah melangkah sejauh ini, jangan mundur lagi ke belakang.”
Juna menepuk pundak adiknya ini. Kemudian bangun dari duduknya. Saat membuka pintu, dia kembali melihat pada Abi sambil berkata,
“Sampai kapan kamu akan mempermainkan Nina? Sudah akui saja kalau kamu kalah darinya. Berhenti bermain-main dengan kursi rodamu. Atau aku akan membuangnya.”
Abi menatap Juna. Ternyata kakaknya mengetahui soal kepulihannya.
“Itu urusanku, kakak ngga usah ikut campur.”
“Aku tahu alasan kamu berpura-pura karena kamu ngga mau Nina pergi kan? Aku punya cara lain supaya Nina tetap di sini,” Juna sengaja menggantung kalimatnya, menunggu reaksi Abi.
“Apa kak?”
“Nikahi dia.”
Abi terkejut mendengarnya. Juna terkekeh, senang berhasil menggoda adiknya. Dia keluar kamar meninggalkan Abi yang masih terbengong.
☘️☘️☘️
**Bener kata Juna, nikahin Nina rebes. Kaga ada lagi Danial or Keysha😉
Jangan lupa dukungannya ya gaaaeesss**..