Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Adrian mendekati Aya yang kini tengah menundukkan kepalanya. Perlahan Ia mengangkat dagu Aya.
"Kau jangan pernah menundukkan kepalamu Aya, yakinlah, Kau sangat cantik," ucap Adrian tersenyum menatap Aya.
Hingga semburat merah itu mewarnai pipi Aya. Tidak ada yang pernah mengatakan bahwa dirinya cantik. Yang ada orang-orang seringkali mengejek dan mengatakan bahwa dirinya adalah gadis yang jelek. Tak terkecuali suaminya sendiri.
Adrian sungguh terkejut melihat perubahan Aya. Ia heran kenapa Aya sejak dulu tidak pernah berdandan. Padahal wajah Aya begitu cantik.
Namun pandangannya teralihkan pada sebuah tanda merah yang ada di leher Aya. Adrian tidak bodoh, Ia tahu bahwa itu adalah sebuah kissmark.
"Aya,di leher mu...," Tunjuk Adrian pada tanda merah yang ada di leher Aya.
Aya langsung membalikkan badannya kebelakang menghadap cermin. Pandangannya mengarah pada lehernya yang Adrian tunjuk tadi.
Matanya terbelalak sempurna melihat hal itu. Aya masih ingat semalam Bryan lah yang menghadirkan tanda merah tersebut.
Hingga Ia pun mengingat bekas kemerahan pada dadanya waktu itu. Tangannya mengepal menahan marah dan kesal. Bryan telah membohonginya.
"Apa ada yang ingin Kau ceritakan Ay?, Aku tahu tanda Apa itu. Siapakah orang itu Ay?," Tanya Adrian ketika melihat Aya yang terdapat menatap cermin.
Adrian terus berfikir dalam otaknya, siapa yang telah melakukan hal itu pada Aya. Sedangkan sepengetahuannya, Aya tidak pernah dekat dengan pria manapun kecuali dirinya.
Adrian masih menunggu jawaban dari Aya. Kini Aya kembali menundukkan kepalanya. Raut wajahnya terlihat begitu sendu.
"Maafkan aku Iyan, tapi Aku belum siap untuk menceritakannya," ucap Aya lirih tapi masih dapat di dengar oleh Adrian.
Adrian yakin Aya memiliki alasan tersendiri kenapa Aya tidak ingin menceritakan tentang dirinya. Adrian tidak ingin memaksa Aya. Lalu Ia membalikkan tubuh Aya menghadapnya.
"Baiklah Aya, Aku tidak akan memaksamu untuk menceritakannya. Tapi Kau harus ingat, bahwa Aku akan siap mendengarkan kapanpun saat Kau siap bercerita padaku." Ucap Adrian tersenyum, namun menyimpan kegetiran yang mendalam.
"Tapi Iyan, sebaiknya Aku tidak usah ikut saja. Aku sangat malu dengan tanda ini," ucap Aya sedih.
"Kau tidak usah khawatir Ay, mereka adalah orang-orang yang handal untuk menghilangkan tanda seperti ini." Tunjuk Adrian kepada para pegawainya.
"Benarkah?. Apakah benar bisa hilang?," Tanya Aya senang.
"Maaf Nona, bukan menghilangkan. Tapi kami menutupinya dengan make-up." Ucap pagawai salon itu meralat ucapan Adrian.
Aya menatap Adrian jengah karena sudah memberikan informasi yang salah. Sedangkan Adrian hanya tersenyum kaku seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Setelah selesai menghilangkan tanda merah tersebut, Adrian mengajaknya kembali ke butik yang kemarin mereka datangi.
"Lho, kenapa kita kesini lagi Iyan?, bukankah kemarin Kau sudah membeli pakaian untuk kita pakai nanti?." Tanya Aya heran.
"Aya, pakaian ku berada di rumah, dan Kau juga tidak membawa gaunmu itu juga kan?. Kalau kita harus pulang dulu nanti pasti akan sangat lama. Jadi lebih baik kita membelinya lagi. Dan kita akan langsung berangkat ke acara reuni." Ucap Adrian.
"Apa?!. Iyan, baju di sini sangat mahal. Aku tidak mau!." Tolak Aya.
"Sudahlah ayolah Aya, Aku yang akan membayarnya," ucap Adrian yang sudah menarik tangan Aya memasuki butik tersebut.
***
Sedangkan saat ini, acara reuni sudah mulai banyak yang berdatangan. Tak terkecuali Bryan dan Rena.
Mereka datang dengan Rena yang menggandeng lengan Bryan. Hingga semua mata pun menatap ke arah mereka.
Mereka begitu mengagumi pasangan itu.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa Bryan kini sudah menikah. Jadi mereka pun mengira Bryan dan Rena masih menjadi pasangan kekasih seperti saat kuliah dulu.
Mereka pun membaur dengan teman-teman mereka yang sudah lama tidak bertemu. Seakan-akan rasanya kembali ke beberapa tahun lalu di saat mereka masih menuntut ilmu di universitas itu.
"Hei Bryan, bagaimana kabarmu?. Sudah lama kita tidak pernah bertemu. Wah, kalian memang pasangan yang begitu serasi. Masih betah aja kalian," ucap Arkan, teman kuliah Bryan dulu.
Mereka pun melakukan tos yang sering mereka lakukan dulu.
Mereka terus saja membahas tentang kejadian-kejadian dulu saat mereka kuliah. Hingga membuat mereka seakan bertraveling ke masa-masa mereka dulu.
"Apa kalian tidak berencana untuk menikah?," tanya Deyo salah satu teman Bryan dan Rena.
Rena terlihat bersemu, Ia pun hendak menjawab pertanyaan dari Deyo. Namun Ia urungkan kala melihat semua orang menatap ke arah pintu masuk aula kampus tersebut. Hingga membuatnya juga menatap ke arah sana.
Seseorang yang tengah datang itu menyita perhatian Bryan dan teman-temannya.
"Wah, sepertinya ada pasangan yang lebih heboh lagi dari kalian," ucap Deyo terkekeh melihat kedua temannya itu yang menatap kearah pintu masuk aula.
Rena merasa kesal dengan ucapan Deyo. Lalu pandangannya menatap ke arah dua orang yang baru datang itu.
"Siapa gadis itu?, Kenapa dia seperti tidak asing," batin Rena kala melihat Aya disana.
Namun berbeda dengan Bryan, kali ini Ia hanya terdiam menatap Aya dan Adrian yang baru datang.
Bryan terus saja meminum minuman yang ada di tangannya seraya menatap ke arah Aya dan Adrian.
Membuat teman-temannya yang ada di sampingnya heran melihatnya.
"Hei bro, kenapa kau terus meminum minuman mu tanpa jeda, ada Apa denganmu?!," Tanya Arkan heran.
Namun Bryan tak bergeming, Ia terus saja meminum minumannya.
Pandangan matanya terus saja menatap Aya begitu dingin. Hingga tanpa sadar sudah gelas ke sekian yang Ia habiskan.
"Sayang, Kau ini kenapa?!. Hentikan!, Jangan meminumnya lagi!," Larang Rena dengan merebut gelas Bryan.
"Aku ke toilet sebentar," ucap Bryan yang sudah berdiri dari sana. Ucapanya begitu dingin sehingga membuat teman-temannya saling memandang satu sama lain. Kemudian Bryan pun beranjak dari sana.
Sedangkan Aya, Ia hanya bisa menundukkan kepalanya saat ini. Aya tidak pernah menyangka bahwa semua orang disana akan menatapnya.
Bayangan saat orang-orang menatapnya dan mengejeknya kembali menguasai dirinya. Hingga saat ini Aya tidak berani untuk menatap semua orang disana.
Adrian yang menyadari bahwa Aya tertunduk, akhirnya berhenti dan menatap Aya begitu lembut lalu Ia kembali berkata.
"Aya, sudah kubilang jangan pernah menundukkan kepalamu di depan orang-orang. Semua orang tengah mengagumi kecantikan mu saat ini. Jadi Kau harus percaya diri dan menegakkan kepalamu menatap mereka."
Aya menatap Adrian, lalu ia pun menganggukkan kepalanya pelan. Aya mulai menegakkan kepalanya dan memberanikan diri menatap teman-temannya yang pernah mengejek dan mentertawakan dirinya.
Lalu Ia dan Adrian melewati orang-orang yang menatapnya dengan pandangan kagum. Aya mengikuti langkah kaki Adrian yang akan membaur dengan yang lainnya.
Adrian berjalan ke arah di mana Arkan, Deyo dan Rena duduk, krena Adrian juga mengenal mereka.
"Hai kawan, akhirnya Kau datang juga. Dan lihatlah siapa yang Kau bawa ini. Apakah dia seorang bidadari?," Kelakar Deyo dengan menatap Aya dan tersenyum penuh arti.
Sedangkan Aya yang mendapat tatapan dari Deyo hanya bisa menundukkan kepalanya takut.
Aya mengenal arti tatapan Deyo. Deyo terkenal dengan citranya yang sering bermain dengan banyak wanita. Dan itu sungguh membuat Aya begitu tidak nyaman saat ini.
Sedangkan Rena menatap Aya tidak suka karena sudah merebut perhatian orang-orang dari dirinya. Iapun terus menatap sinis Aya.
"Apa kalian tidak mengenalinya?. Ini adalah Aya, dan dia juga mahasiswi dari kampus ini." Tutur Adrian membuat mereka terkejut dan berusaha untuk mengingat apakah di kampusnya dulu ada gadis cantik seperti Aya.
Namun mereka tidak mendapatkan ingatan apa-apa. Hingga mereka bertanya-tanya dalam hati seraya mengerutkan keningnya, berusaha mengingat-ingat. Dan hasilnya pun nihil, mereka tetap tidak mengenali Aya.
"Benarkah gadis cantik yang Kau bawa ini dulu juga mahasiswi di sini?, Tapi kenapa kami tidak mengingatnya?." Ucap Arkan mewakili teman-temannya.
Adrian terkekeh dengan menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Kenapa satupun tidak ada yang mengenali Aya. Karena memang Adrian tidak pernah tahu yang terjadi dengan Aya dulu.
Adrian jarang datang ke kampusnya itu sehingga membuatnya tidak mengetahui semuanya bahwa orang-orang di sana sering mengejek dan mentertawakan Aya.
"Dia Aya, nama lengkapnya adalah Cahaya Airin. Kalian sudah ingat?," Ucap Adrian kepada mereka semua, namun Aya menarik jas Adrian pelan agar tidak menyebutkan nama lengkapnya. Aya takut semua orang akan kembali mengejeknya lagi.
Rena yang mulai menyadari siapa Aya, membelalakkan matanya tak percaya. "Jadi Kau Aya gadis cupu itu?!, Kau si gadis jelek yang sekarang juga bekerja di perusahaan Bryan?!," Ucap Rena membuat teman-temannya menatap ke arahnya.
Rena pun menatap Aya dengan sinisnya, Ia tidak ingin orang lain menandingi kecantikannya. Apalagi lebih unggul darinya.
Dan akhirnya semua teman-temannya pun mulai mengingat siapa Aya.
"Jadi Kau Aya si jelek itu?, Aku tidak tahu ternyata itik buruk rupa berubah menjadi Angsa yang begitu cantik." Ucap Deyo dengan terus menatap Aya, membuat Aya begitu risih berada di sana.
Dan di saat itu juga Bryan pun kembali dari toilet. Ia terkejut saat melihat Aya yang sudah berada di sana bersama teman-temannya.
Iapun berjalan menghampiri Rena dan teman-temannya di sana.
"Maaf Aku lama," ucap Bryan. Pandangan matanya menatap Aya begitu dingin. Sedangkan Aya yang melihat tatapan Bryan pun berusaha menghindarinya.
"Lihatlah Bry, dia adalah si cupu waktu itu. Dia begitu cantik bukan?." Ucap Deyo dengan terus menatap Aya dengan pandangan berbeda.
"Tapi Aku heran, kenapa dia bisa berubah secantik ini. Mungkin dia menjadi simpanan Om-om di luar sana," celetuk Rena membuat Aya menatapnya tajam. Tangannya meremas gaun yang Ia kenakan saat ini.
"Hentikan ucapan mu Rena!," Bentak Adrian. Namun tidak membuat Rena takut.
"Benarkah itu?, Kalau begitu Aku akan menyewa mu untuk malam ini. Aku akan memberikanmu berapapun yang kau mau," ucap Deyo membuat Adrian memberikan Bogeman mentah ke wajah Deyo.
Sedangkan Bryan mengepalkan tangannya erat-erat.
Adrian hendak memukul Deyo kembali kalau teman-temannya tidak melerainya.
"Kau jaga mulut kotor mu itu. Sekali saja Kau menghina Aya, maka Kau akan menyesalinya nanti!," Ancam Adrian dan langsung menggandeng tangan Aya pergi dari sana.
"Sialan!, karena gadis jelek murahan itu Adrian berani memukul ku!," Umpat Deyo seraya merapikan pakaiannya.
"Jaga ucapanmu itu Deyo!, Atau kau juga akan mendapatkan pukulan dari ku," ucap Bryan menatap tajam Deyo dengan tangan yang mengepal menahan amarahnya. Lalu Bryan mulai pergi dari sana.
"Kalian sih, lihat Bryan marah kan?!," Ucap Rena menatap tajam teman-temannya.
"Kau yang memancing semuanya Rena!," Ucap Arkan.
Rena hanya menatap mereka kesal dan langsung pergi menyusul Bryan.
Sedangkan Aya kini tengah menitihkan air matanya.
"Lihatlah Iyan, ini adalah alasanku kenapa Aku tidak ingin datang ke acara ini. Mereka semua tidak menyukaiku Iyan, mereka selalu saja menghina ku sesuka mereka," ucap Aya menangis.
Adrian merasa bersalah kepada Aya. Ia tidak pernah tahu kalau orang-orang di kampusnya akan tega merendahkan harga diri Aya.
Adrian memegang tangan Aya dan meminta maaf kepada Aya. "Aya, maafkan aku, Aku tidak pernah tahu kalau mereka sejahat itu dengan mu." Ucapnya seraya mengusap air mata Aya.
"Sudahlah Adrian, jangan bahas lagi mereka. Aku haus, maukah kau mengambilkan ku jus dan makanan kemari?."
Adrian tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Baiklah Nona Aya, saya akan menuruti semua perintah Anda," kelakar Adrian membuat Aya tertawa.
"Ya, begitu Ay. Kau harus tertawa," ucap Adrian.
Aya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu Kau tunggu di sini Ay, Aku akan segera datang membawakan Apa yang Kau inginkan," ucap Adrian mengedipkan sebelah matanya dan segera pergi dari sana.
Setelah melihat Adrian pergi, iapun beranjak berdiri. Kini dirinya ada di sebuah kolam renang yang tidak jauh dari acara.
Aya melihat air yang begitu tenang dalam kolam renang tersebut. Dan itu sedikit memberikan ketenangan pula dalam hatinya.
Namun di saat Aya sedang menikmati ketenangan di sana, tubuhnya seperti ada yang mendorongnya dari belakang dan mengakibatkan Aya terjatuh ke dalam kolam renang tersebut.
Dan sialnya lagi Aya tidak bisa berenang.
"Tol...ong...!," Teriaknya. Namun tidak ada yang mendengar teriakannya karena suara bising dari musik yang di putar.
Aya terus saja berusaha agar tidak tenggelam, tapi tetap saja sangat sulit karena dirinya yang tidak bisa berenang.
"Tolong...,to...long...!."
Dan di saat itu ada seseorang yang melewati kolam renang tersebut. Ia melihat ada seseorang yang tenggelam dalam kolam renang pun terkejut.
Sayangnya dirinya juga tidak bisa berenang, jadi Ia pun meminta pertolongan kepada teman-temannya yang ada di sana.
Dengan nafas yang ngos-ngosan, orang itu berteriak di antara banyaknya orang-orang di acara reuni tersebut.
"Tolong!!,ada yang tenggelam!!." Ucapnya membuat Adrian teringat Aya yang tadi berada di kolom renang.
Dengan segera Adrian menaruh kembali minuman yang ada di tangannya dan berlari menuju kolam renang.
Sedangkan Bryan dan yang lainnya juga menuju kolam renang saat mendengar ada yang tenggelam.
"Tolong... Bry...an..," panggil Aya. Tiba-tiba ia teringat akan Bryan suaminya. Aya terus berusaha untuk bertahan. Namun rasanya ia sudah tidak sanggup lagi. Kakinya keram dan tenaganya hampir habis.
Disaat bersamaan Bryan dan semua orang pun sampai di kolam renang tersebut. Dan betapa terkejutnya Bryan saat melihat Aya di dalam kolam renang tersebut.
Tubuh Aya mulai lemah dan akhirnya perlahan tubuh itu pun tak lagi terlihat. Ya, Aya tenggelam di sana.
Bryan segera masuk ke dalam kolam renang tersebut untuk menyelamatkan Aya. Dan dari arah lain Adrian juga menceburkan dirinya masuk kedalam kolam renang.
Bryan kalah cepat, Adrian kini menemukan Aya yang tengah tenggelam dan segera membawa tubuh lemah itu ke atas permukaan.
Bryan yang melihatnya pun marah, namun Ia juga merasa khawatir. Diapun segera keluar dari kolam renang dan menghampiri Adrian yang kini berusaha untuk mengeluarkan air dari tubuh Aya.
Aya memuntahkan banyak air, namun Aya belum juga tersadar dan membuat Adrian begitu khawatir.
Adrian hendak memberikan nafas buatan untuk Aya namun tiba-tiba saja tubuhnya terjungkal ke belakang karena Bryan tengah mendorongnya.
Dengan segera Bryan memberikan nafas buatan untuk Aya sehingga membuat Adrian terpaku melihatnya.
Bryan terus saja memberikan nafas buatan untuk Aya, dan membuat Aya akhirnya terbatuk-batuk dan kembali mengeluarkan air dari mulutnya.
Bryan membawa tubuh lemah Aya menuju ke mobilnya dan membawanya ke rumah sakit tanpa menghiraukan semua orang yang menatapnya dengan tanya.
Entah mengapa Bryan merasa sangat khawatir melihat Aya yang terlihat lemah tak berdaya saat ini. Hingga tanpa sadar sepanjang perjalanan satu tangannya terus saja menggenggam tangan Aya yang terasa begitu dingin.
***