NovelToon NovelToon
Korban Virtual Check!

Korban Virtual Check!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Chicklit
Popularitas:756
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

"Berawal dari DM Instagram, lalu berujung sakit hati."

Khansa Aria Medina tidak pernah menyangka DM yang ia kirimkan untuk Alister Edward Ardonio berujung pada permasalahan yang rumit. Dengan munculnya pihak ketiga, Acha-panggilan Khansa-menyadari kenyataan bahwa ia bukanlah siapa-siapa bagi Al.

Acha hanyalah orang asing yang kebetulan berkenalan secara virtual.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gugup

Siang-siang begini, Acha dan teman-temannya menghabiskan waktu istirahat di bawah rindangnya pohon. Dengan beralaskan karpet mini yang Serra bawa, mereka duduk tepat di bawah pohon. Terik matahari yang panas terganti dengan udara sejuk yang dibawa pohon tersebut. Sementara, Acha dari tadi tidak berniat duduk. Gadis itu berjalan ke sana ke mari dengan ponsel di genggamannya. Tidak lupa, senyum bahagia yang belum luntur dari mulutnya.

Sebenarnya Serra ingin mengabaikan, tetapi Acha yang bolak-balik berlalu-lalang di depannya membuatnya penasaran dan sedikit mengganggu pandangannya. Rasanya ia ingin membuat Acha duduk dan tidak banyak tingkah. "Lo ngapain, sih? Dari tadi berdiri mulu."

Tetapi pertanyaan Serra tidak Acha gubris. Bukan sombong, telinga Acha seakan tidak mendengar apa-apa. Ia sibuk dengan dunianya sendiri.

"ADA ZAYN MALIK!" teriak Serra tiba-tiba.

Acha dan Maya langsung menoleh ke arah sumber suara. Keduanya menghentikan aktivitasnya sejenak. Kali ini, Acha tidak memedulikan ponselnya, bahkan Maya langsung menutup novelnya. Tetapi, setelah tahu mereka ditipu, Acha langsung menendang batu kerikil di dekat kakinya ke arah Serra. Maya pun melemparkan hujatan-hujatan karena telah mengganggu waktu membacanya.

Serra mendengus kesal. Ia kembali bermain ponselnya seolah tidak terjadi apa-apa. "Giliran cogan aja langsung pada noleh," gumamnya. "Makanya kalau dipanggil tuh nengok, Acha!"

"Ya udah, apa?!" tanya Acha sambil duduk di depan Serra dan Maya. Kalau dipikir-pikir, kakinya sedikit pegal karena banyak berdiri tadi.

"Ngapain berdiri mulu? Sambil senyum-senyum lagi, merinding!" Serra bergidik ngeri sambil menatap Acha dengan heran. Yang ditatap justru semakin melebarkan senyumnya. Untungnya hari masih siang sehingga auranya tidak begitu seram. "Tuh, kan, hih serem!"

Acha memajukan tubuhnya kemudian memberikan gerakan tangan agar Serra dan Maya ikut mendekat. Akhirnya, mereka bertiga membentuk lingkaran dan siap mendengar cerita Acha.

"Gue diajak calon mertua buat bikin kue bareng," kata Acha sambil menekankan setiap kata agar terdengar jelas. "Gimana? Keren, nggak? Gila! Nggak nyangka, bisa sampai sejauh ini! Keknya bulan depan, bisa nih gue nikah sama Al."

Serra dan Maya saling pandang seolah tidak percaya. Kemudian, mereka menatap layar ponsel yang baru Acha sodorkan. Layar itu menampilkan pesan dari Al bahwa ibunya memintanya datang ke rumah Sabtu besok untuk membuat kue bersama. Rupanya, dari tadi Acha membaca ulang deretan pesan dari Al itu untuk memastikan ia bukan berada di alam mimpi.

"Ini yang gue tunggu-tunggu!" seru Acha sambil senyam-senyum.

"Well, good luck," kata Serra dengan singkat. Dia tidak akan memberikan ceramah panjang lebar karena ibu Al yang memang mengundangnya. Lain cerita jika Acha yang memaksa mengunjungi rumah Al. Serra mungkin akan menusuk-nusuk Acha melalui boneka santet.

"Lo sama Bagas gimana?" tanya Acha pada Maya. Ia penasaran dengan kelanjutan hubungan mereka berdua.

Maya langsung melirik Serra dengan jengkel. Kalau membahas Bagas, Maya selalu teringat kejadian masa lalu di mana Serra mengangkat telepon dari Bagas. Meski Bagas berkali-kali mengatakan tidak masalah, tetap saja Maya masih merasa malu. "Nggak tahu ya, kan habis dirusak sama seseorang."

Serra yang merasa tersindir langsung menghela napas kesal. "Makanya jangan bucin sampe lupa tugas! Gue dateng susah-susah, malah lo cuekin!"

Acha langsung tertawa. Ia sempat diceritakan sekilas kronologisnya. Agak menjengkelkan memang, tetapi Acha paham perasaan Serra yang paling tidak suka diabaikan orang lain. Kemudian, ia menatap kembali layar ponselnya.

"Ih, ih, ini Al nge-chat lagi!" pekik Acha sambil berdiri lagi.

[al_ardonio]

[Jam 10 pagi gue jemput.]

Tiba-tiba, otak Acha mendapat sebuah ide jenius.

[khansa.achaa]

[Kayaknya gue nggak bisa deh, Al.]

[al_ardonio]

[Napa lagi?]

[khansa.achaa]

[Lo kudu un-block Line gue dulu.]

Tidak lupa, ia memberikan emot tersenyum.

[al_ardonio]

[Nggak.]

[khansa.achaa]

[Kalau Nyokap lo tahu, lo nge-block gue, kayaknya lo bakal dikutuk deh:)]

Acha terkekeh melihatnya. Sepertinya Al sangat kesal sekarang. Sudah tiga menit pesan itu terbaca, tetapi belum ada tanda-tanda ada balasan.

[al_ardonio]

[Kalau lo macem-macem, gue block lagi.]

"Yes!" seru Acha sambil mengacungkan tangan kirinya tinggi-tinggi. Ia akan ke rumah Al dan Al akan menghapusnya dari daftar blokir. Sungguh, sebuah keberuntungan yang berturut-turut.

***

Dalam sepuluh menit, Al akan menjemput Acha. Gadis itu sudah rapi dengan cardigan putih dan rok bermotif bunga di bawah lutut yang melekat pada tubuhnya. Sembari menunggu kedatangan Al, Acha dan teman-temannya duduk di ruang tamu. Acha sangat cemas dan beberapa kali mengecek penampilannya. Ia bahkan menghafal beberapa resep kue kering agar tidak memalukan ketika membuatnya bersama Marlina.

Semua ia lakukan agar terlihat sempurna di depan Al dan Marlina. Semalam, ia membuka internet lalu mencari beberapa resep kue kering. Acha tidak tahu kue apa yang akan mereka buat nanti, sehingga Acha menghafalkan kue kering yang familier dan sering dibuat.

"Duh, make up nggak luntur, kan?" tanya Acha ke sekian kalinya. Ia menatap wajahnya di pantulan cermin kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana. Make up-nya harus tetap on point hingga ia kembali ke rumahnya nanti.

Maya memeriksa wajah Acha secara rinci kemudian menggeleng. "Nggak kok. Kamu nggak usah banyak tingkah, nanti keringatan terus luntur."

"Lo pakai rok gitu, emangnya Al naik apa?" tanya Serra sambil melirik rok Acha. Meski tidak pendek, rok itu sedikit ketat. Takutnya Acha tidak nyaman jika menggunakan motor, apalagi motor Al adalah jenis motor sport.

"Al bilangnya naik motor kok, makanya gue berani pakai rok." Acha menepuk-nepuk roknya sambil tersenyum. Rok ini adalah milik Rika yang waktu itu digunakan untuk first date bersama Syarief—Ayah Acha. Lalu, tiba-tiba layar ponselnya menyala.

[Alister]

[Gue di depan.]

"Eh, Al udah di depan!" pekik Acha yang langsung berdiri. Ia mengintip jendelanya. Ada sebuah mobil yang terparkir di depan pagar. Buru-buru Acha mengambil tasnya lalu berdiri tegap. "Cek gue lagi. Udah cantik belum?"

"Udah, ya Allah!" jawab Serra gemas. Pasalnya, Acha sudah menanyakan hal itu berkali-kali dan penampilannya tidak ada perubahan apa-apa—tetap sama. "Buruan, ditungguin tuh!"

Acha, Serra, dan Maya berjalan beriringan menuju pagar. Setelah pagar dibuka, Al keluar dari mobilnya untuk menghampiri Acha. Acha langsung menyambut Al dengan senyum lebar. Pakaian Al yang tergolong kasual membuat Acha meleleh dibuatnya. Terutama rambut Al yang sedikit berantakan karena efek bangun tidur.

Al menatap Acha dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan perlahan. Jujur, ia sedikit terpesona dengan penampilan Acha hari ini. Gadis itu menggunakan pakaian yang sopan dan memberi kesan feminin. Acha jadi tampak lebih kalem dari sebelumnya dan ... Al sedikit menyukai perubahan itu.

"Heh, lo bengong ya? Kenapa? Udah ngerasa kalau Acha cantik?" tegur Serra yang langsung membuyarkan lamunan Al.

Al berdecak kesal. "Lo Mak Lampir yang waktu itu telponan sama Bagas, ya?"

Serra langsung mendelik karena tidak terima diledek seperti itu. "Enak aja! Berani banget lo ngatain gue gitu?!"

Buru-buru Acha menengahi. Ia tidak mau acaranya terlambat karena pertengkaran Al dan Serra. Setelah berpamitan kepada dua temannya, Acha berjalan mendekati mobil Al. Al pun membukakan pintu mobilnya untuk gadis itu.

Selanjutnya, mobil Al melaju meninggalkan kompleks mewah itu. Dalam mobil, pandangan Acha hanya lurus menatap jalanan. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Al yang menyadari itu langsung menatap Acha dengan heran. Bukannya Al terlalu memperhatikan Acha, tetapi tidak biasanya gadis itu se-pendiam ini. Al jadi bingung harus berbuat apa.

"Tumben diem?" celetuk Al mencairkan suasana.

"Duh, gue kok takut ya, Al?" Acha memegang dadanya yang berdebar kencang. "Gue tuh takut bikin kesalahan di depan calon suami sama calon mertua."

Al melirik Acha yang menyengir dengan kesal. Rupanya, gadis itu tidak berubah. "Ngapain takut? Lo udah cantik gitu, terus pakaiannya juga sopan. Nyokap gue nggak bakal nilai lo yang jelek-jelek," kata Al.

Acha semakin memperlebar cengirannya lalu menepuk lengan Al. "Ah, jadi makin sayang kalau dipuji gini."

Al menghela napas. "Gue puji biar lo nggak bisu. Serem gue lihatnya."

Acha mengulum senyumnya. Entah kenapa, hari ini tingkat baper Acha melonjak tinggi. Apa pun yang Al lakukan terasa manis dan membuat Acha berdebar sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!