NovelToon NovelToon
The Last Class

The Last Class

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Enemy to Lovers
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alona~

Di SMA Triguna Jaya, kelas 11 IPS 5 dikenal sebagai "Kelas Terakhir." Diremehkan oleh murid lain, dianggap kelas paling terakhir, dan dibayangi stigma sebagai kelas "kurang pintar," mereka selalu dianggap sepele. Namun, di balik pandangan sinis itu, mereka menyimpan sesuatu yang tak dimiliki kelas lain: talenta tersembunyi, kekompakan, dan keluarga yang mereka bangun sendiri.

Ketika cinta segitiga, persaingan ambisi, dan prasangka mulai menguji persahabatan mereka, batas antara solidaritas dan perpecahan menjadi kabur. Apakah mereka bisa menjaga mimpi bersama, atau akan terpecah oleh tekanan dunia luar?

©deluxi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alona~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Kemenangan, Fitnah, dan Baku Hantam

...Hallo hallo sayang sayangku 🌷...

...۪ ׄ ۪ 🎀 Disclaimer‼️: ׂ 𖿠𖿠...

...Semua cerita ini hanyalah cerita fiksi. Jika ada kesamaan dari nama, karakter, lokasi, tokoh, itu semua karena unsur ketidaksengajaan. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis. ...

...۪ ׄ ۪ 🌷 Happy Reading 🌷: ׂ 𖿠𖿠...

Tak ada yang menyangka bahwa dalam perlombaan Agustus kali ini, kelas IPS Lima hampir memborong semua piala. Meskipun tidak semua kategori mereka menangkan, mereka berhasil membawa pulang delapan piala sekaligus dari berbagai kompetisi sekolah, mulai dari futsal putra, basket putra-putri, fashion show, tarik tambang putra-putri, hingga pentas seni.

"ASIK! MENANG BANYAK PIALA WOY!" seru Hanif sambil mengangkat piala ke udara.

Jia yang melihat teman-temannya tertawa bahagia, ikut tersenyum. Walaupun ia harus terluka akibat insiden futsal, melihat hasil yang mereka dapatkan membuat Jia bangga. Kali ini, ia merasa berhasil menjadi ketua kelas mereka.

Jendra yang berdiri di sebelahnya, menepuk pundak Jia pelan. "Lo berhasil, Ji. Lo keren!" pujinya.

Jia terkekeh mendengar pujian itu, "Bukan gue yang keren, Jen. Tapi mereka yang memenangkan lomba yang keren, kalau gak ada mereka, gak mungkin menang."

"Tapi, kalau gak ada lo yang bimbing mereka, mereka juga gak bakal menang," ucap Jendra dengan lembut, tak lupa ia menyunggingkan senyuman yang mampu membuat Jia merasa tenang.

"Jia! Mu foto dulu gak? Mending foto dulu yok! Buat di masukin di IG kelas! Ajak Pak Chandra juga!" seru Kalisha, yang langsung disambut setuju oleh semuanya.

Mereka langsung mengambil posisi dengan piala di depan mereka dan Pak Chandra di tengah-tengah mereka. Jildan sebagai fotografer mengatur posisi supaya gambar mereka terlihat keren di kamera. Foto pertama, mereka melakukan pose normal, namun makin ke sini mereka melakukan pose yang nyeleneh membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal.

Sementara anak-anak IPS Lima merayakan kemenangan dengan penuh kebanggaan, di sudut lapangan, anak-anak IPA Dua menatap mereka dengan penuh kebencian.

Abel mendengus kesal. Sejak insiden ia menyenggol Jia saat futsal, ia diserang habis-habisan di media sosial. "Gue gak yakin kalau mereka menang itu pake orang dalem," ucapnya, membuat teman-temannya menatapnya bingung.

"Maksudnya?"

Abel memutar bola matanya malas, "Ya kalian liat aja sendiri, Pak Chandra selalu ada pas mereka lomba, dan mereka selalu menang!"

Ruby di sebelahnya mengangguk setuju, "Kayanya mereka nyogok juri gak sih? Soalnya kan tiap lomba Agustus tahun kemarin, mereka boro-boro borong piala, menang satu perlombaan aja kagak," ucapnya.

Tiba-tiba satu ide licik muncul di pikiran Abel, ia tersenyum sinis ke arah mereka, "Liat aja, gue gak bakalan diem! Gara-gara mereka, gue jadi di hujat sama warga sosmed!"

Setelah mengatakan hal itu, ia langsung pergi meninggalkan lapangan, mengabaikan IPS Lima yang semakin heboh merayakan kemenangan mereka.

...🌷 🌷 🌷...

"Eh gue minjem pialanya dong, mau jj sambil pamer nih!" seru Haikal pada Sabi dan Gisella, yang tengah menata piala di rak.

"Gue ikut, Kal!" sahut Sandi.

"Gue juga, gue juga!" Raden menimpali.

"Gue ikut!" Hanif berseru antusias.

"Gassken!"

Namun tiba-tiba─── Praghh!

"Aww, sakit as*!" Haikal meringis saat Sabi tak sengaja menjatuhkan bingkai foto kelas mereka, yang menyebabkan kaca bingkai tersebut pecah.

Mata Sabi langsung melebar panik. Ia buru-buru turun dari meja dan memunguti pecahan kaca. Semua orang yang awalnya acuh tak acuh, kini mereka langsung mengerubungi Sabi guna melihat apa yang terjadi.

"Ko bisa jatuh, Sab?" tanya Jendra.

Sabi menggeleng. "Kegeser sedikit tadi Jen, pas gue lagi beres-beres gak sengaja nyenggol poto," jelasnya.

Juan yang tengah asik ngemil keripik kaca buatan Hanna langsung menyahut, "Kata orang, kalau bingkai poto jatuh, pasti bakalan ada sesuatu buruk yang akan terjadi. "

"Shut! Gak boleh ngomong sembarangan!" tegur Shaka di sebelahnya.

Jia yang entah kenapa tiba-tiba merasakan perasaan tidak enak, ia cemas, takut sewaktu-waktu kelas mereka mendapatkan masalah baru.

"Semoga gak terjadi apa-apa ya, Tuhan," gumam Jia.

"Guys, ayo bantu Sabi buat beresin pecahan kaca nya. Lihat-lihat sampe bersih, soalnya pecahan kaca kecilnya suka sembunyi."

"Ay ay kapten!" seru mereka dengan serempak.

Kring...

Kring....

Kring. ....

Be berbunyi pertanda jam istirahat pertama telah tiba, membuat anak-anak IPS Lima langsung berhamburan ke luar kelas. Seperti biasa, mereka berjalan secara beriringan, kalau kata Sandi mereka udah kaya orang yang mau tawuran kalau beriringan kaya gini.

Suasana kantin terlihat ramai, banyak orang-orang yang membuat mereka saling berdesakan. Tak lama kemudian, mereka kemudian duduk di meja yang berdekatan. Kalau di satuin kan ga mungkin ya? Orang banyakan gitu, mana muat?

"Oy oy, lu pada mau pesen apa? Ayo buruan, biar gue yang pesanin," tanya Nade yang entah ada angin darimana, kali ini ia bersedia memesankan pesanan teman-temannya.

Hanif mengacungkan tangannya, "Nad! Gue pesen mie ayam!" serunya.

"Lo gak di ajak! Ini khusus para cewe ya! Kalau lo mau gue pesanin, jadi cewe dulu," kekeh Nade membuat Hanif dan kawan-kawannya mendengus sebal.

"Udah, sini gue pesanin dah, mumpung gabut gue, " ucap Eric dengan santai.

Haikal memicingkan matanya curiga, setau dia Eric ini tipikal orang yang enggan dibebani pesanan sama teman-temannya. "Tumbenan lo? Biasanya kan--"

"Halah, ayo cepat ikut gue!" sela Eric yang langsung menarik Haikal untuk ikut bersamanya.

"WOY AS*! SANTAI DONG!" bentak Haikal tat kala tangan kekar Eric mengapit kepalanya.

Sedangkan di lain sisi, para anak perempuan tengah serius membincangkan para pria adik tingkat mereka terlihat lebih mempesona. Awalnya, semuanya berjalan dengan mulus, sampai tiba-tiba satu gelas berisi minuman dingin tumpah membasahi tubuh Jia.

Byurrr!

Semua orang terkejut melihat adegan tersebut, bahkan mereka yang duduk satu meja dengan Jia pun terkejut, karena kejadiannya begitu cepat.

"Upss! Maaf, gak sengaja," ucap perempuan yang baru saja menuangkan minuman tersebut.

Gisella yang memang paling gampang tersulut emosi langsung menggebrak meja dengan keras.

Brak!

"MAKSUD LO APA?! LO BUTA?!" Gisella berteriak membuat seisi kantin mendadak sunyi. Semua mata tertuju pada mereka.

Para anak kelas lelaki pun langsung bergegas berlari ke arah mereka. "Ini ada apa? Jia? Baju lo kenapa basah?" tanya Jendra dengan bingung.

"Noh! Si Abel gembel yang tumpahin minuman itu ke tubuh Jia! Udah gila kali tu orang," sungut Gisella sambil menunjuk ke arah Abel dkk.

Gadis itu adalah Abel beserta kawan-kawannya Ruby, Izzel, dan juga Riska. "GUE UDAH BILANG KALAU GUE GAK SENGAJA!" balasnya dengan keras.

"Kalau lo emang gak sengaja, harusnya gue lah yang kena tumpahan airnya, bukan Jia! Jelas jelas tempat duduk Jia jauh!" sahut Luna.

"Kalau mau cari gara-gara ngomong aja! Gak usah basi basi yang secara omongan lo itu basi! Sampah! Gak guna!" lanjut Sabi dengan tatapan sinisnya.

Nyali Abel sedikit ciut melihat tatapan itu, namun ia berusaha memberanikan diri untuk maju satu langkah, toh teman-temannya juga ada di belakang dia, ngapain harus takut?

Abel tertawa sinis, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Ckck songongnya kalian ini, mentang-mentang borong semua piala, kalian pikir udah keren? Modal orang dalem aja bangga," sindirnya.

"Maksud lo bilang orang dalem apa? Lo punya bukti?" Renal bertanya dengan geram.

Raka, salah satu anak kelas IPA Dua berjalan maju, kedua tangannya ia simpan di saku celana, "Lo pikir kita bego? Masa kelas buangan kaya kalian bisa menang futsal sama basket? Oh, atau jangan-jangan karna ada Pak Chandra? Dia kan sering keliatan waktu lo pada lomba, btw di sogok berapa juta?" tanyanya dengan nada meremehkan.

Semua anak IPS Lima saling pandang, lalu tertawa. "Jadi lo nuduh kalau kelas kita nyogok? Gak level banget sumpah, otak lo kayanya ketinggalan di toilet deh, mata lo juga noh, bisa liat kan pas basket sama futsal unggulan siapa? Lo buta atau gimana?" Felix sebagai kapten basket buka suara.

Raka berdecih, "Dari dulu juga kelas lo gak pernah menang basket sama futsal!" tegasnya.

"Lah? Kocak lo! Udah tau kapten basketnya aja kelas kita, buta atau gimana dah lo?" ucap Raden dengan emosi.

"Halah banyak gaya lo!"

Bugh!

Tanpa basa basi, Raka langsung menghajar Felix di depannya dengan emosi. Semua orang di sana syok, Felix yang tidak terima pun langsung menghajar Raka dengan bogeman keras. Dan terjadilah adegan baku hantam anatara kelas IPS Lima VS IPA Dua.

Semua orang yang menyaksikan pun berteriak histeris, bahkan anak perempuan pun ikut baku hantam. Di sini hanya Jia dan Yira saja yang tidak ikut baku hantam, ia bingung harus bagaimana.

Jia berlari ke arah Jendra, "Jen, udah Jen. Jangan kaya gini, " Jia berusaha memisahkan Jendra dan anak IPA Dua.

Namun, saat Jia berusaha menghalangi Jendra, lawan Jendra tak sengaja malah mendorong Jia dengan keras, bahkan pelipis Jia berdarah karena terbentur pada ujung meja dengan keras.

"JIA!" semua orang berteriak histeris, dan di waktu yang sama suara teriakan terdengar menggelegar.

"BERHENTI!"

Pak Rian─── guru BK mereka berjalan dengan membawa tongkat panjang, matanya tajam, rahangnya mengeras, adegan baku hantam pun seketika berhenti.

Bugh! Bugh! Bugh! Bugh!

Pak Rian memukuli satu persatu siswa yang ikut berkelahi dengan tongkat panjangnya. "NGAPAIN ADU HANTAM KAYA GITU, HAH?! MAU JADI JAGOAN?!" bentaknya.

Pak Rian mengedarkan pandangannya pada orang-orang yang tadi ikut berkelahi, "KALIAN INI PEREMPUAN! KALIAN ITU HARUSNYA LERAI BUKANNYA MALAH IKUTAN BERANTEM! DASAR BODOH!" hardiknya.

Mata tajamnya menatap ke arah Jia. "KAMU JUGA, JIA! KAMU GAK PERNAH BECUS JADI KETUA KELAS! GAK BERGUNA PRESTASI PIAGAM DAN PIALA KAMU ITU! EMANG DASAR PARASIT!" hinanya.

Jia menunduk, hatinya terasa sakit mendengar hinaan yang keluar dari mulut gurunya sendiri. "Maaf, Pak," lirihnya.

"Sebenarnya siapa yang mulai perkelahian ini? Pasti kalian anak-anak IPS kan?!" tanyanya masih dengan nada ketus.

"Kelas IPA yang duluan nonjok Felix," jawab Juan dengan berani, bahkan ia berani menatap mata tajam Pak Rian.

"Halah, gak usah alasan, saya yakin pasti kalian. Saya tau bagaimana anak IPA, gak mungkin kalau mereka bikin ulah duluan," ucapnya membuat anak IPA menyunggingkan senyuman kemenangan, merasa Pak Rian ada di posisi mereka.

"Lah? Ko gitu, Pak? Kalau bapak gak percaya bapak tanya aja sama───"

"Saya gak terima penjelasan! Kalian tetap pelaku utama!" sela Pak Rian.

"Buat anak-anak IPS Lima, kalian hormat di lapangan sampai jam terakhir. Dan untuk anak-anak IPA Dua, kalian bersihkan semua toilet, lalu boleh masuk kelas! Ayo sekarang kerja-"

"Pak! Gak adil dong! Di sini kami yang jadi korban bukan pelaku! Bapak gak bisa seenaknya ngasih hukuman! Sedangkan bapak aja gak tau siapa yang salah siapa yang benar!" dengan berani, Haikal berderi dan menyela ucapan Pak Rian.

Pak Rian maju satu langkah, matanya tajam seperti ingin melahap Haikal hidup hidup, "Ngomong apa kamu barusan? Korban? Korban kamu bilang?"

Bugh!

"Jika tidak terima, silahkan keluar dari sekolah ini!" ucapnya lalu pergi setelah berhasil memukul kembali Haikal dengan tongkat panjangnya.

"Makanya, gak usah songong! Tau rasa kan lo?" sinis Raka lalu pergi bersama teman-temannya.

Mereka semua terdiam, menahan amarah yang sepertinya akan membludak detik itu juga. "BANGS**!" umpat semuanya dengan serempak.

Jendra berdiri lalu berjalan ke arah Jia, "Lo gapapa, Ji? Ayo bangun, biar gue bantu obatin luka lo," ucap Jendra dengan lembut.

Mau tak mau mereka menjalankan hukuman dari Pak Rian, meskipun banyak sekali sumpah serapah yang mereka lontarkan.

...🌷 🌷 🌷...

Visual tambahan

...Aku gak bakalan bosan bosan mengingatkan kalian, jangan lupa tinggalkan jejak ya, seperti vote, komen, dan tambahkan ke favorit kalian ya😉🌷...

...Sampai ketemu di part selanjutnya 🌷...

...ִ ׄ ִ 𑑚╌─ִ─ׄ─╌ ꒰ To be continued ꒱ ╌─ׄ─۪─╌𑑚 ۪ ׄ...

1
deluxi☁
baguss
Diana (ig Diana_didi1324)
hai thor ceritanya menarik aku suka bacanya, aku baca sampai sini dulu ya yuk mampir juga dikaryaku
deluxi☁: terimakasih kakk sudah mampir🥰🥰 okeyy nanti aku mampir 🌷🌷
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!