Ratu Maharani, gadis 17 tahun yang terkenal bandel di sekolahnya, dengan keempat sahabatnya menghabiskan waktu bolos sekolah dengan bermain "Truth or Dare" di sebuah kafe. Saat giliran Ratu, ia memilih Dare sebuah ide jahil muncul dari salah satu sahabatnya membuat Ratu mau tidak mau harus melakukan tantangan tersebut.
Mau tahu kisah Ratu selanjutnya? langsung baca aja ya kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Ketemu lagi
"Nathan?" gumam Ratu sangat pelan hanya gerakan bibir tanpa suara.
Nathan yang sama terkejutnya hanya tersenyum tipis dengan memasang gaya choolnya tanpa komentar. Ia tidak menyangka bisa ketemu Ratu lagi dengan begitu cepat setelah semalam mengantarkan ratu pulang.
Ya Nathan lah pemuda yang bersama Bu Fani. Pagi-pagi Papanya menghampirinya di kamar, ia meminta bantuan Nathan untuk mewakilinya ke sekolah. Nathan yang memang lagi tidak ada jadwal penerbangan langsung mengiyakan.
"Kalian pikir saya bisa ketipu sama mulut manis kalian? jawab Bu Fani tegas sambil menatap tajam muridnya itu.
Lalu melangkah maju dengan wajah serius, matanya menyipit penuh teguran. “Kalian sudah sering melanggar aturan, sekarang cepat keliling lapangan sampai jam istirahat tiba," tegas Bu Fani sambil melipat tangannya di dada.
Nathan melangkah santai dengan tangannya masih di dalam saku celananya.
“Tunggu dulu, Bu Fani. Urusan mereka biar saya yang tangani.” ujar Nathan sambil menatap ke arah ketiga gadis di hadapannya.
Bu Fani terkejut, alisnya terangkat tinggi, menatap Nathan dengan campuran penasaran dan sedikit heran.
“Tuan muda Nathan? Apa Anda mengenal ketiga gadis nakal ini?”
Nathan tersenyum tipis, pandangannya tertuju pada sosok Ratu. “Tidak semua, Bu. Saya hanya mengenal Ratu. Dia teman saya.”
Bu Fani melotot tak percaya, lalu menoleh ke arah Ratu yang berdiri tenang. Ratu melirik sekilas ke arah Nathan, sambil menarik napas pelan, lalu menjawab dengan suara datar tapi tegas, “Ya, seperti yang Nat ...eh maksud saya Tuan muda Nathan ucapkan.”
Meskipun ragu, Bu Fani akhirnya mengangguk pelan, lalu menyerahkan urusan ketiganya pada Nathan.
“Kalau begitu, saya pamit, urusan ini saya serahkan pada Tuan Muda Nathan.” ujarnya ragu tapi tak dapat membantah karena Nathan sendiri yang memintanya. Lalu gegas Ia berbalik dan melangkah pergi dengan langkah enggan.
Begitu Bu Fani mulai menjauh, Ratu mendengus kesal sambil menatap Nathan yang masih berdiri santai di depannya. “Kenapa lo bisa selalu muncul di sekitar gue, sih!?”
Nathan mengangkat bahu dengan senyum menggoda, matanya berkilat penuh tantangan. “Itu artinya kita jodoh.”
Della dan Ica yang berdiri tak jauh dari situ hanya bisa tersenyum kecil sambil saling bertukar pandang. Dalam hati, keduanya mengagumi ketampanan Nathan dan merasa betapa beruntungnya jadi Ratu.
Ratu mendelik kesal.
"Cepat katakan apa yang harus kami lakukan untuk kesalahan yang sengaja kami buat?" ujar Ratu tegas tanpa rasa takut apalagi bersikap formal pada Nathan yang notabenenya sebagai anak pemilik sekolah.
Nathan hanya tersenyum mesterius menanggapi ucapan Ratu. Lalu membisikkan sesuatu tepat di telinga Ratu membuat Ica dan Della membulatkan matanya melihat kedekatan keduanya.
Tanpa mereka sadari, dua pasang mata menatap tajam ke arah Ratu dan Nathan. Siapa lagi kalau bukan Angkasa dan Mika. Angkasa memandang Ratu dengan campuran perasaan yang rumit.Rasa cinta yang masih tersisa bercampur kebencian yang membara. Melihat kedekatan Ratu dengan Nathan membuatnya semakin yakin bahwa Ratu telah mengkhianatinya, dan rasa sakit itu menguatkan kebenciannya.
Sementara Mika menatap Ratu dengan penuh iri. Selama ini, ia berjuang keras untuk mendapatkan apa yang Ratu miliki, berharap bisa menggantikannya. Namun kini, setelah mencapai apa yang diinginkan, ia melihat Ratu tetap tenang, bahkan tampak menemukan pengganti yang jauh lebih dari Angkasa. Rasa iri itu membakar hatinya dalam diam, membuatnya sulit menerima kenyataan tersebut.
Ratu membulatkan matanya tak percaya atas ucapan yang di bisikan Nathan. Sedangkan Nathan tersenyum penuh arti. Ica dan Della saling pandang dengan rasa ingin tahunya.
Tanpa menjawab Ratu langsung menarik kedua tangan sahabatnya meninggalkan Nathan sendiri di koridor sepi itu. Ica dan Della hanya bisa pasrah mengikuti langkah Ratu.
Sedangkan Nathan masih memperhatikan punggung Ratu sampai menghilang dari pandangannya.
"Sangat menggemaskan," gumam Nathan pelan lalu berbalik pergi dari sana menuju kembali keruangan kepala sekolah.
Jam berlalu begitu cepat dan kini sudah waktunya pulang sekolah para siswa langsung berhamburan keluar kelas menuju parkiran. Termasuk Ratu Ica dan Della.
Tak jauh dari ketiganya, Angkasa duduk santai di atas motornya, sementara Mika berdiri di samping dengan percaya diri, mengenakan helm siap naik ke boncengan. Aura keakraban mereka begitu jelas terlihat.
“Lihat tuh, Mika sudah terang-terangan sama Angkasa,” bisik Della dengan tatapan tak percaya.
“Iya, kelihatan banget dia menikmatinya,” tambah Ica sambil mengerutkan dahi.
Ratu hanya tersenyum tipis, tak sedikit pun terpengaruh. Dengan langkah santai, ia berjalan melewati mereka tanpa peduli teguran atau tatapan sinis. Ica dan Della mendelik kesal, mata mereka tertuju pada Mika yang kini lengket menempel di punggung Angkasa.
Tiba-tiba suasana berubah riuh, bisikan kagum terdengar samar-samar saat Nathan melangkah santai mendekati Ratu. Begitu berada di sampingnya, tanpa basa-basi, tangan Nathan dengan cepat menggenggam tangan Ratu.
Kontak itu membuat udara di sekitar mereka seolah berhenti sejenak, menarik perhatian semua yang melihat.
Nathan menarik tangan Ratu dengan lembut namun pasti, membawanya menuju motor sport milik Ratu yang sudah terparkir tak jauh dari motor milik Angkasa dan teman-temannya. Dengan sigap, ia mengambil jaket Ratu yang tergantung di setang motor, lalu melilitkannya di pinggang Ratu. Gerakannya cepat dan penuh perhatian.
Ratu hanya diam, terpaku melihat aksi Nathan yang begitu cekatan. Tanpa menunggu perintah, Ratu langsung naik ke atas motor di boncengan Nathan.ia memilih untuk tak berdebat saat ini. Ia ingin segera menjauh dari tatapan penasaran para siswa dan siswi yang mulai mengerumuni.
Angkasa menatap Ratu dengan mata yang penuh luka, rahangnya mengeras menahan amarah. Mika menggigit bibir, matanya membara oleh rasa iri dan cemburu.
Sementara itu, Ica dan Della saling bertukar pandang penuh kekaguman, lalu mengikuti jejak Nathan dan Ratu, meninggalkan sekolah dengan langkah mantap.