Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Dan beberapa minggu setelah membuat perjanjian dan melakukan hubungan semuanya berjalan lancar tanpa kendala namun ada saja yang membuat Laura terganggu.
Contohnya saat Tania tiba tiba datang semaunya kerumah Alva dan berlaga seperti pemilik rumah, itu membuat moodnya sedikit rusak.
Alva tidak mengetahui kedatangan kekasihnya karena dia tidak pernah melihat cctv lagi beberapa hari ini.
"Kak Laura gaunnya sangat cantik Aliva suka," ucap gadis mungil itu sembari berputar putar memperlihatkan gaunnya.
"Syukurlah jika kau suka," kata Laura dengan senyum manis.
"Bagaimana denganku?" Tanya Alvi saat keluar dari ruang ganti.
Laura tidak memudarkan senyumannya melihat dua bersaudara itu sangat antusias dengan pakaian yang mereka pakai.
"Kak Alvi tampan sekali," jawab Aliva.
"Sudah pasti."
"Ah ya kak bagaimana jika kita mengundang kak Laura untuk datang ke acara nanti malam?" Usul Aliva.
"Mm boleh saja tidak ada masalah," kata Alvi.
"Ehh jangan itu acara keluarga kalian aku tidak bisa," saut Laura.
"Ayolah kak keluarga kami pasti senang dan mereka akan memesan pakaian padamu."
"Baiklah deal aku akan menjemputmu nanti malam ditempat ini," ujar Alvi.
Keduanya melakukan tos karena berhasil mengajak Laura, menurut mereka Laura adalah seseorang yang bisa menghadirkan tawa jadi tidak terlalu membosankan saat acara nanti.
"Aku tidak bisa memastikan tapi aku perlu meminta izin seseorang," ucap Laura.
"Kekasihmu?"
"Bukan."
Alvi hampir mengeluarkan wajah seriusnya untung saja Laura menjawab dengan cepat.
"Baiklah kami harus kembali nanti kak Alvi akan menjemput kak Laura," kata Aliva.
Keduanya meninggalkan butik setelah mengganti pakaian dan membawa rancangan Laura pulang ke rumah.
"Alva tidak mungkin membiarkan ku pergi," gumam Laura sembari menggigit bibirnya.
"Tidak ada salahnya mencoba," ucap Laura.
Gadis itu memutuskan untuk menghubungi Alva dan meminta izin.
"Halo."
"Kenapa Laura?" Tanya Alva.
"Mm seorang teman mengajakku kerumahnya, apa boleh aku pergi?"
"Pesta alkohol?"
"Bukan bukan ini hanya acara keluarga mereka," jawab Laura.
"Baiklah aku juga tidak pulang malam ini," ucap Alva.
"Boleh?"
"Mm"
Laura mengembangkan senyum manisnya karena untuk pertama kali Alva mengizinkan gadis itu pergi.
"Ingat jangan menyentuh alkohol hanya boleh meminum air putih atau jus jangan lupa minum vitamin," kata Alva dengan nada serius.
"Iya aku tidak akan melakukannya," ucap Laura antusias.
Setelah meminta izin Laura bersemangat menyiapkan pakaian untuk dirinya sendiri, tidak perlu waktu lama untuk mendesain pakaiannya karena Laura sudah tahu konsep acara itu.
Disisi lain Alvi dan Aliva pulang kerumah mereka, tampak para pelayan sibuk menyiapkan sambutan acara untuk nanti malam tapi keduanya tidak peduli karena acara itu sangat tidak penting.
"Kak Alva!!" Teriak Aliva dari bawah saat melihat Alva menuruni anak tangga.
"Hay sayang," ucap Alva.
Aliva berlari dan memeluk kakaknya karena pria itu hampir tidak pernah pulang satu bulanan lebih.
"Kau sudah tidak menyayangi keluarga ini, tidak pernah pulang anak macam apa kau," kata Aliva kesal.
Alva mencium kening adiknya dengan senyum manis, sepertinya Alva memiliki tugas untuk membuat mood adiknya kembali.
"Pecat saja menjadi keluarga," saut Alvi tak kalah kesalnya.
Alva menuruni tangga lalu memeluk Alvi untuk membujuknya juga, setelah Aliva dia juga harus membujuk Alvi untuk tidak marah.
"Maafkan aku," kata Alva.
"Cihh Aliva dia siapa? Kenapa orang asing ini tiba tiba memelukku," ucap Alvi.
"Isshh kakak ini tidak lucu ya," Alva tidak suka dianggap sebagai orang asing dan dia akan berbalik tidak menyapa Alvi.
"Baiklah baiklah kali ini aku maafkan tapi awas saja jika kau mengulangi nya dan tidak pulang," ucap Alvi.
"Iya janji kak."
"Papa dan mama dimana kenapa aku belum melihatnya sampai sekarang?" Tanya Alva.
"Matamu buta ini siapa?" Saut nyonya Michelle.
Alva melihat kearah meja makan dan ternyata mamanya sudah memperhatikan sedari tadi tapi Alva tidak sadar.
"Mama."
Alva langsung memeluk nyonya Michelle dengan senyum manis.
"Papa mana ma?" Tanya Alva.
"Itu." Nyonya Michelle menunjuk ruang tamu.
Alva melepas pelukannya dan berjalan menuju ruang tamu, untuk Alvi, Aliva, dan mamanya mungkin Alva berani bermain main tapi tidak dengan tuan Leonard.
Mereka akan berbicara secara formal karena papanya sangat disiplin, itu juga yang membuat Alva tidak betah berada dirumah.