zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh empat
"bunuh saja aku tuan.. Bunuh saja aku"
Keringat dingin di dahi zahra menganak sungai, igauannya berulang kali memohon.
Buk nur, yang malam itu tidur di kamar zahra, dengan penuh kelembutan mengusap keringat dan menepuk lembut pundak gadis itu menenangkan,
Buk nur menatap iba, dalam ketidaksadarannya zahra mengigau memohon ampunan. Tubuhnya panas, ternyata zahra demam.
Wanita tua itu bisa bayangkan betapa syoknya zahra saat ini, melihat penampilan gadis itu, buk nur tahu zahra adalah gadis yang taat beragama.
Seorang gadis yang menjaga agama dan maruahnya sebagai muslimah, diperlakukan seperti tadi, jadi wajar saja jika zahra terlihat begitu syok dan ketakutan.
Zahra mengigau, namun matanya masih tetap terpejam, baju gadis itu sudah basah oleh keringat. Buk nur masih menepuk-nepuk lembut pundak zahra, hingga tengah malam zahra masih sesekali mengigau.
Buk nur terbangun pagi itu, matanya mengamati zahra yang masih tertidur, keringat di dahinya sudah mengering, namun wajah cantiknya terlihat pucat. Tangan tua buk nur terulur, meraba dahi zahra yang terasa panas. Kecemasan terlihat jelas di wajah tuanya, dengan buru-buru buk nur keluar dari kamar zahra, mengetuk pintu kamar ethan yang letaknya bersebelahan.
Wajah bantal pria itu menyembul di pintu yang terbuka, ia menatap heran kepala pelayannya yanh sepagi ini sudah membangunkannya untuk sarapan.
"ada apa buk nur?, masih pagi baru jam 6, sarapan sepagi ini udah siapkah?"
"tidak tuan.." geleng buk nur cepat, tatapan mata tuanya terlihat cemas dan gelisah.
"bisakah tuan memanggilkan dokter untuk zahra!, dia demam dan seluruh tubuhnya panas"
Mata ethan terbuka sempurna, rasa kantuk yang masih menggantung hilang seketika, pria itu melangkah menuju kamar zahra cepat.
"tunggu tuan!" buk nur menahan langkah ethan yang hampir masuk ke kamar zahra,
"rara sedang tak memakai hijabnya, biar saya pakaikan dulu"
Wanita tua itu masuk terlebih dahulu dan menutup pintu walau tak sepenuhnya.
Ethan berdiri menunggu di depan pintu, wajah bantalnya yang tampan terlihat tak sabar. Sembari menunggu buk nur memanggilnya, ethan meraih ponsel dari saku piyamanya.
"selamat pagi dokter gary, bisakah ke rumah segera!, hmmm. Oke..saya tunggu secepatnya yah"
Ethan kembali memasukkan ponselnya, kepalanya menoleh cepat ketika buk nur mempersilahkan dirinya masuk.
"kenapa dia buk?" tanya ethan menunjuk zahra dengan dagunya, terlihat dingin dan datar, namun sorot matanya tak dapat berbohong, ia sedikit cemas.
Ethan takut perempuan itu kenapa-kenapa karena dia.
"mungkin karena syok tuan, sejak malam rara mengigau" buk nur meraba kening zahra lagi, dan panasnya belum berkurang.
"tuan bisa tungguin rara sebentar, saya mau buatkan bubur untuknya?"
Ethan mengangguk tipis, sembari mengikat outer piyamanya, ethan melangkah dan duduk di depan jendela. Ada sebuah sofa di sana, matanya tetap mencuri pandang, mengamati zahra yang belum juga siuman.
Kening ethan mengerut penasaran, terlihat zahra mulai gelisah, dahinya berkeringat kembali.
"tuan..bunuh saja aku!, bunuh saja aku!" igauan zahra membuatnya penasaran, perlahan ethan mendekat. Ia berdiri tepat di samping ranjang, mengamati zahra yang mengigau dengan bahasa indonesia.
Gerakan tubuh zahra yang tak tenang, dengan kedua tangan menutupi dadanya, benar-benar memancing rasa ingin tahunya.
'gadis ini ngomong apa sih?' benaknya dalam hati.
Ethan semakin merendahkan tubuhnya, kini posisi kepalanya berada di atas kepala zahra, kepala zahra yang semakin keras menggeleng, menarik perhatiannya.
Tiba-tiba mata zahra terbuka lebar, mereka saling bertatapan. Pria itu terkejut dengan reflek, ia menarik kepalanya.
Sorot mata zahra terlihat ketakutan, ia hampir menjerit, namun zahra merasakan sekujur tubuhnya lemah tak berdaya. Tenaga untuk berteriak pun rasanya zahra tak lagi memilikinya
"tuan.." panggilnya dengan suara lirih, mata indahnya mengembun.
"ampuni aku.."
Belum sempat ethan menjawab, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka lebar. ia menoleh ke arah pintu, seorang pria setengah baya bertubuh tambun , melangkah masuk diiringi buk nur yang membawa sesuatu di tangannya.
"dokter gary.." seru ethan lega, ia tersenyum menyambut dokter keluarga yang sudah bertahun-tahun bekerja untuk keluarganya itu.
Buk nur meletakkan bubur di meja samping ranjang, ia berdiri di samping ethan yang mengamati dokter gary memeriksa zahra dengan teliti.
Mata pria tua itu terlihat serius, sesekali terlihat matanya memicing. Mata ethan dan buk nur masih terlihat penasaran, mengamati dokter itu yang mengemasi peralatannya.
"gadis ini sepertinya dehidrasi dan kelaparan, berikan dia makanan yang bergizi, selain itu..." mata tua dokter itu menatap ethan serius, ia berdiri seraya melambaikan tangannya mengajak ethan keluar.
"sepertinya gadis itu syok, dia sangat ketakutan dan terlihat tertekan" sambungnya setelah mereka berada di luar kamar zahra,
"apa yang kamu lakukan pada gadis itu, ethan?"
Ethan menggelengkan kepalanya, wajah tampannya terlihat jengah. Ia tak menjawab, hanya mengiringi dokter itu sampai ke mobilnya.
"aku akan kirimkan obatnya nanti.."
"terima kasih dokter gary" angguk ethan sopan, tangannya hendak membuka pintu mobil, namun dokter gary menahan tangan itu dan memegang lengannya.
"cepatlah berumah tangga ethan, walau aku hanya dokter keluarga kalian, tapi kedua orangtuamu itu sahabat baikku, bagaimanapun kamu itu anak sahabatku.."
Ethan mengernyitkan hidungnya lucu, dokter gary akan selalu mengingatkannya hal-hal seperti ini. Dokter gary bahkan sudah seperti orangtua kedua baginya,
"kalau kamu belum menemukan orang yang tepat, aku bisa mencarikannya untukmu!"
"terima kasih dokter! kapan-kapan sajalah, saat ini aku tak tertarik" tawa ethan terdengar menggema di halaman rumah, menanggapi usul pria tua itu.
Dokter gary hanya menggelengkan kepalanya, sebelum masuk ke dalam mobil, tangannya masih sempat menepuk lengan ethan lembut.
Ethan melambaikan tangannya sampai mobil sedan hitam dokter gary hilang dari pandangan.
Ethan memutar langkahnya, ia menuju ke kamarnya setelah melirik sekilas ke kamar zahra, pintu itu tak tertutup sempurna, mata elangnya masih sempat melihat buk nur sedang menyuapi gadis itu yang terduduk bersandar di kepala ranjang.
Bersambung..