Melia menangis sejadi-jadinya saat terpaksa harus menerima perjodohan yang tak di inginkan. pasal nya melia sudah memilki kekasih yang begitu ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Rintik hujan yang turun sejak sore membuat sebagian orang tak bisa menjalani aktifitas nya.
Begitu juga dengan Rani, ia berdiri di depan jendela kaca di balik jendela ia memandang rintik hujan yang menjadi deras.
"Apa salah ku Ya Allah...sehingga aku harus menjalani kehidupan penuh dosa begini" lirih Rani masih dalam lamunan pikiran berkecamuk.
"Ibu...bagaimana kabar ibu sekarang, apa benar ibu sakit keras?" tanya Rani mengingat kembali pesan dari Arkan yang menyuruh nya untuk mengunjungi ibu nya.
"Andai kan aku pulang apa ibu masih mau menerima putri nya yang penuh dengan dosa ini?" tak terasa tetes-tetes air mata membasahi pipi, isak tangis mengiringi suara deras hujan.
Tiba-tiba ponsel nya berdering. "Ya halo" ucap Rani pada si pemanggil yang ternyata Lyra.
"Halo Rani...apa Juwita ada sama lu?" tanya Lyra dari seberang telefon.
"Enggak tuh, coba lu fon aja" jawab Rani
"Udah tapi HP nya nggak aktif" kata Lyra.
"oh..gitu ya nanti coba lah aku cek ke kos nya" jawab Rani lalu menutup sambungan telefon.
Rani mengusap air mata nya lalu gegas mencuci muka, ia berpikir aku pergi ke kos Juwita yang hanya terhelat beberapa kamar dari kamar nya.
Sebenar nya sudah berulang kali Juwita menawarkan satu kamar saja dengan nya tapi Rani ingin menyendiri, kehidupan yang mengombang-ambing kan nasib nya membuat nya jaga jarak dan tak ingin dekat dengan siapa pun meskipun mereka berteman.
Dengan menggunakan payung Rani berjalan melewati teras kamar kos yang lain.
"Loh kok nggak di kunci, Juwita memang selalu ceroboh"
Karna pintu kamar kos Juwita tak terkunci maka Rani memutus kan untuk masuk begitu saja.
"ah...uh....mas...ternyata kamu luar biasa..." desah seseorang dari dalam kamar, Rani yang begitu mengenal suara itu, tak ingin mengganggu.
Namun saat kaki nya hendak melangkah keluar tiba-tiba.
"terys baby terus..ah...." Rani terhenti ia kenal betul suara pria yang bersama teman nya itu.
Dengan kaki dan tubuh bergetar Rani melangkah perlahan dan membuka pintu kamar sedikit demi sedikit.
"Mas..Ra..dit...?" mendengar nama nya di sebut. Radit yang tengah menikmati g*yangan dari Juwita menoleh ke arah suara.
Radit membola betapa terkejut nya dia saat sadar Rani telah berdiri du ambang pintu.
Dengan cepat Radit mendorong tubuh Juwita ia segera menarik selimut untuk menutupi tubuh b*gil nya.
"Mas bisa jelasini ini semua" ucap Radit yang berusaha meraih tangan Rani namun Rani selalu menepis nya.
"Tak perlu menjelaskan apa pun apa yang aku lihat ini pun sudah jelas" Rani segera berlari keluar.
Radit yang tak menggunakan kaki palsu nya tak bisa mengejar Rani yang begitu cepat meninggalkan nya. Sementara Juwita tersenyum miring melihat drama di depan mata nya.
Rani mengunci pintu kos nya ia mengambil ponsel nya dan memesan taxi online.
"Tak ada manusia yang suci bahkan yang merasa dirinya suci pun talah berkhianat" tangis Rani pecah.
Beberapa menit kemudian taxi yang ia pesan telah tiba, Rani keluar dengan membawa tas besar milik nya.
"Jangan pernah kau cari aku mas, aku anggap kamu benar-benar sudah mengakhiri semua" ucap Rani dalam hati.
Derai air mata Rani tak bisa berhenti seperti air hujan yang belum juga reda.
"Kita ke mana mba" tanya pak sopir yang sedari tadi melihat Rani yang tak henti menangis.
Rani tak bersuara ia hanya menyodorkan ponsel nya menunjukan alamat di google map.
Rani yang lelah menangis akhirnya ia tertidur. Sampai tak menyadari bahwa pak sopir berhenti sekedar mengisi bahan bakar.
Setelah melalui perjalanan 3 jam pak sopir membangunkan Rani.
"mba...mba...bangun sudah sampai" seru pak sopir.
Rani mengerjap, mata nya yang begitu lelah ia buka dengan paksa.
"Ini ongkos nya pak terima kasih banyak" ucap Rani dengan sopan, setelah menerima ongkos nya pak sopir langsung pamit, karna malam telah larut.
Tok..tok..tok...Rani mengetuk pintu berulang kali namun tak ada sahutan dari dalam rumah.
"Mungkin ibu sudah tidur" gumam nya dalam hati.
Karna begitu lelah Rani memilih tidur di teras rumah ibu nya. Dingin malam yang di iringi dengan angin sisa hujan menusuk hingga tulang.
Rani meringkuk tubuh nya menggigil kedinginan. Namun tak ada pilihan baginya selain menunggu pagi datang.
Hangat matahari pagi membangun kan Rani dari tidur nyenyak nya ia menggeliat. Rani melirik ke arah pintu rumah ibu nya yang masih tertutup rapat.
Ia melirik arloji di tangan nya. "sudah pukul 07:30, kenapa ibu belum bangun" gumam Rani.
Terdengar suara wanita tua yang sedang batuk dari dalam rumah, senyum Rani terukir. Ia beranjak dari tempat nya tidur.
Tok...tok...tok..."bu...buka pintu ini Rani pulang bu..." seru Rani.
Tak lama pintu terbuka, menampakan wanita dengan tubuh kurus kering yang tengah tersenyum pada Rani.
"Nduk...akhir nya kamu pulang ibu Rindu" dengan suara bergetar ibu nya memeluk Rani.
Rani masih terpaku tak percaya dengan apa yang ia lihat, ibu nya yang dulu terlihat sehat dan segar kini tubuh nya hanya tinggal tulang terbungkus kulit.
"Ibu...apa yang terjadi ada apa dengan tubuh ibu?" tanya Rani sembari menangis.
"mmm masuk lah nduk, kamu pasti kedinginan" ucap ibu nya yang tak menjawab pertanyaan Rani.
Rani memungut tas nya di lantai teras. Ia segera membuntuti ibu nya yang berjalan lebih dulu.
"Bu...biar Rani buat sendiri, ibu duduk saja ya" ucap Rani saat melihat tangan kurus ibu nya yang akan membuat kan teh hangat untuk nya.
Tak bisa ia pungkiri rasa salah dan berdosa semakin besar terhadap ibu nya dari awal kebod*han nya hingga kini ia memilih jalan yang salah Rani merutuki segala kesalahan nya.
Ia menangis di hadapan ibu nya, tak tau harus berbuat apa nasi sudah menjadi bubur tubuh ibu nya yang sudah terlanjur ringkih tak bisa ia kembalikan seperti semula.
...****************...
Jangan lupa like dan komen beri pendapat kalian ya guys☺️
"Bagaimana dengan mimpiku, Bu? Apa aku tak berhak untuk memiliki mimpi atau mewujudkannya?" Melia nelangsa, dengan derai air mata bla bla bla
semisal,
Di hadapan
Diduga
dan untuk nama menggunakan huruf kapital. Melia
dan untuk kata -nya itu digabung, bukan dipisah ya.