[Colab with kak Mozarella_cha]
[Cerita dalam proses merevisi]
.
.
Cerita ini mengandung adegan yang membuat kalian geleng-geleng kepala dengan antagonis satu ini.
.
.
Rheasya Livynza Quittern, mahasiswi cantik jurusan bisnis yang namanya dikenal karena segala tingkah absurdnya.
Kelakuannya, membuat semua orang pusing tujuh keliling bahkan harus menyetok banyak kesabaran untuk menghadapinya.
Namun bagaimana jadinya kalau Rhea malah mengalami transmigrasi, usai menghirup bau kentut dosen killer.
Jiwanya merasuki tubuh yang memiliki peran sebagai antagonis sebuah novel yang sekilas membaca cerita sinopsisnya saja.
Kali ini antagonisnya sangat berbeda dengan deskripsi tokoh jahat di novel umumnya.
QUEEN BULLYING ❎
Seragam ketat dan make up menor ❎
Dibenci protagonis pria ❎
QUEEN LAVEGOS ☑️
Keluarga harmonis ☑️
Protagonis pria posesif ☑️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fasya_bby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - A?NP!
Adelia mengerutkan dahinya tatkala merasa seperti melupakan sesuatu.
Setelah lama berpikir akhirnya dia mengingat bahwa dirinya belum mengganti seragam yang baru.
"Rhea... temenin gue ganti seragam ke toilet. Ini gue masih pake seragam yang kotor gini kena tumpahan kuah bakso sama es teh gara-gara PPB tadi."
Rhea mengangguk dan melompat ke bawah. "Ayo, Adel... Tinggal lompat nanti gue nangkep lo."
"Tapi, tapi gue beneran lo tangkep kan? Gue beneran takut jatuh. Pohonnya tinggi banget anying!"
"Iya beneran, suwer! Udah cepetan lompat! Jangan khawatir, lo gak bakalan nyungsep kalau ada gue."
Adelia langsung melompat sambil menutup mata dan berhasil ditangkap dengan cepat oleh Rhea.
"Sampe kapan mata lo merem gitu njir?! Katanya mau ditemenin ganti seragam? Lama-lama pegel tangan gue cok!" umpatnya sudah merasa kram.
Adelia membuka matanya dan segera turun dari gendongan sahabatnya, lalu menyengir lebar.
"Bentar. Lo kok kuat gendong gue?"
"Kuat lah. Lo beratnya seringan kapas sih. Lo pas di rumah dikasih makan beneran kan?"
"Kalau gue nggak makan, mati dong gue. Seringan kapas dari mananya cok?! Gue beratnya 45kg. Gue ini mau diet biar nggak diejek gemuk sepupu gue."
Rhea menelisik tubuh sahabatnya mulai dari atas kepala sampai bawah kaki dan mengernyit heran.
"Berat lo udah ideal buat perempuan. Mau sekurus apa lagi sih?! Kalau lo masih diejek gemuk, berarti sepupu lo matanya katarak."
"Anjir! Kalo sepupu gue disini denger lo ngomong gitu bakal tersinggung dia. Berat badan lo berapa Rhea? Kayaknya lebih kurus dari gue."
Mereka berbincang santai sambil berjalan menuju ke toilet perempuan meskipun jam pelajaran pun masih berlangsung. Lorong koridor tampak sepi dan semua guru sibuk mengajar, sampai tidak nampak ada yang berpatroli keliling.
"Cuma 39kg, kalau dibuletin ya 40kg nan. Semisal, gue ngelakuin program diet kayak lo bisa jadi anak kekurangan gizi. Emangnya lo mau kayak gitu?"
"Belum lagi omelan mama gue yang nggak bakalan berhenti nyerocos lebih dari satu jam gara-gara pas itu ketahuan jalanin diet selama tiga bulan doang..." ucapnya jujur setelah mendapat ingatan Rhea asli.
Adelia berhenti sejenak dan merenungkan kembali ucapan sahabatnya yang ada benarnya juga.
"Gue nggak mau jadi anak kekurangan gizi padahal selalu disediain makanan di rumah sama bibi Anya. Lo kok bisa sih sekurus itu, bagi tipsnya dong."
Rhea terdiam sepanjang perjalanan, menggandeng tangan Adelia hingga sampai di toilet perempuan.
"Pas masih di Swiss, gue sering nge-gym. Hasilnya, tubuh gue setinggi ini dan beratnya segini terus tapi harus bisa ngatur pola makan juga "
Adelia berdecak kagum. "Berarti gue emang harus rajin nge-gym ketimbang diet. Btw, gue penasaran sama tinggi badan lo."
"Kalau tujuan lo cuma buat ngurusin badan, jangan. Lebih baik tinggiin badan lo, biar nggak dikira anak SMP. Terakhir gue ngecek sekitar 170 cm."
Setelah memberi nasehat, Rhea melenggang pergi ke loker sahabatnya untuk mengambilkan seragam sekolah cadangan.
"Iya juga sih.. Gue pas nemenin reuni alumni mama, banyak yang ngira kalau gue masih anak SMP. Kesel gue anjir! Gara-gara tingginya 150 cm. Mengsedih.."
Adelia mengulurkan tangannya, menerima seragam itu. "Thanks. Gue ganti baju dulu.."
Rhea hanya mengangguk saja dan berdiri di samping pintu toilet yang digunakan Adelia.
Tiba-tiba... Ceklek!
Suara kenop pintu masuk menuju toilet dibuka oleh seseorang yang ternyata adalah Luana.
Rhea tentu saja langsung memasang sikap waspada dan sedikit menjaga jarak dengan wanita ular itu.
"Kamu, murid baru sama Adelia yang permaluin aku tadi di kantin bukan?" tanya Luana penuh penekanan dengan memiringkan kepalanya.
"Bukan permaluin sih, lebih tepatnya gue tadi ngasih pelajaran karena lo duluan yang nyari masalah sama gue dan sahabat gue."
Luana mengepalkan tangannya dibalik rok.
"Aku nggak nyari masalah sama kalian dan kejadian di kantin tadi juga aku nggak sengaja!"
Rhea menaikkan sebelas alisnya, berjalan mengikis jaraknya dan berdiri tepat di hadapan Luana.
"Nggak nyari masalah heh?! Nggak sengaja? Coba tanyain ke semua orang yang tadi ada di kantin!"
"Jangan hanya dari sudut pandang lo doang, anjing! Lo jago banget bikin orang emosi! Lo itu bego atau bodoh sih? Sekarang mau nyari masalah lagi hah?!"
Luana seketika menangis terisak dan memainkan peran gadis lemah yang ditindas. Padahal emang tidak ada orang di dalam toilet perempuan, selain mereka bertiga saja.
"Hiks! K-kamu kok ngumpat sama ngejek aku. Hiks! Hiks! Ada masalah apa sih kamu ke aku!"
Adelia yang berada dalam toilet langsung saja keluar saat mendengar suara yang sangat dikenalinya.
"Heh! Lo bisa nggak sih berhenti nangis! Nyanyian nyamuk lebih merdu ketimbang dengerin tangisan cempreng lo.. Harus pergi periksain telinga gue ke dokter bedah ini." kesalnya menatap tajam Luana.
Luana menatap penuh kebencian kepada mereka karena telah membuat perhatian semua orang ke dirinya teralihkan begitu saja.
"Aku mau kalian ngejauh dari kak Kaisar sama kak Zevan karena mereka seharusnya buat aku doang! perhatian dan cinta mereka, cuma aku yang boleh milikin. Gara-gara kalian, nasibku jadi sial!"
"Terutama kamu, murid baru! Kamu nggak boleh rebut kak Zevan dari aku! Hanya aku yang pantas menjadi istrinya bukan kamu! Harusnya kamu itu cuma mantan tunangannya!" teriaknya menunjuk Rhea dengan ekspresi angkuh dan percaya diri.
Rhea termangu sejenak dan akhirnya menemukan clue yang bisa menjawab semua pertanyaan yang mengganjal di otaknya dan rasa penasarannya.
Sampai menarik kesimpulan, kalau Luana yang ada di depannya mengulang waktu dan menjalani hidup kedua kalinya karena mungkin saja ada penyesalan di akhir hayatnya yang harus ditebus.
Wanita ular itu pastinya membuat masalah dan ingin memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Zevan atau Kaisar. Mungkin saja masih tidak puas menjerat dua pria, ingin menambah lagi seperti Sagara?
Apabila ternyata dugaannya benar, itu artinya Luana mencapai happy ending, tapi di bagian epilog novel mengacaukan dan merusak alur cerita aslinya.
Secara tidak langsung, Luana seperti dirinya yang seorang perasuk dan beruntung jiwanya merasuki tubuh protagonis wanita, hingga telah merasakan kenyamanannya di dunia novel.
Rhea dan Adelia saling menatap satu sama lain dan tertawa terbahak-bahak.
Seakan perkataan wanita ular itu hanyalah sekedar lelucon yang menggelitik perut mereka.
Rhea mengusap sudut matanya yang berair dan memasang ekspresi sinis yang kentara di wajah cantiknya tersebut. Tidak lupa menyunggingkan senyum mengejek sambil bersedekap dada.
"Lo siapanya kita?! Pembantu kah? Kalau emang iya, harusnya lo sadar diri dong! Masa pembantu pengen menggantikan posisi majikannya?"
Adelia berdecak. "Emang lo ada hak apa ngelarang gue dan sahabat gue buat nggak ngedeketin Zevan sama Kaisar? Asal lo tau aja, Kaisar bakalan bunuh orang yang berani menjauhkan dia dari gue. Begitu pun Zevan yang bakalan ngelakuin hal serupa."
"Sampe di sini pasti lo paham kan! Masa iya, masih nggak paham? Percuma masuk GHS kalau ternyata otaknya sekecil butiran debu." julidnya.
Luana tersenyum miring. "Mau bertaruh?! Ayo kita lihat, siapa yang tertawa di akhir karena aku yakin sejak awal kalian tidak berhak bahagia dan sudah pasti mati mengenaskan."
Rhea menjilat bibir mungilnya yang terasa kering dan menyeringai bak iblis.
"Oke, ayo kita bertaruh. Gue sangat teramat yakin omongan lo nggak akan pernah terwujud sampai kapanpun dan lo bisa pegang omongan gue."
"Satu hal lagi, jangan bundir kalau nantinya lo kalah sama kita berdua. See you."
Rhea berjalan keluar dari toilet itu dengan langkah tegas diikuti Adelia yang sengaja menabrak Luana hingga mundur beberapa langkah.
Luana memegang pundaknya yang terasa sakit itu sambil mengusap kasar bekas air matanya.
"Sialann! Awas saja kalian karena aku tidak akan kalah dengan kalian bitch!" ucapnya menggeram marah dengan tatapan penuh dendam dan benci.
...
Di sebuah ruangan rahasia, terdapat dua lelaki yang satunya merokok dengan kaki disilangkan dan satu lagi tengah menggoyangkan gelas berisi wine.
Wajah mereka tidak terlihat karena minim cahaya dan tengah mengobrol serius.
"Sepertinya dia ini sudah mulai bergerak dan nyawa gadis kita dalam bahaya." ucap pria yang bersandar di tembok dengan tangan mengapit puntung rokok yang menyala.
Lawan bicaranya seketika tertawa sinis sembari menegak habis wine dengan kadar alkohol yang tinggi hingga mengernyitkan dahinya.
"Gue nggak peduli apa yang dia rencanakan. Kalau berani bikin nyawa gadis gue terancam, gue nggak akan biarin dia tenang."
"Dia boleh tenang kalau sudah beda alam. Meskipun dia cewek, gue bakal habisin nyawanya."
Sesaat suasana dalam ruangan itu menjadi lebih dingin dan mencekam dari pada di lokasi syuting untuk film horor.
-TBC-
Ceritanya beberapa udah direvisi jadi sedikit beda sama yang di wp. Tetap update setiap hari ya kak😂🥰
Aku kira bakal digantung ceritanya tapi dugaan aku salah, semoga ceritanya happy ending kak author. Semangat terus ya, jaga kesehatan💜
Bagi para pembaca lama di wp yang punya NT bisa mampir baca ulang. Pembaca baru boleh baca juga, siapa tau bikin ketagihan.
Last, jangan lupa follow akun aku, kasih like, vote dan subcribe biar semangat update cerita terus.