NovelToon NovelToon
"Berbagi Cinta" 1 Hati 2 Aisyah

"Berbagi Cinta" 1 Hati 2 Aisyah

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Perjodohan
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: wheena the pooh

Ketika seorang perempuan tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan yang baru seumur jagung, Humairah rela berbagi suami demi mempertahankan seorang pria yang ia cintai agar tetap berada dalam mahligai yang sama.

Aisyah Humairah menerima perjodohan demi balas budi pada orangtua angkatnya, namun siapa sangka pria yang mampu membuatnya jatuh cinta dalam waktu singkat itu ternyata tidaklah seperti dalam bayangannya.

Alif Zayyan Pratama, menerima Humairah sebagai istri pertamanya demi orangtua meski tidak cinta, obsesi terhadap kekasihnya tidak bisa dihilangkan begitu saja hingga ia memberanikan diri mengambil keputusan untuk menikahi Siti Aisyah sebagai istri keduanya.

Akankah Alif adil pada dua
Aisyahnya? atau mungkin diantara dua Aisyah, siapa yang tidak bisa bertahan dalam hubungan segitiga itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Humairah kembali ke kegiatan rutinnya di kampus, tidak ada mata kuliah lagi pada semester akhir ini melainkan hanya fokus ke tugas skripsi dan menyelesaikan seminar-seminar magangnya bulan lalu.

Bertemu Lola dan Aji pun sudah jarang karena kesibukan masing-masing dalam menyelesaikan tugas skripsi yang menyita lebih banyak waktu pribadi, jadwal konsul dan dosen pembimbing yang berbeda menjadi alasan mereka jarang bicara, terlebih Humairah masih menggeluti les piano yang menjadi kesukaannya akhir-akhir ini.

Menjinjing sebuah tas berisi buku-buku tebal untuk ia kembalikan ke perpustakaan kampusnya, Humairah melewati koridor menuju ke sana. Tanpa sengaja ia juga harus melewati sebuah ruangan yang menjadi sekretariat BEM kampus itu.

Langkahnya terhenti saat bertepatan dengan Rasya yang baru keluar dari sana besama seorang wanita yang juga merupakan rekan sesama anggota BEM.

"Mairah..."

"Oh, Rasya....." jawab Humairah cukup tertegun, mereka telah lama tidak bertemu.

"Apa kabar?" tanya Rasya yang juga tercengang dan tampak canggung.

"Alhamdulillah, aku baik." Humairah menjawab singkat.

"Tidak, kau tampak tidak baik-baik saja. Aku meragukannya," ujar Rasya yang matanya menatap Humairah dengan tajam.

"Jangan suka menebak, ayolah aku mau lewat."

"Ckkkk.... Kau pandai menyembunyikannya sesuatu Mairah aku tahu betul itu. Aku bisa menebak, apa hubunganmu dengan suamimu tidak baik?"

Humairah menjadi jengah, ia tidak menjawab melainkan segera melangkah pergi, namun Rasya menghadang jalannya.

"Rasya berhenti, jangan konyol ini kampus. Aku tidak ada urusan dengan mu lagi."

"Aku berdiam diri selama ini bukan berarti aku melepaskanmu begitu saja Mairah, kau pikir cintaku sedangkal itu? Tidak sayang, aku bahkan mencari tahu semua tentangmu setelah kau menikah, aku tahu semuanya Mairah," ucap Rasya dengan nada meyakinkan.

Humairah menatap Rasya dengan raut tidak suka, ia tahu apa yang tidak bisa Rasya lakukan selama ini.

"Kita sudah tidak ada hubungan, jangan mencampuri urusan rumah tanggaku!"

"Ketahuilah Mairah, kau sedang dipermainkan dua lelaki sekaligus. Aku tahu semuanya, bahkan aku tahu kau dikunjungi hanya beberapa kali setelah menjadi madu yang baik. Aku tidak menyangka kau selemah ini," tukas Rasya lagi.

Humairah tertegun, ia tidak menyangka bahwa Rasya tahu tentang pernikahannya sejauh itu.

"Kau lihat saja nanti, sampai hari itu tiba jika kau sudah tidak bisa bertahan, sadarilah aku selalu setia menunggu jandamu, jangan ragu untuk kembali padaku," ucap Rasya seraya meraih tangan Humairah.

Segera Humairah menepisnya.

"Maaf Rasya aku cukup kecewa kau menyumpahi ku menjadi janda, aku rasa kau terlalu mencampuri urusanku. Minggirlah, aku mau lewat."

Humairah berjalan menjauh.

"Rasya!" bentak Humairah saat lelaki itu menghadangi jalannya lagi.

"Aku belum selesai bicara!"

"Aku tidak ada urusan denganmu, sebaiknya kau perhatikan raut cemburu pacar barumu itu."

Rasya menoleh pada gadis yang sedang menunggunya dengan raut bingung di sana, tidak jauh dari mereka saat ini.

"Dia bukan pacarku!" kilah Rasya.

"Aku tidak peduli," jawab Humairah.

"Tapi aku peduli padamu, selama ini aku enggan mengganggu kesibukan magangmu, aku begitu ingin bicara ini padamu Mairah, jangan percaya pada dua lelaki seperti itu, mereka tidak patut untuk dicintai apalagi dipertahankan, mereka hanya menyamaimu dengan barang."

"Apa maksudmu? Jangan mengada-ada Rasya, aku tahu kau sakit hati padaku tapi tidak seperti ini juga, aku mohon jangan urusi rumah tanggaku lagi, kita bukan siapa-siapa. Aku juga berharap kau segera mengingat skripsi mu, apa kau mau jadi mahasiswa abadi? Aku mungkin akan lulus lebih dulu darimu," Humairah berkata menahan kesal seraya beranjak pergi dari mantan kekasihnya itu.

****

Humairah berjalan memasuki hutan, ia berjalan seorang diri, terbiasa sendiri.

Siapa yang akan menyangka dibalik sebuah hutan itu terdapat danau yang indah, pemandangan yang menyejukkan mata, airnya hijau riaknya terdengar seiring angin menyapa airnya.

Humairah sering kemari, jika ia penat akan rutinitas kuliahnya ia akan menyegarkan kembali otaknya dengan menghirup udara segar tepi danau ini.

Baru saja akan sampai, mata Humairah melihat ada orang lain di sana.

Ia cukup terkejut saat mendapati seorang lelaki yang ia kenal, berdiri fokus menatap pada air danau yang begitu enak dipandang.

"Mas Daffa?"

Lelaki itu menoleh, tidak dipungkiri ia juga terkejut bisa bertemu Humairah di sana.

"Humairah?"

Humairah berjalan mendekat, "Mas Daffa tahu tempat ini juga?"

Daffa mengangguk sebelum menjawab, "Iya, aku sudah lama tidak kemari, lalu kau?" tanya Daffa terheran-heran bagaimana ia bisa bertemu wanita idamannya saat ini.

"Aku? Oh aku sudah lama mengetahui tempat ini, jika sedang penat dan butuh inspirasi aku sering kemari dengan temanku, entahlah aku suka tempat ini, hening tapi sungguh bermakna meski hanya hembusan nafas yang terdengar."

Humairah berdiri di samping Daffa, matanya menatap air danau yang menenangkan hatinya dari rasa kesal atas perkataan Rasya tadi pagi padanya.

"Aku suka keheningan, entahlah aku juga merasa begitu akrab dengan tempat ini. Aku merasa di sini cukup memberiku kenangan akan masa kecilku meski aku tidak bisa mengingat apapun," ucap Humairah lagi.

"Lalu mas Daffa? Tentu juga punya alasan kemari bukan? Tidak semua orang tahu tempat ini, surga yang tersembunyi begitu aku menyebutnya."

Daffa menatap Humairah tidak berkedip.

"Iya, aku sama sepertimu tentu punya alasan dan kenangan yang bisa diingat dikala penat menyerang kepalaku seperti hari ini. Aku dan Alif bahkan sudah sejak kecil sering kemari. Banyak kenangan di sini, ada satu anak perempuan yang pernah tersesat disini, awal dimana kami bertiga berteman, anak yang manis dan lucu, cantik seperti dirimu."

Daffa tersenyum menatap Humairah sambil membayangkan wajah gadis kecil yang terpatri di hatinya hingga saat ini, Alifpun sama, meski gadis itu masih sangat kecil namun bagi dua pria yang menginjak usia baliqh itu sudah bisa merasakan suatu perasaan aneh di dada mereka.

Mereka berdua menyukai gadis kecil yang berumur hampir sepuluh tahun dibawahnya, gadis itu berumur enam tahun, sedang Daffa dan Alif sudah berumur lima belas tahun lebih ketika itu mereka telah bersekolah kelas tiga SMP.

Daffa tersenyum sendiri mengingatnya, terlebih saat ini sambil memandangi Humairah.

"Tersesat?" tanya Humairah heran.

"Ia, gadis itu bernama Aisyah sama sepertimu, aku juga heran kenapa aku dan Alif selalu dikelilingi wanita bernama Aisyah, Aisyah kecil kami yang menghilang tanpa jejak, sejak hari itu dia tidak pernah kemari lagi, rupanya Aisyah kecil sudah pindah dibawa orangtuanya tidak tahu ke kota mana."

"Kami kehilangannya, suamimu menjadi cukup terpukul, padahal dia berencana melamarnya ketika kami dewasa, Alif menyukai Aisyah kecil suamimu bilang itu mungkin adalah cinta pertamanya, konyol bukan? Tapi aku tidak menampik, aku pun merasa hal yang sama aku juga menyukai gadis imut itu, hanya sayang saja dia terlalu kecil untuk ku pacari waktu itu."

Daffa mulai bercerita sambil tertawa pelan, sungguh ia larut dalam kenangan indah masa ia dan Alif menginjak usia remaja waktu itu.

"Aisyah sahabatku yang jadi istri kedua Alif sekarang juga teman kami sejak saat itu, dia pindah ke sekolah kami dan bertetanggan dengan ku, dia memang menyukai Alif sejak SMP, jadi tidak heran dia bisa mendapatkan Alif saat ini karena Alif sungguh terobsesi pada setiap wanita bernama Aisyah, bahkan ketika kuliah Alif pernah juga punya kekasih lain bernama Aisyah juga, ya ampun ini memalukan untukku cerita padamu."

"Ketahuilah Humairah aku dan Alif sama konyolnya jika berurusan dengan perempuan bernama Aisyah, aku bahkan meminta ibuku menamai adikku dengan nama Aisyah jika dia perempuan, tapi sayang ibuku tidak ingin menambah anak lagi, untung saja adik laki-laki ku bernama Rasya, yang penting ada sya di ujung namanya," ucap Daffa panjang lebar, ia terkekeh sendiri mengingat semua itu.

Tanpa ia sadari, Humairah sudah memegangi kepala di sampingnya, wanita itu tampak kesakitan pada kepalanya.

"Humairah? Kau kenapa?" tanya Daffa cemas.

"Aku.... Aku.... Ini sakit sekali," cicit Humairah terbata.

Ada banyak bayangan yang beterbangan di otaknya saat mendengar cerita pria di sampingnya itu, bayangan yang datang silih berganti namun masih samar untuk diingat, kenangan demi kenangan itu bermunculan bagai lampu blitz yang hidup dan mati bergantian, hidup lagi lalu mati lagi. Terang wajah satu-satu dari mereka yang menjadi masa lalu yang menghilang dari ingatan Humairah perlahan menampakkan diri dalam sebuah bayangan yang terngiang di otaknya saat ini.

Humairah kian menegang, kepalanya sakit luar biasa, airmatanya pun mengalir tanpa ia sadari.

"Humairah?"

"Ayah, ayah jangan tinggalkan aku! Ayah.... Ayah aku takut, ayo jemput aku, aku tersesat. Aku tidak tahu ini dimana, aku takut," ucap Humairah tanpa sadar, ia lunglai ke tanah sambil memegangi kepalanya.

Ia meracau sesuatu yang tidak jelas, Daffa tampak cemas ia berulang kali menyadarkan wanita itu namun sia-sia.

Sampai pada sebuah tangisan terdengar, Humairah kembali meracau. "Kak Mayang, kak Mayang.... jangan tinggalkan aku, aku tidak tahu tempat ini. Jemput aku, nanti ayah bisa bingung mencariku, kak Mayang aku takut...."

Humairah menangis tersedu, ia memejamkan matanya, tubuhnya kian melemah sampai ia terjatuh lagi namun kali ini ia tidak sadarkan diri.

Daffa bertambah cemas, ia segera menggendong Humairah tanpa berpikir panjang ia tidak ingin terjadi sesuatu pada wanita itu.

*****

Panjaaaang kan? ini ku gabung 2 part sekaligus.

Maaf ya aku slow up karena anak lagi sakit, ambyarrr semua tulisanku. 🙏🙏🙏

1
Linda Ida
Luar biasa
Silvi Vicka Carolina
pepsodent ..odol sejuta umat
Nimas Bin Udin
uup
Nimas Bin Udin
aliif heboh bangeet
Nimas Bin Udin
sangat berkesan sekali y momen yg membahagiakan
Nimas Bin Udin
y lanjuut
Nimas Bin Udin
emang y nama aissah itu istimewa sekali
Nimas Bin Udin
lanjuut
Nimas Bin Udin
mau ath d gendong
Nimas Bin Udin
apakah akan kembali bersatu semoga y
Nimas Bin Udin
y kepercayaan itu mahal ..d gantung lah alif
Nimas Bin Udin
rusak semuanya
Nimas Bin Udin
Uda g jelas arahnya ini bisa bisa Alif yg jdi jahat
Nimas Bin Udin
makanya jangan bersikap seenak jidatmu. g semua perempuan busa d perlakukan sesuka hatimu ..alif
Nimas Bin Udin
ada kemajuan tu Alif...tp tetep aja merasa deg deggan gimna nanti klo Humaira inget beneran
Nimas Bin Udin
Alif terlalu lebay aah
Nimas Bin Udin
pacaran LG Doong
Nimas Bin Udin
itu suamimu Humairah
Nimas Bin Udin
namanya Daffa kenapa JD Alif .Daffa bikin masalah aja
Nimas Bin Udin
bang Alif taksi onlen..pintar jg Alif 😁😁😁😁👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!