Alrazi adalah seorang suami yang hanya memiliki pekerjaan sebagai tukang ojol, saat ia kembali ke rumah, ia semua bajunya sudah ada di teras rumah. Dan istrinya mengaku telah berhubungan dengan mantan pacarnya yang kaya.
Ia di usir dari rumah, dan motornya di ambil, akhirnya ia pun pergi dari rumah tersebut. Tak sengaja ia menendang sebuah kotak misterius, yang ternyata ada sistem.
Dengan adanya sistem, hidupnya berubah total menjadi lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...
...happy reading...
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
"Bos," panggil Rizki dengan suara yang sedikit ragu ketika melihat Alrazi masuk. Ia berdiri dan mengangguk, sementara yang lain juga segera menoleh.
Alrazi tersenyum sejenak, mencoba meredakan suasana. "Sepertinya aplikasi yang kalian buat telah selesai ya. Tapi kenapa wajah kalian tegang semuanya?" tanyanya dengan nada bingung, matanya melintasi muka setiap karyawan.
Lina menghela nafas pelan, wajahnya semakin khawatir. "Bos, sepertinya ada berita yang tidak mengenakan di media sosial. Udah beredar sejak sejam yang lalu," katanya, lalu menunjuk ke layar ponselnya.
"Berita apa?" tanya Alrazi semakin penasaran. Ia baru saja tiba dari perjalanan jauh dan belum sempat membuka ponselnya sama sekali.
"Ada seseorang yang mencari Anda, katanya, Anda punya hutang besar sama dia — bahkan sampai ratusan juta rupiah," kata Lina, tangannya sedikit bergetar ketika memutar layar.
"Hutang? Aku tidak punya hutang apapun!" kata Alrazi dengan tatapan tak percaya.
Ia mengambil ponsel Lina dan melihat berita itu. Ternyata, postingan itu berasal dari akun yang diidentifikasi sebagai "mantan mertuanya, wanita bernama Marni, ibu dari mantan istrinya yang dulu meninggalkannya karena alasan sang istri sudah punya kekasih barunya tajir melintir. Sepertinya, Wanita itu sengaja mau cari masalah dan membikin nama Alrazi hancur di depan publik.
Jari-jari Alrazi bergetar ketika ia menggeser layar ponsel Lina, matanya terbelok ke tulisan yang tercetak tebal di postingan media sosial. Langit siang yang semula cerah seolah-olah memudar, dan udara di ruangan kerja terasa sesak.
Jantungnya berdebar kencang, seolah-olah mau melompat keluar dari dada, deg-degan yang ia rasakan bukan cuma karena kaget, tapi juga karena rasa marah yang mulai membara di dalam dada.
"Di beritahukan kepada seluruh pengguna media sosial, jika kalian kenal dengan orang yang ada di bawah ini (ditemani foto Alrazi), maka harap hubungi saya segera. Karena orang ini memiliki hutang 100 JUTA rupiah pada saya yang belum lunas. Bagi yang menemukan tempat tinggalnya atau bisa membawanya ke saya, saya akan berikan imbalan 10 JUTA rupiah."
Begitulah isi berita yang beredar dengan cepat, sudah di-share ratusan kali dalam waktu sejam. Alrazi menatap foto dirinya sendiri yang dipakai di postingan itu, foto yang dia ingat pernah diambil saat masih bersama mantan istrinya. Ia tidak bisa percaya bahwa Marni, mantan mertuanya yang dulu selalu memandangnya dengan pandangan merendahkan, bisa melakukan hal sejelek itu.
"Aku telah meninggalkan Dina dengan damai, bahkan tidak meminta apa-apa dari mereka... tapi masih saja tidak cukup?" gumamnya pelan, suara penuh keputusasaan.
Kemudian, ia menoleh ke arah timnya yang berdiri diam di sekitar, wajah mereka penuh khawatir. "Marni ini sungguh keterlaluan sekali! Aku tidak punya hutang apapun padanya — tidak pernah meminjam sepulaunya pun! Dia malah membuat berita palsu seperti ini? Sepertinya dia benar-benar ingin menghancurkan hidupku!" kata Alrazi dengan nada geram.
"Apa yang harus kita lakukan, Bos?" tanya Rizki, suaranya penuh kekhawatiran.
Alrazi menggelakkan kepala, "Kita harus menghadapi ini. Aku tidak akan membiarkan mantan mertuaku membuat masalah lagi."
Lina mengangguk, "Baiklah, Bos. Kami akan mendukung mu."
Alrazi tersenyum, merasa sedikit lebih baik. Ia tahu bahwa ia memiliki tim yang solid dan dapat diandalkan.
"Rizki, aku ingin kamu mencari tahu lebih lanjut tentang berita ini. Lina, aku ingin kamu untuk membuat postingan pernyataan resmi. Dan, teman-teman, aku ingin kita semua tetap fokus dan tidak membiarkan ini mengganggu pekerjaan kita," kata Alrazi, suaranya tegas dan penuh keyakinan.
Karyawan-karyawannya mengangguk, merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan ini. Alrazi merasa bangga dengan timnya, ia tahu bahwa mereka dapat menghadapi apa pun yang datang.
Dengan perasaan lebih siap, Alrazi duduk di meja kerjanya, membuka laptopnya, dan mulai bekerja. Ia tahu bahwa ia harus ini secepat mungkin, agar dapat menghadapi masalah yang akan datang.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
why bekas bininya pun dikerjakan
kenapa tak direjek saja
lanjut up lagi thor