NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 DBAP

"Dasar bajingan kamu!" teriak Arsen, suaranya menggema, mengguncang seisi ruangan. "Apa kamu nggak mikir dua kali sebelum lakukan itu?! Hidup Naya sekarang berantakan karena kamu!"

Zayan mengatupkan rahangnya rapat. Matanya berusaha tetap tajam, tapi sorotnya mulai bergetar. “Paman… waktu itu aku cuma… aku cuma pengen bermalam dengannya. Kami udah pacaran lama. Tapi dia selalu jaga diri. Aku pikir... aku punya hak. Aku laki-laki, Paman… aku cuma pengen lebih.”

Arsen menghela napas, berat dan panas. Tubuhnya tegang menahan amarah yang menggelegak, hampir tak terbendung.

“Tapi sekarang,” lanjut Zayan dengan suara yang nyaris pecah, “yang lebih bajingan itu bukan aku. Lelaki itu yang ninggalin Naya, yang kabur tanpa tanggung jawab, kenapa Paman nggak kejar dia? Kalau Paman beneran mau bela Naya, harusnya dia yang Paman pukul, bukan aku!”

Tanpa pikir panjang, Arsen mengayunkan tangannya. Satu bogem mentah menghantam rahang Zayan dengan keras, membuat pemuda itu terjatuh menabrak sisi meja.

“Agh—Paman!” Zayan mengerang, darah menetes dari sudut bibirnya.

“Kalian semua sama saja!” Arsen kembali menghantam dengan penuh amarah. “Sama-sama bajingan yang cuma mikir diri sendiri!”

Zayan menatap dari bawah dengan mata yang merah. Di balik sakitnya, ia mencoba mengerti, mencoba menebak luka di balik kemarahan Arsen.

“Paman... marah begini... apa karena Paman juga suka sama dia?” tanyanya lirih, suara tercekat, jujur dan menyakitkan sekaligus.

“Bukan urusanmu!” raung Arsen. Tangannya kembali terangkat, tapi kali ini tertahan.

Dito muncul cepat, memegang lengan Arsen dengan kuat. “Ar, cukup! Kamu mau bikin ponakanmu masuk rumah sakit?!”

“Biarin!” Arsen meronta. Suaranya pecah, bukan hanya karena marah, tapi karena luka yang lama terkubur. “Biar dia tahu, hidup ini nggak bisa seenaknya! Ada akibat dari setiap keputusan, dan rasa sakit itu harus dia tanggung!”

Dito menatap Arsen dalam-dalam. “Arsen, dengar. Apa yang dia bilang ada benarnya. Yang salah bukan cuma dia. Tapi juga laki-laki yang ninggalin Naya dalam kondisi kayak sekarang. Kalau kamu mau bela Naya, cari orang itu.”

Sorot mata Dito seolah menelanjangi masa lalu Arsen. Menuduh tanpa kata.

Arsen memalingkan wajah. Kata-kata itu seperti tamparan. Masa lalu memang tak bisa dihapus. Tapi bukankah dia pernah bersumpah akan bertanggung jawab? Sayangnya, perempuan itu… tak pernah kembali menemuinya.

Ia memandang Zayan yang masih tergeletak. Napasnya berat. “Bangun,” ujarnya dingin.

“Paman… aku udah kesakitan. Jangan rusak wajah tampanku ini,” gumam Zayan, berusaha tersenyum walau kecut.

Arsen menoleh pada Dito. “Obati dia.”

Dito mengangguk dan membantu Zayan duduk di sofa. Ia segera mengambil kotak P3K dan mulai membersihkan luka di wajah keponakannya.

Di tengah kesibukan Dito, Arsen kembali membuka suara, nadanya tajam menusuk. “Kamu ingat ke mana kamu bawa Naya waktu kamu kasih dia obat? Dan kapan kejadiannya?”

Zayan meringis saat kapas menyentuh luka di pelipisnya. “Paman... Paman sungguh mau bantu Naya? Mau cari laki-laki itu?”

“Jawab saja. Atau perlu kutambah pukulan lagi?” Arsen menatap dingin, wajahnya keras tak memberi ruang kompromi.

Zayan menghela napas, suaranya lirih namun jelas, “Apartemen X… hampir dua bulan lalu. Waktunya… kira-kira pas sama usia kehamilan Naya sekarang.”

Arsen membeku. Seakan dunia di sekitarnya berhenti berputar.

“Apa…?” bisiknya nyaris tak terdengar. Matanya menatap lurus ke arah Zayan, tapi pikirannya melayang, terhempas jauh ke dalam kenangan dan bayangan yang selama ini ia tolak untuk percaya.

Darah di wajah Zayan masih mengalir, tapi yang terasa perih justru dada Arsen sendiri. Tenggorokannya tercekat. Sebuah rasa dingin menjalar dari tengkuk ke punggung, lalu ke jantung yang mendadak berdegup tak teratur.

Dito memandangi Arsen dengan tatapan ikut terkejut. “Ar... Jangan bilang...?”

Arsen tak menjawab. Ia terdiam, seolah napasnya tercuri oleh kenyataan yang mulai menyusun kepingan-kepingan kebenaran.

Tak mungkin. Tidak mungkin… Atau justru... sangat mungkin?

Sementara itu, Zayan masih duduk lemas, mulutnya meringis sambil pegang pipi yang bengkak. Belum menyadari perubahan dua lelaki di depannya. Ia masih fokus pada rasa nyeri di wajahnya.

“Pelan, Paman Dito… ini pipiku, bukan papan cucian,” keluhnya sambil menepis kapas.

Baru saja Dito mau lanjut obati, Arsen tiba-tiba berdiri. “Aku pergi. Sekarang.”

“Hah?” Zayan melongo.

Dito reflek berdiri juga. “Aku ikut.”

“Lho?!”

Dan dalam hitungan detik… BAM! pintu tertutup. Sunyi.

Zayan bengong, sendirian.

“Serius…? AKU MASIH BENGKAK NIH!”

Ia melihat kapas, plester, dan salep yang ditinggal begitu saja.

“Dasar dua paman egois… udah mukulin, ninggalin pula. Mana belum ditiupin!”

Zayan menjatuhkan diri ke sofa sambil mendesis, “Harusnya aku minta ganti rugi… minimal liburan ke korea.”

***

Di rumah sakit, Nisa buru-buru menemui Naya. Ia merasa sangat bersalah karena sudah keceplosan mengungkapkan satu rahasia. Saat ia sampai di ruang rawat Naya, ia melihat sahabatnya itu sudah tampak segar dan tidak pucat seperti kemarin.

"Nis, kenapa? Habis lihat hantu?" tanya Naya yang kini berusaha mengubah posisi tidurnya menjadi setengah duduk.

"Nay, jangan banyak gerak, aku naikkan saja kepala ranjangnya," ucap Nisa yang langsung mendapat anggukan dari Naya.

Nisa mengatur posisi ranjang agar kepala ranjang itu lebih tinggi sedikit, supaya Naya bisa mendapatkan posisi setengah duduk.

"Kamu belum jawab kenapa wajah kamu tadi tegang? Aku baik-baik saja, nggak bakal mengakhiri hidup semudah itu," ucap Naya setengah bercanda.

"Kamu masih aja bercanda," Nisa mendekati Naya dan kini duduk di bangku samping ranjang. Ia menggigit bibirnya, seolah ragu ingin memberitahu Naya sesuatu.

Naya yang sudah kenal Nisa dan hampir hafal sikapnya, paham bahwa Nisa ingin memberitahunya sesuatu. "Katakan, Nis."

"Kamu tahu kalau aku ingin bicarain sesuatu padamu?"

"Aku kenal kamu nggak cuma hari ini, tapi sudah hampir empat tahun. Meskipun umur kamu lebih tua," ucap Naya.

"Nay, aku nggak hanya menganggapmu sebagai sahabatku, tapi juga adikku. Jadi aku juga nggak mau menyembunyikan apa pun darimu," ucap Nisa.

"Tapi kamu nggak pernah mau aku panggil kakak. Katamu, kita seumuran."

"Ck, sudahlah, kita jangan bahas ini lagi." Nisa ragu-ragu, namun sentuhan Naya di tangannya membuatnya akhirnya membuka suara lagi, "Tadi entah ada angin apa, dokter Arsen sama temannya yang bodoh datang ke restoran. Dan..."

"Dan?"

"Dan aku keceplosan bicara soal Zayan yang sudah memberikan obat padamu," jawab Nisa.

"Hanya itu?"

"Kamu nggak marah?"

"Enggak, aku malah lega. Biarin keluarga itu ada sedikit rasa bersalah padaku. Kalau Paman Arsen ada sedikit rasa peduli, sekarang aku yakin dia pasti akan memberikan perhitungan pada Zayan."

"Kamu yakin? Dia itu keponakannya, lho."

Naya mengangkat sedikit bahunya. "Cuma asal tebak. Mungkin aku terlalu percaya diri dan kebanyakan nonton film. Tapi sudah, jangan dipikirkan lagi," sahut Naya.

Nisa sekarang sedikit lebih tenang. Lalu ia mengeluarkan ponselnya. Saat membuka salah satu aplikasi, muncul iklan yang sedang trending berjudul Pangeran Mencari Putri dengan Sapu Tangan. Nisa langsung membaca beberapa komentar netizen yang membuatnya tergelak.

"Ada apa?"

"Nay, lihat deh, lucu banget. Masa di zaman sekarang ada pangeran nyari putri pakai sapu tangan. Apa sepatu kaca sudah mahal, ya? Kocak banget!"

"Mungkin hanya untuk nyari cuan di sosmed, jadi bikin judul asal," sahut Naya.

Nisa langsung membuka gambar sapu tangan itu, dan ia cukup mengenalnya. Ia lalu menunjukkannya pada Naya.

"Nay... Sapu tangan ini bukannya..."

1
Kimo Miko
ws pokokke jempol kak👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: terimakasih kakak
total 1 replies
Kimo Miko
wkwkwk..... dito panik dikira nisa mau terbang gak tahunya cuma mau teriak biar beban berkurang. ws ayo lak pulang tanggal pernikahanmu sudah dekat dan juga kasihan kakek meskipun dia salah. kakek melakukan itu karena punya alasan sendiri
Kimo Miko
kejar dito... mana tahan ditinggal nisa. ternyata dito bisa bucin juga
Kimo Miko
lanjut thor ..
Kimo Miko
gak komen thor aku sudah ilfil sama mbokne naya.
Kimo Miko
ada rahasia apa🤔
Kimo Miko
emang ada apa sampai naya terbelalak?
Kimo Miko
coba tes DNA ulang nisa. mungkin ada sabotase waktu kamu tes DNA.
Kimo Miko
waduh... data diri naya belum terungkap malah mamke naya kritis piye coba guys?
Kimo Miko
emang enak.... makanya punya mulut di rem gak asal nyolot. yang kamu sentil adalah orang yang gak bisa disentuh. pelajaran buat kamu dara apalagi kamu lagi koas ... pingin gak lulus?
Kimo Miko
dito itu seorang dokter atau intelejen sih. setiap langkahnya selalu jitu hampir tidak ada yang meleset. coba dito selidiki dan kerjasama dengan kakek salim siapa tahu naya adalah cucu kakek salim yang hilang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dia keturunan mafia, tapi malah jadi dokter
total 1 replies
Kimo Miko
semoga saja nisa adikmu adalah naya.
Kimo Miko
ya ya ya... bingungkan? kedua duanya sama pentingnya . gimana thor siapa yang lebih penting?
Kimo Miko
segeralah terkuak thor siapa naya sebenarnya. sekarang roki dan zayan memetik buah yang ditanam. terima hasil kerasmu ya pak dan anak
Kimo Miko
ahhhh ..... serasa dunia milik mereka berdua
Kimo Miko
so sweetnya.....
Kimo Miko
aku suka cara arsen jika mengingatkan naya. jika arsen keliru harus selalu diingatkan. itulah yang namanya rumah tangga 👍
Kimo Miko
waduh sekalinya sakit hati si puput gak tanggung tanggung utk menyingkirkan roki secara halus. dan anak semata wayang yang di gadang gadang juga telah mengecewakaannya . genap sudah perasaan sakit kecewa dan hancur. ayan bersiap siaplah kamu dari titik terendah untuk memulainya jalan hidupmu
Kimo Miko
bongkar sekalian put. siapa reok. sudah menghabiskan uang berapa aja si reok.
Kimo Miko
sudah saatnya kelicikan keserakahan bapak dan anak terkuak. dari bicaranya si zayan sudah ketahuan jika anak yang dikandung naya bukan anak arsen hak waris jatuh ditangan zayan. itu kan sudah kelihatan. lanjut thor sudah gak sabar ikut tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!