Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Haikal Arsya Ravindra, pria matang yang hampir memasuki angka 40 tahun. Usia hanyalah angka, buktinya pria matang itu memiliki pesona yang sangat memikat hati wanita tua ataupun muda. Haikal terkenal dengan bisnisnya yang berkembang pesat setiap tahunnya, hingga saat ini belum ada pebisnis lain yang mampu mengalahkannya. Tangan dingin Haikal mampu membuat perusahaannya terkenal dikancah dunia bisnis, pria matang yang terkenal sebagai seorang duda.
Haikal mengulas senyum saat melihat tingkah Aura didalam sebuah toko pakaian dan fashion lainnya yang terkenal. Kata jalan-jalan Aura benar-benar membuat Haikal geleng kepala.
Jika gadis lain akan sangat kalap melihat barang branded dan mewah, lalu berbondong-bondong membeli dan menghabiskan uang. Namun berbeda dengan Aura yang justru hanya Menggunakan kata 3M, Melihat, Menyentuh, dan Meninggalkannya.
Sungguh Haikal dibuat speechless oleh Aura yang terlihat santai dan biasanya saja meksipun tak membeli barang satu pun.
"Inikah definisi kata jalan-jalan," Gumam Haikal sambil menatap Aura dari jarak cukup jauh.
Haikal yang sejak tadi duduk segera berdiri, karena gemas melihat Aura yang hanya melihat tanpa megambil apapun.
Sampai-sampai wajah pramuniaga di sana yang melihat tersenyum masam.
"Belilah yang kamu inginkan,"
Suara bariton yang tiba-tiba muncul di belakang tubuhnya membuat Aura tersentak, gadis itu tersenyum kaku antara malu dan canggung.
"Em, tidak perlu Om,"Jawabnya dengan suara gugup.
"Lalu untuk apa kamu sejak tadi berada disini jika bukan untuk membeli," Tanya Haikal dengan alis menyipit, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana.
Aura menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tiba-tiba ia merasa malu dan bodoh dalam sekejap.
'Aku bisa saja membeli satu diantara semua ini, tapi setelah ini aku tidak akan bisa makan dalam satu tahun,' Aura menjerit dalam hati dengan perasaan miris.
"Ayo..pilih, aku yang akan membayarnya, anggap ini bonus dari hasil pekerjaan mu,"
Tanpa rasa canggung Haikal justru merangkul bahu Aura dan membawanya menuju pada deretan pakaian yang sempat Aura tatap lama. Meskipun dalam jarak yang tidak dekat Haikal begitu memperhatikan sejak tadi.
"Kau coba ini, ini, dan ini.." Haikal memberikan beberapa pakaian yang tergantung di sana pada Aura.
Membuat gadis itu tersentak dan menerimanya dengan terpaksa.
"O-Om ini terlalu-"
"Coba saja, nanti aku yang akan menilai cocok atau tidak!"
Seperti biasa Haikal menggunakan nada perintahnya agar Aura menurut. Dan benar saja gadis itu tak punya pilihan lain selain patuh.
Sekitar tujuh baju yang Aura coba, gadis itu mematut dirinya didepan cermin sebelum keluar menunjuknya pada Haikal.
"Bagaimana ini, sepetinya semua baju ini cocok ditubuh ku," Aura tampak kebingungan sambil mengigit bibir bawahnya, gadis itu takut jika atasnya mengatakan semua cocok untuk dia pakai.
Melihat harga yang tertera di satu pakaian saja sudah membuat tubuh Aura lemas dengan perut yang tiba-tiba merasa mual.
'Satu baju bisa membeli motor seharga kes,"' gumamnya dengan tatapan frustasi.
"Aura! Kenapa lama sekali!"
Suara keras Haikal diluar membuat Aura menarik napas panjang, ia benar-benar malu melebihi dirinya pada Mario.
Srek
Aura membuka penutup penyekat ruang pas, gadis itu keluar dengan gaun berwarna peach dan memiliki kerah V tanpa lengan, hingga terlihat jelas kulit putih mulus Aura yang memikat. Terlihat belahan dada Aura yang begitu menggoda, hingga tanpa sadar Haikal menelan ludah dengan tatapan tak berkedip.
Penampilan Aura membuatnya seketika merasakan hawa panas menjalar di sekujur tubuhnya, Haikal menyesal telah menyuruh Aura untuk mencoba didepanya.
"B-bagaimana Om?" Tanya Aura dengan wajah gugup, apalagi melihat tatapan Haikal yang menatapnya intens.
"Em," Haikal mengangguk sambil mengusap wajahnya, satu tangannya berada di pinggang.
"Ambil semua, tidak perlu dicoba!" Ucap Haikal sambil berbalik untuk pergi.
Haikal memejamkan matanya sambil menetralkan detak jantungnya yang tak karuan.
"Aku benar-benar sudah gila," Umpat Haikal sambil membuang napas berat.
Ia merasakan tubuhnya begitu gerah, hingga membuat Haikal dengan sengaja membuka dua kancing atas kemejanya.
*
*
Keduanya kembali ke hotel, rencananya mereka akan kembali esok setelah semua selesai dan Aura sudah cukup puas hanya dengan memasuki tempat belanja terbesar di negara itu.
"Om, terima kasih semuanya," ucap Aura sebelum dirinya keluar dari lift.
Sejak dari pusat belanja tadi keduanya tak terlibat obrolan sama sekali, Haikal sibuk dengan pikiran dan perasaannya yang tidak biasa. Sedangkan Aura begitu malu hanya untuk mengangkat kepalanya saja.
"Hu'um, anggap itu bonus dariku, jadi jangan pernah berpikir untuk menggantinya,"
Aura mengangguk mengerti, ia sangat berterima kasih tentang kebaikan Haikal.
"Sekali lagi terimakasih Om," Ucap Aura sopan sambil sedikit menundukkan kepalanya sebelum keluar saat pintu lift sudah terbuka.
Padahal keduanya menginap di lantai yang sama dengan kamar yang hanya bersebelahan, tapi Aura yang merasa gugup dan malu memilih untuk segara pergi dan masuk kedalam kamar.
'Ya Tuhan, jantungku kaya mau copot,' batin Aura dengan tubuh luruh dibelakang pintu.
*
*
Di bandara, Mario sudah menunggu kedatangan sang kekasih yang baru saja pulang dinas kantor. Haikal tidak tahu jika Aura pergi dengan ayahnya karena baik Beni maupun Enggar tak memberikan informasi apapun seperti yang Haikal katakan.
Mario tersenyum sambil melambaikan tangannya saat melihat seorang wanita dengan memakai kacamata hitam berjalan keluar sambil menarik koper. Aura yang melihat Mario hanya tersenyum dengan tatapan sinis dibalik kacamata hitamnya.
'Ayo.. seberapa hebat kalian menyembunyikan bangkai,' Batin Aura dengan tatapan penuh arti.
Aura akan membalaskan sakit hatinya, ia ingin melihat sejauh mana Lisa akan terus iri dengan yang dia punya. Jika Lisa pikir dirinya sudah menang karena megambil Mario, maka dia salah besar. Aura akan menunjukan siapa Lisa yang sebenarnya, wanita itu cukup matre dan juga tidak ingin kalah bersaing.
"Sayang!" panggil Mario saat Aura sudah semakin dekat.
Aura hanya melempar senyum, hingga keduanya saling mendekat membuat Mario melebarkan tangannya siap untuk memeluk.
"Sayang kamu kok terlihat kurusan?" Mario yang hendak memeluk Aura, tangannya hanya bisa terdiam di udara, pria itu melihat pergelangan tangannya yang ukurannya masih sama tak berkurang.
"Masa? Tapi aku merasa biasa saja sayang,"
Pertanyaan Aura mengalihkan pelukan Mario.
'Enak saja mau peluk, dih ogah..' Batin Aura dalam hati dengan penuh kekesalan.
"Ahh mungkin hanya perasaan ku saja, dan sebenarnya kamu tidak kurus," katanya dengan santai, "Ayoo kita pulang!" Aura berjalan lebih dulu sambil menarik kopernya, tanpa memperdulikan bagian wajah Mario yang kesal.
Dalam jarak aman, Haikal tersenyum, ia tahu jika Aura adalah wanita berkelas yang akan membalas sakit hatinya dengan cara baik.
'Goddess of help,'