Season 2 - Pewaris Phoenix Api Xiao Chen.
Di saat umat manusia telah berada di ambang kehancuran, Xiao Chen pun bangkit dari kematiannya dengan kekuatan yang telah mencapai ranah Setengah Dewa. Namun, kematian Fang Hao dan juga kerabat-kerabatnya dari Kekaisaran Bintang Biru, membuat Xiao Chen marah besar.
Xiao Chen pun memasuki wilayah Suci Ras Iblis, dan puncak pertarungan umat manusia melawan Ras iblis pun terjadi, mengguncang dunia.
Akankah Xiao Chen membawakan kemenangan bagi umat manusia? Ataukah umat manusia akan benar-benar tenggelam dalam kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 206
Pedang Jian Yu melesat dengan kecepatan penuh, dan dari arah yang berlawanan, Naga Emas yang merupakan jurus Ji Shi, terbang membawa berat badannya yang sangat berbobot, terlihat dari setiap naga itu mengepakkan sayapnya, membuat gelombang udara yang sangat besar.
Ledakan!
Ledakan!
Ledakan!
Di saat kedua jurus tempur itu berbenturan, ledakan terjadi di udara. Bahkan dampak ledakan menghempaskan udara yang kuat, membuat dua menara di kota megah pun hancur meledak.
Bahkan membuat Xiao Chen dan yang lainnya pun mengeluarkan pertahanan spiritual mereka, menahan gelombang udara yang kuat.
Langit itu dipenuhi api biru, dan kilauan, kilauan cahaya keemasan yang cemerlang. Namun, tiba-tiba angin berhembus kencang, angin yang sangat begitu dingin.
Di saat Ji Shi mengangkat tinggi kepalanya ke atas, ia melihat duri-duri es yang tajam telah siap mengarah kepadanya.
"Siapa sebenarnya wanita muda ini? Kenapa dia mempunyai Api Naga Langit? Dan dia juga memiliki Elemen Es!" Ji Shi mengumpat dalam hati, wajahnya memerah karena kesal dan frustrasi. Dia tidak bisa memahami bagaimana seorang kultivator muda bisa memiliki kekuatan yang begitu luar biasa.
"Cih, ini sangat merepotkan!" Ji Shi mendecih lagi, menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa membiarkan wanita muda ini terus mengganggunya. Ji Shi memusatkan perhatiannya pada pertempuran, matanya terpaku pada Jian Yu.
Dengan tatapan yang tajam dan penuh semangat api pertempuran, Jian Yu memandang Ji Shi dengan mata yang membara seperti api biru yang tak terkendali. Wajahnya yang cantik dan bersejarah, seperti patung peri dari dunia fantasi, terpancar dengan kekuatan dan keindahan yang tak tertandingi. Rambutnya yang panjang dan hitam seperti malam tergerai ke belakang, menambah kesan elegan dan kuat pada ekspresi wajahnya.
Dari kedua sisi mata Jian Yu terdapat nyala api biru yang berkedip-kedip, seperti bintang-bintang yang jatuh dari langit. Api biru itu membuat matanya terlihat seperti dua buah safir yang berkilauan, menambah kesan mistis dan kuat pada wajahnya.
"Hujan Es Kematian!" Jian Yu mengucapkan kata-kata itu dengan nada yang rendah dan penuh dengan kekuatan, menyebutkan nama jurusnya. Suara itu seperti guntur yang mengguncang langit, membuat Ji Shi merasa seperti dihantam oleh gelombang kejut.
Di saat ia melambaikan tangannya, duri-duri es yang tajam dan mematikan turun dari langit, menghujani Ji Shi seperti hujan yang deras. Duri-duri es itu seperti ribuan jarum yang tajam, memantulkan cahaya biru yang misterius dan mematikan.
Ji Shi terkejut dan kerepotan menghadapi serangan yang tiba-tiba itu. Duri-duri es yang tajam dan keras itu seperti tidak ada habisnya, terus menghujani dia dari segala arah. Ji Shi pun mengeluarkan lingkaran cahaya yang kuat untuk menahan serangan itu, tetapi dia tetap saja harus berusaha keras untuk menghadapinya.
Lingkaran cahaya itu bergetar dan berguncang hebat, seperti akan pecah setiap saat. Ji Shi tahu bahwa dia tidak bisa terus-menerus bertahan, dia harus segera membalas serangan Jian Yu jika ingin memenangkan pertempuran ini. Dengan kekuatan yang terkumpul, Ji Shi bersiap untuk melancarkan serangan balik, tetapi dia tidak bisa menghilangkan rasa takut dan hormat terhadap kekuatan Jian Yu yang tak terkalahkan.
Kemudian, Ji Shi memusatkan segenap energinya ke dalam tombak naga emas, ia berteriak dengan suara yang mengguncang langit; "Haaa...!!" Suara itu seperti raungan seekor naga yang bangkit dari tidurnya, membuat bumi bergetar dan langit bergemuruh.
Bang— — Ledakan itu membuat langit kembali bercahaya cemerlang, seperti kilat yang menyambar di siang hari. Cahaya itu begitu terang sehingga membuat mata Ji Shi dan Jian Yu harus menutup mata sejenak.
Tetapi di balik cahaya yang cemerlang itu, awan kelabu semakin pekat dan mengancam. Awan itu seperti hidup, bergerak dan bergulung-gulung dengan kekuatan yang tak terkalahkan. Angin mulai berhembus kencang, membuat rambut Jian Yu dan Ji Shi tergerai ke belakang.
Suasana menjadi semakin tegang, seperti sebelum badai besar datang. Ji Shi dan Jian Yu berdiri saling berhadapan, mata mereka terpaku satu sama lain.
Di satu sisi, Xiao Chen menatap Jian Yu dengan mata yang terpukau, takjub akan kekuatan dan keindahan kekasihnya. "Kedepannya... Sebaiknya aku tidak boleh membuat Jian Yu marah lagi, jika tidak ... Aku pasti akan dibunuhnya!" ucap Xiao Chen, suaranya terdengar lembut, penuh dengan kekaguman dan ketakutan.
Jian Yu tersenyum tipis, matanya yang cantik berbinar-binar dengan kebanggaan dan kesombongan. Dia tahu bahwa Xiao Chen tengah memperhatikannya, dan itu membuatnya merasa puas dan bahagia.
Sheng Kun menggerutu, wajahnya memerah karena kesal. "Ah... Aku ingin bertarung dengan pak tua itu!" kata Sheng Kun, mengepalkan tinjunya dengan keras.
Tiba-tiba, Huo Qiang'er membentak Sheng Kun dengan nada yang tajam. "Dasar botak sialan! Sebaiknya kamu tunggu di sini dan lihat saja!" Bentakan itu membuat Sheng Kun terkejut dan terdiam seketika, lalu dia menundukkan kepalanya dengan wajah yang semakin merah.
Sheng Kun terlihat seperti seekor ayam yang terkena air hujan, tidak berani bergerak. Dia bahkan menggaruk-garuk kepalanya yang botak dengan malu-malu, membuat Huo Qiang'er tidak bisa menahan tawanya. "Dasar bodoh...," kata Huo Qiang'er sambil menggelengkan kepala, tetapi ia tersenyum.
Ji Shi terhuyung-huyung, tubuhnya yang kuat dan perkasa kini terlihat lemah dan terluka. Darah mengalir dari mulut dan hidungnya, membuat wajahnya yang sangar menjadi lusuh. Rambutnya yang biasanya rapi kini berantakan dan kusut, pakaian zirah besi tebal yang biasanya melindungi dirinya kini menunjukkan beberapa kerusakan dan noda darah segar.
Nafas Ji Shi terengah-engah, dia menatap Jian Yu dengan mata yang merah karena kelelahan dan kemarahan. Meskipun terluka parah, Ji Shi masih mencoba untuk mempertahankan tatapan tajamnya, seolah-olah menantang Jian Yu untuk maju dan menghabisi dirinya.
Jian Yu menatap balik Ji Shi dengan mata yang dingin dan tanpa emosi, tidak ada tanda-tanda kelelahan atau kelemahan pada dirinya. Dia berdiri tegak, dengan api biru yang masih menyala di matanya, membuat Ji Shi merasa semakin tidak berdaya dan terintimidasi.
Di sisi lain, Hun Yue terdiam, tetapi ia pun berbicara.
"Tidak aku sangka! Seorang praktisi tingkat Jiwa Baru tahap menengah... Mampu menekan seorang praktisi yang berada pada tingkatan ranah Jiwa Baru tahap puncak. Aku rasa ini baru terjadi saat ini!" gumam Hun Yue, bingung tetapi takjub. Dia berpikir bahwa bergabung dengan kelompok Xiao Chen mungkin adalah pilihan yang paling tepat baginya.
Dan saat itu, Jian Yu pun berbicara kepada Ji Shi. "Senior Ji! Sebaiknya anda menyerah! Anda tidak akan bisa mengalahkan aku!" kata Jian Yu dengan nada yang tenang.
Namun, itu membuat Ji Shi sangat marah besar. Dia merasa bahwa dirinya benar-benar tengah diremehkan oleh seorang gadis kecil.
Ji Shi pun kembali mengangkat tombak naga emasnya sembari berbicara, "Walaupun aku harus mati, aku juga akan menyeretmu ke neraka bersamaku!" kata Ji Shi dengan nada yang lantang.